1

3 0 0
                                    

Ada kehidupan yang perlu kau ketahui, ada dunia yang perlu kau telusuri dan ada pula banyak jiwa yang perlu kau pahami. Dimanapun kau berpijak tetaplah pada asalmu anakku, tetaplah pada status dan derajatmu. Tak satupun makhluk sang kuasa akan menghargaimu pabila engkau tak mampu menghargai mereka.

Secarik kertas abu-abu muda yang bergandeng dengan selembar foto usang yang teruraikan waktu. Terdapat gambar seorang wanita paruh baya difoto itu pabila dibalik maka akan ditemui sebuah tulisan goyah dibelakangnya 'emak'.
Foto dan kertas usang itu sedari tadi ia genggam. Entah kenangan apa yang ada didalamnya namun sepertinya itu meninggalkan duka yang begitu mendalam sampai-sampai gadis yang duduk meringkuk itu tak berhenti tersedu sambil memeluk dan sesekali melihat foto yang ia genggam sekuat tenaganya.

Tubuhnya begitu mungil dengan kulit putih dan rambut yang terurai penjang. Matanya begitu sayu dan sembab lantaran tak hentinya mengeluarkan seluruh beban dihatinya melalui air mata. Sebentar ia mengalihkan pandangannya kelangit pekat dengan awan kelabu berat tanpa bintang yang biasanya selalu menebar dipenjuru langit malam. 

"Permisi, sedari tadi saya melihat nona duduk di antara rumpun bambu  ini. Sesekali tampak nona merangkul tubuh sambil menangis sendu. Ada apakah gerangan?"

Perempuan itu tersentak dari lamunannya. Ia menatap kesampinngya dan mendapati wajah seorang pria yg sedang merendahkan tubuhnya. Perempuan itu menundukan kepalannya dan segera mengusap air matanya.

"Maafkan saya lancang bertanya kepada anda. Tapi sungguh hati saya bergetar melihat air mata nona. Ariel, saya Ariel."

Lelaki itu menyodorkan tangannya yang putih dengan sedikit otot yang tampak jelas.

"Anjas. Maaf jika saya mengganggu pesona disekitar sini maafkan saya. Sepertinya hujan akan turun. Saya harus pergi."

Anjas berdiri dan berjalan gontai dengan kaki putih mungil tanpa alas sandal yang melindungi kaki kecilnya itu.

"Nona tunggu. Kemana anda akan pergi ditengah malam dengan keadaan seperti itu?"

"Tak tahulah. Aku harus mencari tempat berteduh sebelum hujan turun."

Anjas tak menghentikan langkahnya. Ia tetap berjalan namun langkahnya kini bergetar nafasnya mulai tersengal. Melihat itu Ariel segera menghampirinya.

"Maaf nona Anjas marilah ikut denganku. Sepertinya keadaanmu kurang baik." Sambil memeggang bahu Anjas.

"Lepaskan! Ehm ma, maafkan saya. Biarkan saya pergi. Saya tak apa. Sebaiknya tuan segeralah pulang."

Anjas menepis tangan Ariel yang berusaha memegang tubuhnya yang hampir ambruk.
Kini Ariel membiarkan Anjas melanjutkan perjalannanya. Dengan rasa khawatir Ariel terus memperhatikan Anjas dari jauh. Tak begitu lama dan tak begitu jauh 'brukk' tubuh mungil itu jatuh direremputan. Ariel berlari mengejarnya ia tahu bahwa anjas tidak baik baik saja ia menggendong Anjas menuju kemobil mewah berwarna merah jingga miliknya sebelum sampai mobil ia terhenti ditatapnya langit malam yang mulai menurunkan butiran air yang mulai deras membasahi mereka berdua dan juga tanah rumpun bambu itu. Ia bergegas menuju mobil. Didalam mobil yang melaju menuju apartemen tempat tinggal Ariel. Ia teringat perkataan Anjas bahwa akan turun hujan. 'bagaimana nona ini bisa tahu bahwa hujan akan turun' pikirnya dalam hati...

•~Apartemen Ariel 12:09

"Ehm. Erghm" gumam Anjas. Perlahan ia membuka matanya samar samar ia melihat sesosok pria dengan kaos putih. Dada sedikit lebar tubuh jangkung, kulit putih dan mata yang begitu tajam namun menenagkan. Dialihkan pandangannya kesekelilingnya 'kamar' sedikit kaget. Dilihatnya tubuhnya yang tertutup selimut tebal. Baju baru. Ia mulai khawatir. Pikirannya kini mulai jahat. Dia takut apa yang dipikirannya  benar benar terjadi. Pria di depannya itu tersenyum kepadanya.

"Maaf nona aku membawa karna kau pingsan. Dan jangan salah faham yang menggantikan bajumu bukan aku tapi bi Ratih pengurus apartemen ku."

"A, anu tu tuan maafkan saya telah merepotkan dan terimakasih banyak atas bantuan tuan. Tuan sangat baik. Saya akan bekerja untuk tuan agar saya dapat membalasvkebaikan tuan."

"Emmm, baguslah Anjas. Mulai sekarang kamu akan mengurus apartement ku dan juga mengurusi kebutuhanku tanpa gaji"

Anjas tersenyum tipis sambil menundukan kepalannya.

"Hahahaha. Tidak Anjas aku hanya bercanda. Kau tak perlu melakukan apa pun. Kau hanya perlu mengatakan apa masalahmu. Barangkalali aku bisa membantumu."

'Ibu sepertinya pandanganmu terhadap mereka berbeda. Sepertinya pria ini baik bu' dalam hati Anjas.

"Tak apa tuan saya tak keberatan jika harus bekerja untukmu. Tentang masalahku sepertinya tidak perlu dan terimakasih. Tuan sudah sangat membantu."









Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembalikan Tutur LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang