Gadis muda itu mengetuk-ngetukkan pulpen di tangannya ke meja, sesekali merenggangkan otot-otot di tubuhnya, kemudian kembali menekuni pekerjaannya. Sambil matanya sesekali bergantian, melirik ke layar HP, kemudian membubuhkan tanda ceklis pada lembar kerja disebelahnya.
"Hufft, capek gue. Lama-lama envy juga nih, ngurusin nikahan orang terus, kapan giliran gue nikah?" gerutu gadis lain di seberangnya yang kini sedang sibuk menggambar sebuah sketsa gaun pengantin.
Gadis muda itu tersenyum kecil mendengar gerutuan sahabatnya, sahabat yang sudah menemaninya dari SMA, hingga kini mereka berdua join dan berhasil mendirikan sebuah Wedding Organizer ternama di kota Mereka.
"Emangnya Andres belom ngelamar lo?" tanya gadis muda itu pada sahabatnya.
"Belum lah Rise, lagian mana berani gue ngeduluin elo yang pacarannya jauh lebih lama dibanding gue sama Andres!" jawab sang sahabat.
"Lah kenapa emangnya?" tanya si gadis lagi.
Sang sahabat mendesah kesal, diletakkannya pensil yang sedari tadi menari di atas kertas sketsanya, kemudian memandang sahabat di depannya dengan lekat.
"Sunrise sayang...elo aja yang udah 7 tahun pacaran belom juga nikah, masa' gue yang baru pacaran 2 tahunan mau ngelangkahin elo yang udah lebih lama pacaran sih? Kan nggak sopan, pokoknya gue mau nikah setelah lo udah nikah duluan. Titik!" ucap sahabat gadis itu.
Sang gadis yang bernama Sunrise merasa hatinya terusik. Sebenarnya terbesit juga keinginannya untuk menikah dengan sang kekasih, terlebih umurnya sudah cukup dewasa, dan mereka berdua juga sudah terlalu lama berpacaran, 7tahun. Namun hubungannya dengan sang kekasih masih terkendala oleh sesuatu.
"Kalo lo mau duluan juga nggak apa-apa kok Zaf, karena gue juga nggak tau bakalan gimana hubungan gue sama Arsen kedepannya nanti. Sampe sekarang nggak ada kemajuan." Ujar Sunrise sambil tersenyum kecut.
Zafa sang sahabat menjadi tak enak hati, melihat Sunrise tiba-tiba bersedih.
"Apa maminya Arsen belum ngerestuin kalian juga?" tanya Zafa penuh simpati.
Sunrise menggeleng lemah. Selama 7 tahun ini hubungannya dengan Arsen tak pernah mendapatkan restu dari orang tua Arsen, terlebih sang mama. Ibunda Arsen tersebut lebih menyukai Hazel untuk jadi calon menantunya.
Hazel yang memang sahabat anaknya sedari kecil. Hazel yang seorang pewaris sebuah jaringan hotel bintang lima yang tersebar di hampir 23 negara. Hazel yang selalu bisa mengambil hati maminya Arsen. Hazel yang seorang gadis cantik,anggun dan berkelas. Dibandingkan dirinya yang hanya seorang pengelola WO baru, juga biasa berdandan sederhana, sangat jauh kalau mau dibandingkan dengan seorang Hazel. Mungkin Sunrise hanya seperti remahan rempeyek di mata maminya Arsen. Apalagi jika dilihat background orang tua Sunrise yang hanya pengusaha toko elektronik local di kotanya, dibanding orang tua Arsen yang papinya seorang anggota dewan 2 kali periode sekaligus pemilik perusahaan property terkemuka di kota ini, rasanya sangat tidak elok membandingkan keduanya.
"Mami Arsen kayaknya emang lebih seneng kalo Hazel yang jadi mantunya!" ucap Sunrise sambil mengerucutkan bibirnya.
"Dasar ya tuh uler, dari dulu selalu jadi benalu di hubungan lo sama Arsen!" Zafa emosi.
"Mau gimana lagi Zaf, sekuat apapun gue berusaha ngambil hati maminya Arsen, nyatanya Hazel selalu bisa lebih unggul dari gue." Ucap Sunrise pasrah.
"Lagian, udah tau dari dulu lo sama Arsen pacaran, bukannya jaga jarak sama Arsen malah nempelin terus kemana-mana, nggak punya akhlak emang tuh cewek!!" emosi Zafa makin menggebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL SUNRISE IN YOUR EYES
ChickLitTentang jatuh bangunnya sepasang kekasih, Sunrise dan Arsen untuk mendapatkan restu dari ibunda Arsen. Semuanya terasa sulit karena kehadiran sahabat Arsen yang bernama Hazel, karena ibunda Arsen lebih menyukai Hazel untuk jadi calon istrinya. Akank...