At Least for Today

64 7 0
                                    

Kaki-kaki berderap dari seluruh penjuru. Terkadang mereka cepat, kadang pula mereka begitu lambat. Kepala-kepala berlalu-lalang, melewati dia yang hanya duduk di tengah keramaian. Kursi besi terasa dingin ketika tangannya menyentuh tidak sengaja, beruntung karena pakaiannya panjang-panjang dan tebal. Ada sekiranya tiga tubuh yang dapat menempati kursi panjang itu, tapi yang ada di sana hanya Sato Keigo seorang. Pagi seperti ini memanglah waktu yang sibuk, orang-orang berkejaran kereta. Tapi dia tidak mau berada di ruang dengan begitu banyak orang, maka dia memutuskan untuk menunggu saja sampai sepi. Lagipula dia tidak sedang buru-buru.

Ibu jarinya bergerak dengan lembut di atas layar ponsel, menelusuri sosial media sembari mengisi waktu. Melihat-lihat wajah teman-temannya di sana, senyumnya terlukis dengan nada pahit. Pikiran beradu antara ingin mengirimi mereka pesan atau tidak. Mereka memang bukanlah teman dekat, tapi jika Keigo pergi begitu saja, ia merasa sedikit bersalah juga. Bagaimanapun, orang-orang itu setidaknya sekali pernah melakukan hal baik ke dalam hidupnya. Ada seorang yang menawarinya ikut organisasi di kampus yang akhirnya dia tolak, ada yang membantu mengambil penghapusnya yang jatuh di kelas, ada pula yang membuat ia merasa berguna dengan meminjam uang kepadanya.

Tapi di lain sisi, jika ia mengirimi mereka pesan, baik untuk berterima kasih ataupun untuk berucap selamat tinggal.. mereka pasti akan khawatir. Bagaimanapun, mereka adalah orang baik. Terlalu baik untuk seorang seperti Keigo, atau setidaknya itulah yang dia pikir.

“Ah! Sato Keigo!” Sebuah suara membuyarkannya dari lamunan. Suaranya lantang dan begitu cerah, Keigo tidak ingat pernah mengenal suara seperti ini. Dia melirik ke arahnya, mendapati wajah rupawan dengan senyum lebar.

“Oh, aku Junki. Kono Junki,” pria di sebelahnya itu memperkenalkan diri setelah melihat wajah Keigo yang terlihat jelas tidak mengenalinya, “Kita satu angkatan, lho. Tapi memang tidak pernah ketemu, sih.. aku tahu kau karena anak-anak perempuan sering membicarakanmu, haha.”

Sembari tertawa, Junki mengambil tempat di sebelah Keigo. Yang diajak bicara itu hanya mengangguk saja. Dia memang tidak begitu peduli dengan orang-orang di kampus.

“Kau mau kemana? Aku rutin ke stasiun ini tapi tidak pernah melihatmu sebelumnya.” Masih dengan suaranya yang semangat, Junki bertanya. Jujur saja, Keigo merasa cukup terganggu. Dia hanya ingin hari terakhirnya untuk tenang.

Bola matanya yang sewarna karamel melirik ke belakang Junki. Dari tempatnya duduk itu terlihat dengan cerah bentangan langit biru. Secerah pria di hadapannya ini. Keigo memandangi dengan kosong dalam beberapa detik, tidak tahu harus menjawab apa. Dia pergi ke stasiun memang bukan untuk bepergian.

Dia ingin pergi, tapi tidak punya tujuan. Keigo memutuskan untuk diam saja. Tidak peduli Junki akan menilainya aneh atau tidak sopan. Keigo sudah tidak peduli. Pria di hadapannya kemudian tersenyum canggung dan memandangi keramaian, memalingkan wajah darinya. Meski tidak peduli, keadaan seperti ini membuat Keigo tidak nyaman. Detik berikutnya dia memutuskan untuk pergi saja. Pergi.. mengakhiri semuanya. Berhubung stasiun sudah sepi pada akhirnya.

Keigo berdiri tanpa kata-kata. Melirik pada Junki pun tidak. Padahal lelaki itu memandangnya dalam-dalam. Keigo melangkah menuju peron terjauh, tidak ingin Junki melihatnya menghabisi diri.

Kala datang rantai-rantai gerbong berkecepatan tinggi yang ditunggunya itu, dirinya sudah siap. Mata terpejam kuat tanpa sadar, sebelum memfokuskan diri pada geraknya kereta. Kakinya sudah mengambil langkah, mengabaikan seruan petugas untuk tetap di belakang garis kuning yang membentang. Bersamaan dengan tarikan napasnya, dia mulai berlari, hendak melompat. Tapi yang menghampirinya di waktu itu tidaklah seperti yang diharapnya. Melainkan sebuah suara. Suara cerah yang belum lama dia kenali, memanggil namanya persis seperti beberapa saat lalu. Kemudian derap kencang didengarnya, hingga tiba-tiba tubuhnya terbanting menuju tanah. Dia terhantam, namun bukan oleh kereta. Bukan seperti harapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seize the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang