Christa velisia navriel

10 1 0
                                    

Aku duduk di sudut tangga salah satu bangunan sekolah tersebut. Menatap sebuah novel yang ada di tanganku. Sambil membayangkan cintaku nanti akan seperti novel yang kusukai. Tetapi kenyataannya semua ini adalah dunia nyata, bukan sebuah novel yang hanya di isi oleh imajinasi liarku.

Hari ini adalah hari pertamaku untuk mendaftarkan diri sebagai peserta didik menengah atas. Aku memilih
SMA Tunas Harapan, yang merupakan sekolah swasta di kota tersebut, selain sekolahnya yang terkenal, jarak antara rumah dan sekolah juga yang membuat christa Velisia Navriel memilih sekolah itu.

.......
"Anak-anakku silahkan menuju kelapangan sekarang juga"

Bunyi mikrofon itu memecahkan lamunanku dan juga siswa lain, membuat beberapa sorot mata refleks menatap ke arah sumber suara.Aku langsung saja tertarik untuk menuju lapangan yang sudah di penuhi beberapa siswa. Penasaran atau tidak itu sudah menjadi jalannya impuls manusia yang dapat menghubungkan reseptor ke efektornya.

Suara kepala sekolah tunas harapan yang sedari tadi Velisia dengar dengan jelas dan juga beberapa suara kebisingan siswa lainnya.

Kali ini aku harus mendaftar secara mandiri karena kedua orangtuaku yang selalu sibuk mengurus bisnis keluarga Navriel yaitu Bisnis satu-satunya keluargaku.

Selama berada di lapangan Aku terus menatap seseorang yang sempatku lihat pagi tadi. Ada perasaan aneh mengalir dalam hatiku.

ohiy itu pria yang membantu orang tua tadi kan?, aku masih mengingat² wajah pria manis itu untuk memastikan bahwa dia benar cowok yang tadiku lihat saat menuju ke sekolah.

Iya betul dia pria yang tadi membantu nenek itu untuk berjalan keseberang toko bakso. apakah dia juga mendaftar di sekolah ini?, atau dia murit di sekolah ini?, tinggal di mana dia?, kenapa saya terus mempertanyakan pria itu?
Velisia bertanya pada dirinya sendiri.

"Hey"
Aku terbangun dari lamunan dan tersenyum melihat cewe yang sedang menyapaku.
"Ini buku kamu!!!"
Buku yang tadinya berada di tangan cewek itu sekarang beralih ketangan velisia
"Eh makasih lo, kok bisa..." ucapanku di potong oleh cewek itu
"Hehehehe tadi gue di belakang lo, pas suara guru memanggil siswa ke lapangan, dan lo mungkin lupa dengan buku itu" cewek itu tersenyum simpul
"Ya astaga, makasih kembali. Ohiy perkenalkan nama gue charista velisia navriel, panggil saja velisia"
"Nama gue cica saputri" bisa di panggil cica, ica, putri, terserah lo gimana enaknya" tanganku dan tangannya saling berjabatangan, satu lagi kita saling tertawa geli karena merasa begitu akrab

Senang bisa memiliki teman seperti ica, ica bisa membuat orang baru menjadi lebih akrab dangannya, ini adalah tipe yang 80% banyaknya manusia menyukai cara ini dalam berteman.

"Lo suka melamun ya?" Pertanyaan ica membuatku bertanya pada diri sendiri, dia kok bisa ramal kayak dilan gitu, jangan² dia adik dilan.
"Itu kan melamun lagi!" Suara kali ini membuatku kaget karena ica menekan setiap perkataannya
"Eh maaf" aku tertawa sendiri memikirkan hal yang tadi ku pikirkan tentang wanita itu.

"Aneh."
"Siapa??" Aku bertanya kepada ica karena mendengar kalimat yang cewek itu ucapkan dengan nada rendah
"Tidak kok, tadi cewek di sana aneh sekali"
"Yang mana?, seaneh apa sih dia?"
"Lo yang aneh monyet!" Ica tertawa puas melihat mimik mukaku yang heran dengan ulahnya
"Lah kok gue"
"Yaiya lo, anak cantik kok suka ngelamun, pasti lo pikir dunia ini akan seperti novel, atau pengeran datang di mimpi lo semalam ya?"
"Ih lo sok tau" bibir velisia terangkat membentuk lekukan senyum di wajahnya
" halah dugaanku pasti benar hanya lo aja yang gak ngaku,kalau lo mau tau gue dulu ade dilan"
"Ha?." Apa cewek ini bisa membaca pikiran gue" bisikku pada hati

"Woy cewek ngelamun, apa sih yang ada di pikiran lo?"
"Yang mungkin ada di pikiran lo sekarang" jawabku dengan nada bertanya
"Wahwah gue kayak ade dilan benaran sekarang, gue tabjuk dengan diri gue" Ica merasa bangga pada dirinya sendiri

Rintik hujan mulai mengenai wajah velisia, dan velisia suka membiarkan setetes demi setetes air mengenai dirinya. Sedangkan orang² lebih suka berlari mencari tempat berteduh

"Velisia hujan, lo masih sempat ngelamun dengan keadaan seperti ini, lo aneh". Velisia tidak mendengarkan perkataan ica, masih tetap berada di alam imajinasinya itu.
"Ini anak" ica memukul jidadnya karena heran dengan sikap cewek itu sambil menarik lengan velisia untuk berteduh di salah satu bangunan sekolah swasta itu.

"Ihhh velisia lo gila, senyum² sendiri"
Mulut ica yang pedis mulai mengeluarkan suara
"Gila?, lo kali, gue suka lihat hujan makanya senyum²." Tanganku menyubit sedikit kulit tangan ica
"Astaga sakit nyonya halu"
"Suka² gue, pikiran gue bukan pikiran lo, berarti kemampuan imajinasi gue tinggi lo ngertikan?."
"Terserah, terserah, terserah, terserah yang penting lo senang dan tidak nyusahin orang di dekat lo karena lo aneh." Ica menekan kata aneh agar velisia mendengarnya dengan jelas tetapi velisia tidak peduli akan hal tersebut

Di sekolah yang sama hanya saja gedung antara cewek dan pria itu berbeda, tetapi seseorang itu dapat memandang seseorang lainnya dengan jelas di tempat dia berpijak saat ini, ya velisia memandang pria itu.

Wajahnya yang memiliki ciri khas tersendiri yang membuat paras wajah pria itu lebih menyalah di mata velisia dan Kulitnya yang kuning langsang sangat cocok di wajah tirus pria itu.

"Pria sempurna!!". Velisia tersenyum geli
"Pria sempurna?, lo suka siapa sih?".
"Hi lo salah dengar kali, siapa yang ngomong gitu, bukan gue kali tapi cewek lain, disini itu banyak orang, mungkin saja salah satu dari mereka"
Velisia menyakinkan ica, agar cewek itu tidak mengocehnya lagi.
"Oh, gitu. gue kira lo!!" Ica menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Telinga tu di pasang". Velisia tertawa.

Awan tidak lagi meneteskan air kebumi, dan siswa SMA Tunas Harapan di suruh mencari ruangan masing-masing oleh guru yang berbicara di panggung.
"Anak-anak silahkan mencari ruangan, segera di isi, dan tunggu guru yang akan mengawas di ruangan kalian masing² . Sampai sini paham?".
"Iya buuuuu....." suara siswa serentak

"Semoga saja gue sekelas sama cowok tadi". Batin velisia

Lama mencari kelas yang terdapat nama dirinya, akhirnya dia menemukan kelas itu
"Hm akhirnya dapat juga, X IPA 3, alhamdulillah gue gak bodo-bodo amat".

Dunia sama dengan mengulang keadaan yang kemarin manusia lakukan, tetapi dengan suasana yang berbeda.

"Pasti dia bukan di kelas ini, cowok itu kelas mana ya?, sudahlah paling sebentar gue bisa cari tau tentang cowok itu". Batin velisia

"Hey boleh gue duduk di sini?". Velisia bertanya kepada cewek yang duduk tepat di bangku ke dua dan di sisi samping kursi cewek itu kosong.
"Silahkan bangku ini bukan milik gue kok!", wanita itu tersenyum
Velisia yang tidak merasa sungkan langsung menaruh tas berwarna merah muda di bangku tersebut

"Lo asli kota ini?", velisia langsung memulai percakapan sambil membersihkan bangku yang berdebu di karenakan sekolah tersebut libur selama seminggu
"Ha, gue?" Dengan cepat cewek di samping velisia bertanya dan velisia membalasnya dengan anggukan kepala
"Hm lumayan sdh 16 tahun gue di kota ini."
"Ha?" Velisia bingung
"Hehehe maksud gue dari lahir" senyuman tipis

Memang benar ya kata manusia, mengharapkan orang yang jelas bukan siapa² kita itu agak menyakitkan dan pedih.

......
"Hmm.. gue kenapa gini ya, suka memikirkan hal² rumit, yang hanya bisa di jawab oleh waktu




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY HEART IN THE BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang