Seorang gadis kecil berusia 5 tahun melangkah ceria dengan menggandeng tangan wanita paruh baya yang dipanggilnya nenek. Gadis ini mendongak senang memperhatikan kakek dan nenek nya.
"Kita mau kemana nek?" Tanya nya sembari menatap sang nenek.
Nenek tersenyum dan mengusap lembut surai cucunya tersayang.
"Kita mau ketemu orang, dan Alin pasti senang saat melihat mereka." Jawab nenek dan berjongkok untuk menggendong cucunya yang sudah bersekolah di taman kanak-kanak itu.
Valinza Nada Aileen, gadis berumur lima tahun dengan badan yang mungil dan tubuh kurus itu mempunyai nama panggilan Valin. Tetapi ia lebih senang dipanggil Alin oleh orang terdekatnya.
"Siapa nek?" Tanya Valin dengan nada penasaran.
"Udah, lihat sendiri aja nanti." Ujar sang kakek sembari tersenyum mengejek.
Valin mendengus kemudian terkekeh.
Kakeknya ini sangat suka membuatnya kesal. Kakek adalah orang yang sangat tegas. Namun saat sedang bersama cucu-cucunya, beliau akan menjadi kakek, teman, dan musuh yang baik. Karena kakek sangat suka membuat Valin senang, kesal, dan menangis dalam satu waktu sekaligus."Nah ini rumahnya." Kakek berujar saat mereka telah sampai di depan rumah sederhana bercat putih yang terlihat rapi dari luar. Entahlah, ini rumah siapa. Valin tidak tahu.
"Ketuk pintunya kek." Kakek mengangguk dan mengetuk pintu rumah itu berkali-kali. Tak lama pintu terbuka dari dalam.
Tampak seorang perempuan cantik dengan dress rumahannya yang sederhana.
"Eh ibu, ayah. Mari masuk." Ujar perempuan itu dengan sopan dan menyalami kakek serta nenek.
Valin menatap neneknya dengan kernyitan. Ia tidak mengenal orang yang menyebut kakek dan neneknya dengan sebutan ayah-ibu ini.
Ia hanya diam dan mengedarkan pandangannya ke sekitar saat mereka sudah masuk di ruang tamu.
"Bentar, saya panggilkan Mas Adi dulu." Perempuan itu berlalu ke lantai dua.
Tak berselang lama, ia turun bersama seorang pria. Di gendongannya sudah terdapat seorang balita perempuan berkulit putih. Dia sangat menggemaskan, rambutnya yang ikal membuat tingkat kelucuannya bertambah. Valin ingin memiliki adik yang seperti itu.
"Tumben ayah dan ibu ke sini, ada apa?" Tanya pria asing itu dengan senyum tipis saat ketiga orang itu telah duduk di sofa bersama Valin serta kakek-neneknya.
"Kamu ini.. memangnya tidak boleh apa?" Jawab kakek dengan raut bercanda.
"Tentu boleh yah, kami hanya terkejut. Karena kalian datang tanpa mengabari." Sahut wanita itu sembari tersenyum ramah.
"Kami datang karena kalian sudah sangat lama tidak pernah mengunjungi kami." Nenek ikut mengeluarkan suara.
"Maaf bu, kami sangat sibuk akhir-akhir ini. Audrey sangat aktif dan karena itu jadi sering kecapekan." Ucap wanita itu sambil mengusap pipi bayi di pangkuannya dengan sayang.
"Pantas. Kalian sampai lupa menengok Valin dua tahun terakhir." Ucap nenek.
"Aku memaklumi alasan kalian sebelum-sebelumnya, tapi yang ini tidak. Apa susahnya datang ke rumah untuk menengok anak sendiri?" Lanjut nenek dengan suara yang sedikit kesal.
Valin hanya menatap bingung ke arah nenek, kakek, dan dua orang dihadapannya.
Mereka ini membicarakan apa sih?
"Maaf kan sikap kami bu, kami janji akan lebih sering berkunjung seka-" Ucap pria itu yang langsung dipotong oleh nenek.
"Tidak perlu. Mulai sekarang, Valin adalah tanggung jawab kalian lagi." Tukas nenek dengan nada tak terbantahkan.
•
•
•
•
•Haloooo 🙌
Cerita baru niii
Semoga suka yaa
Jangan lupa vote komen nya
Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Outlook
Ficción General"Semua orang tidak ingin di-nomordua kan, termasuk aku yang tidak pernah merasakan bagaimana rasanya diprioritaskan."