"Kaum Minoritas"

19 6 2
                                    

"Kamu minoritas, tapi tak perlu merasa terbatas"

MoodySha_

Pagi yang mendung, butiran air tipis perlahan turun membasahi permukaan tanah dan aspal. Bau khas tanah basah tercium menyegarkan. Ditambah hembusan angin yang lembut tapi mampu menggerakkan daun dengan cantiknya. Damai.

Manusia cantik itu, berdiri didepan kamar. Mengenakan jilbab segiempat berwarna maroon, yang senada dengan batik yang ia kenakan. Memejamkan mata dan tersenyum. Ia melangkahkan kaki untuk pergi ke tempat itu lagi.

"Lama amat neng," seru Deswa.

"Hehe, maaf yah. Tadi tuh lama nyari jilbab maroon, eh ternyata masih di koper." jawab Arinta.

"Harus banget gitu jilbab maroon?" ucap Deswa sambil memberikan potongan roti ditangannya.

"Ya iya lah, biar cantek dong. Siapa tau dapet jodoh dari maba," ucap Arinta ngawur.

"Aih, jodoh mulu yang dipikir. Mikir noh, maket yang besok dikumpulin. Mikir juga, barang - barang yang disuruh bawa." omeh Deswa.

"Bicit bingit kamu mbak, diem yaa. Santai aja, kelompokku belum ada kumpul sama sekali," ucap Arinta santai.

"Parah si, gua ga mau ya nanti lu repotin."

"Udah diem," potong Arinta.

Hari kedua Pengenalan Kampus, kegiatannya masih sama saja. Mendengarkan pemaparan materi yang cukup monoton,  membuat manusia bernama Arinta terbawa ke alam mimpi.

"Astaga, kelakuan manusia gatau diuntung. Ini nih, bibit - bibit manusia apatis yang bakal gatau kampusnya." seru Bagas yang duduk disamping Arinta tanpa Arita sadari.

Arinta masih saja memejamkan matanya. Bagas yang memang sedikit jahil, menoyor kepala Arinta.

"Apa si woy, ntar jadi bego gimana." omeh Arinta yang memang tidak suka diperlakukan seperti itu.

"Lah kan elu emang dasarnya tolol, gimana si." ucap Bagas ngawur.

"Sok tau banget," kata Arinta ketus.

"Hehe, gausah marah - marah dong."

"Eh, ini pada kemana ya? kok jadi dikit orangnya." tanya Arinta.

"Lagi ishoma bergilir," jawab Bagas.

"Temen kelompok aing mana? Anjir, gaada yang bangunin. Tega bener," seru Arinta heboh.

"Ya gatau, mana saya peduli." jawab Bagas.

"Gamau tau, anterin aku sholat." ucap Arinta.

"Enak aja, gua mau makan." tolak Bagas.

"Yaudah, fix aku gamau ngerjain maket." ancam Arinta, kemudian berlalu pergi.

"Bodo,"

Arinta berjalan sendirian, sambil celingukan mencari teman satu kelompoknya. Dan ternyata mereka sudah berada di tempat mengantri makanan.

"Arinta," panggil seorang cewek dengan rambut kucir kuda dan name tag kelompoknya.

Arinta berlari kearah cewek itu, kemudian mengantri dibelakangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who is Stronger?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang