GE.3

85 67 7
                                    

"Tapi The Darkest bisa mengambil matamu dan membunuhmu, 'kan?"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Sahabatku baru saja menjadi Golden Eyes dan ia segera menceritakan isi kertas kusam yang katanya dimiliki Golden Eyes secara turun-temurun."

"Energimu tidak terserap?"

"Dia menjaga jarak dariku, walau begitu aku tak peduli jika harus mati."

"Dia sahabatmu, tapi kau mencintainya, ya?"

Gadis itu terdiam terlihat enggan menjawab pertanyaanku. Tanpa bisa kukontrol bibirku berucap, "Apa kau mau menjadi Golden Eyes? Agar kau bisa bersama sahabatmu."

Gadis itu menatap kearahku penuh minat kemudian memicingkan mata curiga sambil berkata, "untuk apa kau memberikan Golden Eyes-mu padaku?"

Aku tersenyum, rupanya ia menangkap maksud dari ucapannya dengan baik. "Karena kekasihku manusia."

"Siapa yang tidak ingin bersama seseorang yang dicintainya?" Aku tersenyum mendengar pertanyaannya, aku tahu itu tandanya ia menyetujui tawaranku.

Aku menariknya mendekat hingga pandangan kami bertemu, aku menatap matanya dengan tatapan kosong. Gadis itu merintih kesakitan dengan tetap memaksakan matanya agar menatap mataku. Aku dengan sukarela memberikan Golden Eyes milikku pada mata yang tengah aku pandang , batinku hingga akhirnya gadis di depanku memejamkan mata rapat-rapat, ketika ia membuka matanya Golden Eyes-lah yang aku lihat.

Kami saling melontarkan senyuman, "Aku harus keluar dari hutan ini, menemui kekasihku."

"Aku antar, dengan menjaga jarak."

Dia benar-benar mengantarku, mengawasiku jauh di belakangku. Mendekati perbatasan antara hutan dan wilayah penduduk mataku menemukan punggung tegap seseorang yang sangat aku kenali. Aku segera berlari menghampiri punggung tegap itu sambil berteriak, "William!"

Ketika pemilik punggung tegap itu berbalik ia terhuyung ke belakang akibat pelukanku yang tiba-tiba.

"Leena," gumamnya sambil memeluk tubuhku erat.

"Leena aku mencintaimu."

"Aku juga," balasku.

"Leena, sekarang kita bisa bersama. Aku pemilik Golden Eyes."

Deg . Dadaku terasa sesak.

Air mataku luruh mendengar penuturannya, tanganku mencengkeram bajunya erat. Dia melepas pelukan kami dan matanya bergeming kala menatap manik mataku yang berwarna biru. "Kau ... matamu." Dia berucap dengan tangan bergetarnya meraba-raba kelopak mataku.

Dia menempelkan keningnya ke keningku. Air matanya ikut luruh, mengalir bersama air mataku. Aku benci takdir, sangat membencinya.

"William."

Suara itu membuat kami —Aku dan William— menoleh masih dengan tangan william menangkup kedua pipiku. Seseorang yang memanggil William adalah gadis yang menerima Golden Eyes -ku, gadis itu menatapku datar kemudian berucap, "dialah sahabatku, William."

###

Golden Eyes

Penulis: Cr-Azy

Artworker: Nadykeyr

Cerita ini diikutsertakan dalam EVENT CERPEN CIRCLE PEDIA BATCH 9 GENRE FANTASY #CPShortStory

Mohon dukungannya dengan klik vote dan berikan kritik saran di kolom komentar, ya. Terima kasih dan semoga menikmati :)

Golden EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang