7 bulan terakhir, SMA Cakrabuana diselimuti kejadian-kejadian tak terduga. Hingga hari ini. Terjadi penganiayaan oleh seorang yang belum diketahui identitasnya terhadap seorang siswa.
Korban tak sadarkan diri di atap sekolah, tubuhnya dipenuhi luka memar dan goresan. Informasi terbaru, korban mengalami koma yang belum bisa diprediksi kapan berakhirnya.
Garis polisi mengelilingi kawasan sekolah. Para petugas terlihat sibuk menyelidiki tempat kejadian. Meskipun bukan kasus kematian, kejadian ini tetap akan diproses secara serius.
"Kembali bersama saya, Catherine Malarua melaporkan langsung dari SMA Cakrabuana, Jakarta. Hari ini, sekitar pukul 10.30 WIB ditemukan seorang siswa tak sadarkan diri..."
Rion mematikan televisi di depannya, lalu berjalan menuju kamarnya karena bosan. Sejak dipulangkannya para siswa SMA Cakrabuana dari sekolah, media mulai berlomba-lomba menayangkan berita seperti itu.
Begitulah, sejak 7 bulan yang lalu. Sejak kejadian pertama yang menjadi momok bagi para warga sekolah. Kasus pembunuhan yang proses investigasinya dihentikan tiba-tiba. Tanpa menghadirkan jawaban untuk tanda tanya di ribuan benak masyarakat negeri.
"Permisi." Teriak seseorang dari luar pagar rumah Rion. Ia pun segera menghampiri sumber suara.
"Ya, ada apa?" jawab Rion sekenanya.
"Apa benar ini rumah Bapak Orion?" Tanya perempuan yang ternyata seorang pengemudi ojek online.
"Ya, saya Orion. Tapi saya masih bersekolah, jangan panggil bapak." Ketus Rion.
"Oh maaf mas, ini ada pesanan makanan ditujukan untuk mas." Rion menerimanya, "Terima kasih."
"Kalau begitu, saya permisi dulu mas." Kata pengemudi ojol itu yang hanya diangguki oleh Rion.
Selalu seperti ini, Rion tidak heran dan tidak kaget. Setiap hari, entah itu pagi, sore, atau malam, ada saja kiriman makanan untuknya. Namun, ia agak tidak suka diperlakukan seperti ini, ia tahu bahwa dirinya tinggal dan hidup sendirian, tapi tidak harus dikasihani seperti ini.
Ia masuk ke rumahnya. Memakan makanan yang telah diberikan kepadanya agar tidak terbuang sia-sia. Ia bukan seperti beberapa orang yang jika diberi dan tidak menyukainya, langsung membuang barang pemberian itu. Rion hanya berpikir, mungkin ini adalah salah satu cara Tuhan melimpahkan nikmatnya, meskipun ia agak tidak menyukainya caranya.
Orion melanjutkan acara makannya dalam keheningan.
•••
"Bro, pasien baru!" teriak seorang laki-laki yang berumur sekitar 25 tahun.
Tanpa menjawab Rion menghampiri pasiennya, mengotak-atik mesinnya, dan melakukan operasi jika perlu.
Ya, setiap hari libur Rion bekerja di salah satu bengkel yang tersohor di kota ini. Ia hidup sendirian dan ia perlu uang. Rion bukan anak laki-laki seperti dalam cerita, yang hidup diwarisi kekayaan melimpah dari keluarganya.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, tiba lah waktunya untuk beristirahat, melepas penat setelah seharian berkutat dengan oli.
"Yon, cewek kemarin yang nyamperin kesini, gebetan lo?" Tanya orang yang memanggilnya tadi, Mas Odi.
"Bukan, Mas. Mungkin teman sekolah, soalnya saya baru pertama kali ketemu." Jawab Rion, "Kamu ini jadi cowok kok kaku banget, mbok ya jangan gitu-gitu amat, punya wajah ganteng itu dimanfaatkan." Timpal Mas Tino, logat Jawa nya sangat medok.
Rion hanya terkekeh, tidak tahu harus menjawab apa lagi. Menurut orang-orang, dirinya memang termasuk orang yang penampilan wajahnya di atas rata-rata. Hal ini yang menyebabkan setiap hari ada saja kiriman barang yang ditujukan kepadanya.
"Yon, lo dipanggil Pak Leo tuh, katanya ada yang perlu diomongin." Setelah mengucapkan terima kasih Rion bergegas menemui Pak Leo, manajernya.
Tok tok tok
"Silakan masuk, oh Orion, silakan duduk."
Rion terseyum seadanya, "Baik, Pak. Terima kasih. Mohon maaf sebelumnya, apa saya melakukan kesalahan hingga Bapak ingin menemui saya?"
Pak Leo malah tertawa, "Bukan, Rion, bukan. Kamu ini polos sekali. Saya manggil kamu kesini karena ada yang ingin saya bicarakan. Saya lihat perkembangan kamu semenjak kamu melamar pekerjaan sementara di sini sangat tinggi. Setelah melalui beberapa pertimbangan, dan keputusan dari atasan, kamu bisa menjadi pekerja tetap."
Rion terkejut, bahagia. "Benar, Pak?" Pertanyaannya dijawab oleh anggukan, "Terima kasih banyak, Pak Leo." Rion tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Tiba-tiba ia teringat, "Tapi maaf, Pak. Saya masih bersekolah, bagaimana bisa saya menjadi pekerja tetap disini?"
"Ya, sesuai dengan keputusan yang sudah diambil, dengan ketentuan, kamu harus hadir bekerja disini setiap hari dengan pengecualian tertentu. Selama hari sekolah kamu bisa mulai bekerja jam 5 sore. Dan Di hari libur akan ditentukan menurut giliran."
Rion mengangguk, setelah mengucapkan terima kasih lagi dan dipersilakan meninggalkan ruangan Pak Leo, ia bergegas pulang karena pekerjaannya hari ini sudah tuntas.
•••
Rion berjalan kaki menuju rumahnya. Jalan raya memang selalu identik dengan kesibukan kota. Apalagi Kota metropolis seperti Jakarta. Rion menikmati setiap sapuan angin yang menerpa tubuhnya.
Ditengah-tengah perjalanannya, ia mendengar derum motor yang berada di kejauhan, dan semakin lama semakin mendekat. Beberapa saat kemudian, tampak 3 pengendara motor yang mengegas disamping Rion, namun anehnya mereka langsung pergi. Membuat Rion heran.
Tapi tidak ia tidak mau membuang waktu untuk memikirkannya.
Tak lama kemudian, ia sampai di rumahnya. Sebuah bangunan sederhana yang cukup layak ditinggali dan terawat. Berada di sebuah kompleks perumahan yang tergolong biasa saja.
Ia memasuki rumahnya dan bergegas membersihkan badan. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan mata. Mencoba beristirahat.
Ponselnya berdering, pertanda sebuah pesan singkat masuk.
08xxx
Jangan mencoba untuk terlibat, atau kau akan menerima apa yang seharusnya diterima oleh orang sepertimu.08xxx
Kau terlibat sedikit saja, hukuman
akan datang tanpa henti. Sampai
kau meminta ampun.Orion Aditama
Siapa kau?
ReadRion mengerutkan kening. Sederet nama orang berada di benaknya, menjadi orang yang patut di curigai sebagai pengirim pesan singkat yang belum lama ini sering menghubunginya.
Ia menonaktifkan ponselnya. Menatap foto keluarganya, dulu. Menyunggingkan senyum pilu yang menggambarkan kerinduan, kerapuhan, dan kesepian.
Mulai memejamkan mata, mengistirahatkan diri dari kekejaman duniawi. Melupakan sejenak hal-hal yang bersarang di benaknya.
•••
--WAJIB DIBACA--
Hai hai! 👋👋👋
Jumpa kembali denganku penulis yang masih belajar!
Gimana part satu nya? Kritik dan saran dibuka selama tidak menyalahi aturan!
Mau lebih panjang lagi? Yuk jangan malas vote dan comment ya!
Salam, tata. 💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
H U N T E R
AcakSeorang pemuda tidak menyangka hidupnya akan berubah 270 derajat. Dunia yang sebelumnya meminta dirinya untuk berdiam diri, kini mendorongnya keluar. Menebas semua ketidakadilan. Kasus demi kasus semakin tidak masuk akal. Hari demi hari semakin tida...