Dan disinilah karina, duduk canggung bersama dengan laki laki yang ia dengar tadi bernama kaizan.
"Kamu perawat? selesai kuliahnya udah lama?" sapa kaizan lembut karena tak enak jika mereka terus berdiam satu sama lain.
"I..iya mas, kuliahnya di ikip baru lulus pertengahan tahun lalu" jawab karina terus terang.
Mendengar suara karina sontak membuat hati kaizan menghangat, karina begitu lugu, lembut dan sangat sederhana.
Kemudian waktu bergulir begitu saja, mereka mengobrol ringan, sesekali karina hanya tersenyum menanggapi jawaban dari kaizan, karina merasa laku laki yang ada didepannya ini membuat hatinya berdegup kencang hingga tak tau lagi harus bersikap seperti apa.
Mama kaizan cukup senang melihat interaksi antar keduanya, cukup berhasil teriaknya dalam hati.
Obrolan mereka terhenti saat kaizan mendapatkan telefon dari Kekasihnya.
"Halo?"
"iya nanti ya tunggu"
hanya dua kata yang kaizan ucapkan, tadinya karina merasa tidak enak, karena harus mendengarkan panggilan telfon kaizan, ia pun merasa tidak papa jika kaizan harus pergi mengangkat telfon.
"mas kita masuk saja, sudah mau sore, abah kan harus ngisi pengajian di kudus, nanti pulangnya kemalaman" ajak karina.
saat keluarga karina akan segera pulang, kaizan dan mamanya mengantar mereka hingga ke depan rumah.
"le, main main ya ke kudus, kalo ada waktu" kata ibu karina.
"iya bu, kaizan usahakan" rasanya kaizan ingin menampar mulutnya sendiri, bagaimana mungkin ia mengiyakan ajakan tersebut, kaizan sama sekali tidak yakin dengan apa yang barusan ia katakan.
"kamu lama banget, nggak angkat telepon" gerutu jemma di sambungan telepon.
"hari ini bantuin mama seharian, maaf ya lupa ngabarin, sayang" rayu kaizan, sesungguhnya ia merasa sangat bersalah kepada jemma, namun entah mengapa perhatiannya teralihkan karena kedatangan karina.
kemudian, dengan pasti tangannya mengetikkan pesan pada nomor karina,
udah sampai? gimana perjalanannya?
kembali, kaizan merutuki dirinya sendiri.
bodoh.
