III

878 140 38
                                    

( TELAH DI REVISI )

ps. Bacanya pelan2 ya, soalnya ada sebagian yg di ubah :)
.
.
.

Joohyun mengucek matanya, bangun pagi kali ini membuat bahunya merosot turun. Bagaimana tidak? Pagi-pagi begini otaknya sudah berputar mengingat tantangan tentang; Mencium pipi Kim Taehyung.

Haruskah?

Selalu itu saja pertanyaan yang ada di benaknya.

Joohyn beranjak dari tempat tidurnya, dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamar mandi sambil menyeret handuk berwarna putih miliknya.

Setelah selesai, ia bersiap-siap di depan meja riasnya, mengoleskan make up tipis untuk hari ini. Selanjutnya yang dilakukannya adalah sarapan, sarapan sereal bukan roti atau yang lainnya.

Ia tinggal di apartemen, tidak bersama Ayah dan Ibunya. Katanya, ia mencoba menjadi mandiri.

Setelah selesai dengan mengurus dirinya, Joohyun mengambil tas selempang kecil berwarna krem dan cardigan ungu. Mengambil kunci mobil, memakai sepatu fantofel berhak tiga senti dan keluar dari apartemen.

Pintu apartemen terkunci otomatis, maka dari itu ia melangkahkan kakinya menuju lift untuk turun ke lantai pertama.

Banyak penghuni kamar lainnya yang menyapa Joohyun, dengan senyuman manis yang tercetak di bibir dan suara lembutnya ia menyapa balik.

Kini ia sudah berada dalam mobilnya, mengendarai dengan kecepatan sedang. Tidak usah terburu-buru, karena yang buru-buru belum tentu memiliki hasil yang memuaskan. Apasih? Oke lupakan!

Mobil putih miliknya mulai memasuki lingkungan tempat parkir di kantornya, Joohyun secara telaten memarkir mobil putih kesayangannya. Setelahnya ia turun dan mulai memasuki gedung kantor.

Dan tibalah ia di ruangan tempatnya dan Wendy bekerja, ia tidak mendapatkan Wendy seorang dalam ruangan ini. Namun juga ada Seulgi, Nayeon dan Jisoo.

Melihat Jisoo, ia teringat akan kemarin. Tantangan itu, mengingat Wendy memberikan tantangan untuk Seokjin dan mengingat Seokjin adalah teman sekaligus saudara Kim Taehyung.

Ah Kim Taehyung. Mendengar namanya saja membuat rasa gugup kembali menyerang dirinya.

Joohyun menggeleng mengusir sebentar pemikiran tentang Taehyung dan sebagainya. Ia kemudian menaruh tasnya dan cardigan di tempatnya.

Menyapa kawannya satu persatu, sampai suara bas dari pintu mengejutkan mereka berlima.

"Lo pengen gue jadi saksi mata lo nembak cewek?" begitulah kira-kira yang diucapkannya.

Siapa? Batin Joohyun bertanya.

Jawaban ia dapatkan kala dirinya melihat seorang pria berbahu lebar berdiri di ambang pintu, diikuti oleh seorang lelaki berahang tegas di belakangnya. Joohyun menengang, gugup kembali menimpanya.

Kim Taehyung, sudah berada di depan mata. Walau dengan jarak yang lumayan, namun tidak mungkin ia nyosor begitu saja ke pipi itu kan?

"Eh Seokjin." Wendy yang selalu humble akan orang lain langsung menyapa kawan barunya itu. Kala manik matanya mendapati Taehyung yang berdiri di belakang Seokjin, Wendy membungkukkan badannya memberi salam.

"Selamat pagi pak Taehyung!" sapanya, yang lain tersadar ikut membungkukkan badan sekilas termasuk Joohyun yang sedang berusaha mengontrol gugupnya.

"Pak? Nggak usah panggil gue pak, berasa tua banget. Panggil gue Taehyung aja." ujar Taehyung datar, yang memang sejujurnya ia tak nyaman dan merasa geli dipanggil 'Pak'.

DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang