[1] Dewi Fortuna

8 1 0
                                    

Kilauan sinar sang surya menyeruak masuk menyinari celah-celah gerbang SMA Trisakti. Pagi yang cerah harusnya menjadi penyemangat untuk memulai aktivitas. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi seorang gadis, yang sedang terpaku tepat di depan gerbang sekolahnya. Ia melirik benda pipih yang melingkari pergelangan tangan kirinya, sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Padahal, apel pagi di sekolahnya sudah mulai pukul 06:15 dan selesai pukul 07:00. Ia benar-benar cari mati.

Gadis berambut sebahu itu memasuki gerbang sekolah dengan jantung berdebar. Bagaimana tidak? Ia sangat jarang terlambat, apalagi sampai sesiang ini. Sembari merapikan rambutnya, Ia berdoa semoga bukan guru killer yang akan dihadapinya hari ini.

Dari kejauhan, terlihat Pak Yono -guru olahraga yang sedikit genit, khususnya pada siswi yang cantik paripurna- tengah mengawasi tiga siswa yang sedang melakukan push up di dekat lapangan basket.

Perlahan, Ia mendekati Pak Yono lalu menyalami guru tersebut dengan memasang wajah tak berdosanya.

"Kelas berapa?" tanya Pak Yono.

"11 IPA 2, pak." jawab Sena.

"Kamu langsung saja minta surat izin masuk ke meja piket, ya." ucap Pak Yono tanpa ba-bi-bu.

Sena kontan bengong. Normalnya, guru akan bertanya terlebih dahulu mengapa Ia bisa terlambat. Malah, cewek itu sudah menyiapkan berbagai macam alasan. Tapi Sena tidak ambil pusing. Yang penting dewi fortuna sedang berpihak padanya hari ini.

"Loh, kok dia nggak disuruh push up dulu pak?" cetus salah satu cowok bernama Sadam, yang baru saja menyelesaikan push up nya.

"Biarkanlah. Dia kan perempuan. Memangnya kamu mau nanti anak perempuanmu disuruh push up cuma gara-gara terlambat?"

Sena tersenyum penuh kemenangan karena merasa di atas angin saat mendengar jawaban Pak Yono. Namun, ketika ingin melanjutkan langkahnya, terdengar seseorang menyahut dengan nada menusuk.

"Setahu saya, jika ada murid yang salah ya memang harus dihukum. Nggak peduli perempuan atau laki-laki." cetus cowok lainnya dengan nada tajam.

Mata Sena mau tak mau melirik sosok yang berpotensi menghambatnya untuk masuk kelas itu. Badannya tegap, menjulang tinggi. Sebenarnya, cowok itu memiliki rahang yang tegas serta wajah rupawan. Namun, sikap menyebalkannya mengurangi nilai ketampanan di wajahnya.
Siapa sih, ni cowok? Sok mantep banget! batinnya.
"Kenapa jadi menggurui saya, Dikta? Kamu sebagai ketua futsal saja tidak bisa memberi contoh yang baik kepada teman-temanmu. Kalian bertiga ini sama saja, bukannya mengikuti apel, malah nongkrong di warung Bi Emi." ucap Pak Yono sambil geleng-geleng kepala.

Senyuman di wajah Sena sudah luntur sepenuhnya. Ia mendelik tidak suka kepada cowok yang dipanggil Dikta itu. Gadis itu tak gentar walaupun dirinya sudah dihunuskan tatapan bak laser yang seolah melucuti setiap organ tubuhnya. Sena langsung balas menghujamkan tatapan sirik-aja-lo kepada Dikta.

Terlihat sekilas keterkejutan di mata Dikta. Bisa dihitung jari orang-orang yang berani balik menatapnya seperti itu. Apalagi, sepertinya ini adik kelas, jika Ia tidak salah dengar. Penasaran, Dikta pun melirik nametag cewek itu.

Berani juga lo, Morrie Sena. batin Dikta.

° ° °

"Baiklah, saya akan panggil satu-satu untuk mengerjakan soal halaman 45 di papan tulis." ucap Pak Anjas.

Sontak saja, Sena langsung berbisik kepada Odyna, teman sebangku sekaligus sahabatnya sejak SMP,

"Dy, lo ngerti nggak?"

"Lumayan lah, tenang ntar gue bantuin kalo lo kena." jawab Ody.

Tetap saja, ucapan Ody tidak bisa menghilangkan rasa cemasnya. Sena paling sering ketiban sial jika berurusan dengan soal hitungan, apalagi ini mata pelajaran matematika yang dibencinya. Beruntungnya, Ia memiliki sahabat yang senang berkutat dengan rumus-rumus sialan itu. Namun, Ody lemah jika urusan menghafal. Tentu saja, karena yang satu itu adalah keahlian Sena. Maka terciptalah simbiosis mutualisme diantara keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titik BalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang