”Siapakah kita?”—pertanyaan yang tampaknya dilontarkan Luluk pada kekasihnya yang berjarak, Muhammad Rois Rinaldi—dalam salah satu judul di kumpulan puisi ini—menunjukkan betapa kedua penulis (”sepasang angsa”) telah bersitegang dengan berbagai keresahan untuk mengukur jarak, pun untuk membangun cinta yang berbeda dengan pasangan-pasangan yang tak mewarnai hubungannya dengan puisi.
Saya selalu hormat pada mereka yang membangun hubungan dengan didasari pada kedalaman berpikir, suatu hal yang jarang dilakukan oleh pasangan-pasangan era kini yang biasanya hanya diwarnai dengan ”ketidaktahumenahuan” dan cara berhubungan yang terpengaruh oleh gaya hidup cinta kaum selebritis. Puisi-puisi ini akan mengekalkan hubungan yang berjarak. Saya tak sabar menunggu puisi-puisi ”Rendezvous” yang nanti akan ditulis untuk merayakan pertemuan—atau puisi tentang pernikahan yang indah, barangkali!
Nurani Soyomukti
Sekertariat Dewan Kesenian Trenggalek