•1

376 43 8
                                    

Pesta ulang tahun itu dibuat sedemikian rupa hingga nyaris persis pesta disko dengan nuansa remang-remang dan musik berdentum-dentum. Cocok dengan Hwasa, si cewek kaya yang selalu memberikan kesan ganas dan seksi di mana pun kakinya berpijak. Lantai dansa banjir oleh orang-orang yang menari dalam kelebatan lusinan cahaya yang berasal dari berbagai sudut, menghujani tubuh mereka. Di tepi ruangan yang lebih gelap dan tak tersorot terdapat beberapa sofa dan meja yang diisi dengan kelompok mahasiswa sedang minum atau para pasangan yang tengah menikmati malam.

Di sisi lain ruangan luas itu, bar megah dengan berbagai macam minuman berdiri bersama barista muda dan tampan yang akan langsung tersenyum bila melihatmu berjalan ke arahnya. Bahkan makanan dan minuman bak restoran yang tak pernah kau duga akan ada di pesta ini ternyata tersedia berdampingan dengan bar, merentangkan tangan lebar-lebar pada siapa saja terkhusus para non-alkohol. Seakan menekankan kau tak akan punya alasan apa pun untuk tak datang ke tempat ini.

Hwasa baru saja turun beberapa menit lalu dari atas panggung kecil setelah menyampaikan beberapa patah kata sebelum musik kembali mengambil alih semuanya. Seakan kurang, tempat biliar dan beberapa fasilitas lain terbuka bebas. Pembicaraan mulai berseliweran. Tidak ada pendapat apa pun tentang pesta itu kecuali bahwa itu pesta yang sempurna.

Tegukan ke lima, lumayan. Yuju membalikkan badan menjadi duduk membelakangi bar untuk melihat lusinan manusia yang meloncat-loncat di seberangnya. Kemudian kerumunan itu membuka, seakan memberikan jalan untuk matanya menemukan seorang pria di tengah yang sedang tertawa dan menari bersama gadis berambut merah sebahu. Mata mereka terkunci satu sama lain seolah lantai dansa itu milik mereka. Tak beralih sedetik pun. Ia sempat melihat si perempuan mulai merangkulkan lengannya ke leher si pria sekejap sebelum kerumunan kembali menghalangi pandangannya.

Cih, Yuju mendengus seraya berbalik menghadap minumannya di meja, membiarkan gelasnya diisi kemudian diteguknya. Jeon Jungkook berengsek. Bisa-bisanya pria itu mengatakan tak akan datang, sedangkan mata kepalanya sendiri melihat batang hidungnya. Tak ada satu pun ucapannya yang dapat di percaya. Gelas dengan minuman tinggal sedikit itu diayun-ayunkan di dekat kepala sedangkan tangan satunya terlipat di atas meja, sementara sorot mata Yuju suram. Pria itu menyatakan cinta padanya, masuk ke kehidupannya, meneliti aktivitasnya, apa itu yang dia pakai dan dari siapa, siapa yang menelepon, mau bertemu siapa. Siapa laki-laki itu, kenapa tersenyum seperti itu? Berhenti dekat-dekat dengannya atau Jeon Jungkook marah!

Pada awalnya ia pikir keprotektifan itu manis, tapi kemudian mulai terasa mengekang, lalu membuatnya terkurung dalam jeruji pertengkaran di mana akhirnya Yuju lah yang selalu merasa bersalah kemudian melakukan apa yang Jungkook inginkan. Ia mengusir nyaris semua teman cowoknya dan meminta pengertian mereka. Kemudian ke mana pun ia pergi dan apa urusannya akan ia beritahukan kepada Jungkook seperti meminta izin pada ayahnya yang bahkan banyak membolehkan tanpa banyak pertanyaan sementara pacarnya memberondong dengan seribu-tanya-jawab-dan-larangan-ini-itu sebelum membiarkan ia pergi. Bahkan Yuju pernah membatalkan janji hanya karena Jungkook tidak setuju padahal orang tuanya oke-oke saja.

Oh, sekarang ia sadar betapa ia persis keledai. Kerja kerasnya selama ini demi menjaga perasaan Jungkook hanya untuk mengetahui dia diam-diam bersama perempuan lain. Waktu itu berambut pirang, lalu berambut kecokelatan, sekarang berambut merah, berambut hitam? Itu dirinya. Ada lagi warna yang belum ia tahu? Ia penasaran apa gadis-gadis itu mendapat perlakuan yang sama sepertinya tetapi melihat senyum si gadis merah yang sama seperti si gadis pirang, mereka adalah Yuju yang belum tahu siapa Jungkook sebenarnya. Tetapi ketika ia tidak sengaja memergoki si gadis cokelat untuk kedua kalinya, ia sekilas melihat bibir gadis itu tersenyum getir saat Jungkook mendekat padanya.

Ah, masa bodoh. Ibarat majikan dengan para anjing yang amat dicintai hingga dikekang sebegitunya, Yuju belum menggonggong keras dan memutuskan belenggu di lehernya. Ia masih bersama Jungkook dan masih pura-pura tidak tahu mengenai kehadiran yang lain. Entah ada apa dengannya. Rantai akan terputus, pasti, tetapi ia merasa masih terlalu cepat untuk memutuskan. Ia marah, tapi sebenarnya juga tak berencana balas dendam, namun ia seperti menanti sesuatu. Bisa jadi menunggu keinginan untuk balas dendam itu sungguhan datang dan menguat, atau menunggu suatu kesempatan yang ia sendiri tak tahu untuk apa, Yuju sendiri tak yakin.

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang