"Gue didepan,"
Sam mematikan sambungan telepon secara sepihak. Sam kemudian turun dan melangkah kedepan mobil. Sambil terus mengulir layar ponselnya, Sam berdiri dan bersandar menunggu sang empunya rumah keluar dan membukakan pintu.
"Sam,"
Sam menoleh saat dipanggil. Ari keluar dengan menggunakan celana pendek dan kaus oblong berwarna putih, ia menghampiri Sam.
"Ngapain lo kesini? Nganterin bolu talas?" Ari terkekeh.
Sam memberikan kunci mobilnya pada Ari, "Temenin gue jalan-jalan," kata Sam, ia memutari mobil dan masuk ke pintu penumpang depan.
"Sinting," Umpat Ari. Ia ingin protes, tapi tidak jadi. Ari akhirnya memutari mobil dan ikut masuk ke pintu pengemudi.
Suasana mobil hening. Tidak ada obrolan antara Ari dan Sam. Biasanya, Ari akan bercerita apa saja sampai telinga dan kepala Sam sakit karena mendengar ia bercerita. Tapi malam ini beda, melihat Sam yang sedari tadi diam dan tidak berekspresi, Ari tidak jadi berbacot ria.
Mobil terus melaju tanpa tujuan. Ari jadi bingung, sebenarnya ia harus mengemudikan mobil kearah mana. Ia menoleh pada Sam yang terus saja memandang kedepan. Ari ingin bertanya, tapi ia segan, takut-takut kalau Sam bisa saja mengamuk didalam mobil sementara ia hanya berdua didalam mobil dengan Sam.
"Sam," panggil Ari akhirnya. Sam hanya menoleh. "Ini kita udah muter-muter dari tadi, gue harus belokin mobil kemana lagi?"
Sam kembali memandang kedepan. Ia tidak menjawab pertanyaan Ari. Sekarang kepala nya menengadah keatas, ada sesuatu yang ia tahan sedari tadi. "kemana aja, bebas, terserah sama lo," jawab Sam akhirnya.
yang penting gue gak dirumah, batinnya.
***
Mondy mengangguk, "Iya, nanti gue sampein ke Sam,"
Cowok itu menghela napas, ia memijit pangkal hidungnya sambil menengadahkan wajahnya keatas. Kepalanya terasa begitu berat. Memikirkan satu masalah OSIS saja sudah sangat berat, sekarang seorang diseberang sana menambahkannya beban lagi.
"Gue belom ketemu Sam hari ini, palingan besok pas disekolah," Mondy melangkah ke balkon rumah, angin malam langsung menyambutnya, ia memasukkan tangan kiri nya pada saku celana pendeknya. Ia menggumam untuk merespon omongan temannya.
Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah mobil, membuat Mondy mengalihkan pandangan dan menunggu seseorang keluar dari sana. Mata Mondy terbelalak saat melihat orang yang menjadi objek obrolannya dengan seorang diseberang sana. Ia lihat Sam sudah berjalan memasuki carport.
"nanti gue telepon lagi," Mondy memutuskan sambungan sepihak. Ia kemudian berjalan turun sebelum Sam masuk ke dalam kamarnya.
Saat Mondy menginjakkan kaki ke tangga terbawah, ia tak sengaja berpas-pasan dengan Sam yang juga baru akan naik ke lantai dua. Mondy melihat penampilan Sam dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Sam terlihat sangat..., berantakan.
"Nih," Sam mengangsur kotak makanan pada Mondy. Ia kemudian dengan santai menaiki tangga.
"Apaan, nih?" Mondy menoleh pada Sam yang sudah setengah jalan menuju lantai dua.
"Makanan," Suara Sam sudah terdengar samar. Tak lama pintu kamar Mondy berbunyi. Mondy bisa menebak kalau Sam memang sudah masuk ke kamarnya.
Mondy menghela napas. Sepertinya ia memang sedang diuji kesabaran. Dengan langkah berat, ia merepotkan diri untuk membuatkan Sam minuman dan menyalin makanan yang dibawa Sam tadi ke piring. Setelah selesai, Mondy melangkah menuju kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rehabilitas Hati
Teen FictionSaat Sam mulai melupakan dan merelakan Arta untuk Dirga, sahabatnya, ternyata ditengah jalan Arta dan Dirga putus. Tak ingin lengah kembali, Sam dengan sigap mengambil kesempatan agar Arta tak lagi menjadi milik orang lain. Tapi setelah berbulan-bul...