"Kesan saat pertama kali bertemu sangat penting. Untuk itu buatlah kesan yang baik."
Kicauan burung terdengar samar di balik rumpun bambu berwarna kuning yang bergoyang akibat terkena embusan angin. Rumpun bambu yang terletak dekat tempat pembuangan sampah itu terlihat indah jika siang hari, warna kuning yang kontras dengan warna pohon di sekitarnya yang berwarna hijau sejuk namun akan terlihat menyeramkan jika malam hari lantaran rumpun itu begitu rimbun.
Sore itu sangat cerah, terlihat sang surya yang menggantung di ufuk barat dengan sinar jingga keemasan yang indah membuat siapa saja tak akan pernah bosan memandang fenomena alam tersebut.
Seperti biasa setiap hari Rabu sore sekitar ba'da Ashar banyak anak akan berkumpul di suatu ruangan dengan tembok bercat abu dan maroon, ruangan Padus ( paduan suara ) begitulah sebutannya, untuk latihan.
Kebanyakan anggota Padus SMA Tunas Bangsa itu anak perempuan yang terdiri dari kelas 11 dan 12 untuk jurusan IPA, IPS bahkan Bahasa karena untuk kelas 10 belum di adakan perekrutan sedangkan untuk anak laki-laki hanya ada satu dua orang dari per kelas angkatan. Entahlah, mungkin kebanyakan dari mereka gengsi karena anggotanya kebanyakan perempuan.
Ketika semua anggota sudah berkumpul di ruangan rasa sesak pun menghampiri bagaimana tidak ruangan yang hanya memiliki ukuran 6 x 7 m itu di penuhi oleh manusia yang melakukan berbagai macam kegiatan ada yang menyanyi, bergosip, main tiktok, sampai ada yang histeris gara-gara baca novel di aplikasi yang lagi hits saat ini. Itu semua mereka lakukan sebelum pembina datang. Suasana yang tadinya sepi pun menjadi campur aduk ramai luar biasa.
Lain halnya dengan seorang gadis berambut panjang dengan warna hitam kecoklatan, kini ia tengah duduk bersandar pada tiang penyangga yang berada di tengah-tengah ruangan itu sambil makan makanan ringan dadali cikur dengan gerakan lambat disertai dengan wajah serius seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Woy, Za ngelamun mulu lo. Kenapa?" tanya seorang gadis berambut hitam sebahu pada gadis yang bersandar tadi, setelah sibuk bergosip dengan beberapa anak namun yang ditanya malah diam seolah tak mendengar.
Rasa kesal dicampur khawatir pada gadis yang menyandang gelar sahabatnya itu, gadis berambut sebahu yang bernama Alya itu mengambil sebuah buku besar bertuliskan Ekonomi dari dalam tasnya, buku yang biasa di pakai tukang kredit perabotan dapur itu ia pakai untuk memukul kepala Khanza dengan keras.
Alya Stevani Abraham.
Seorang gadis dengan perawakan tinggi, kulit putih, hidung mancung, bulu mata lentik, pipi agak chubby, berat badannya 50 kg. Ia Kapten Basket Putri SMA Tunas Bangsa yang memiliki senyuman manis. Memiliki sifat yang agak bar-bar. Hobi membaca komik. Sosok yang dewasa bagi teman-temannya.
TAKKK
"Woy! Shhh shh," ujar gadis bernama Khanza sambil mengusap belakang kepalanya yang sakit akibat terkena pukulan maut buku Ekonomi Alya.
"Ck, kenapa sih?" tambahnya dengan wajah kesal.Khanzania Adiba Krama.
Gadis dengan mata coklat hazel, hidung mancung, rahang tegas, perawakan tinggi, dan berkulit putih. Gadis keturunan Indonesia-Jerman dan Aceh ini merupakan Badgirl SMA Tunas Bangsa yang sering meraih juara umum. Ketua Klub Karate di sekolah yang membuat siapa pun segan cari masalah dengannya. Memiliki tampang wajah yang pas biasa-biasa aja pun di sebut jutek. Apalagi kalau pas badmood pasti juteknya. Tipe anak yang keras kepala dan susah di atur. Hobi baca buku khususnya novel.
"Lo yang kenapa dari tadi bengong mulu. Ada apa?" tanya Alya heran dengan sikap Khanza, sahabatnya.
"Gak ada apa-apa!" ucap Khanza sambil refleks menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Jodohku
Historia CortaKhanzania Adiba Krama, seorang badgirl SMA Tunas Bangsa di temani dua sahabatnya Alya dan Nita namun dia pintar bahkan sering juara umum, Ketua klub karate di sekolahnya, atlet basket, juga sebagai sekretaris di organisasi Padus yang bernama Mutuali...