4

28 2 0
                                    

Dua minggu kemudian di meja kantin yang sama.

 “Gimana Bro…ada kemajuan?” Tanya Hyunjin pada teman-temannya.

“Kalo gue sih kemunduran adanya.” Jawab Jaemin lesu.

“Gue juga, si Heejin bahkan ga noleh waktu gue sapa.”

“Fiuuhhh…mendingan lo pada, lha dia nampar gue di hari ke dua kita ngobrol.” Curhat Jeno sambil mengusap pipi kirinya. Kontan HYunjin, Felix, Jaemin  dan jeno tertawa.

“Kok bisa, lo apain dia?” Tanya Hyunjin penasaran.

“Jurus gue yang biasa, peluk pinggangnya trus gue bilang ‘hey Heejin manisku’” Yang lainnya kembali tertawa.

“Pantesan aja, Heejin lo gituin.” Sahut Felix sambil terus tertawa.

“Ada yang mau denger cerita gue?” Seru Hunjin yang lain terdiam seketika.

“Gue berhasil main ke rumah Heejin…” Keempat temannya ber wow serempak. “bahkan gue akrab ama bundanya, gue juga sering makan siang bareng…” Dengan bangganya Hyunjin menceritakan keakrabannya dengan Heejin.

“Gawat bias-bisa lo lagi yang menang.” Ujar Felix setelah Hyunjin selesai bercerita.

“Wah…bisa botak gue ngerjain LKS Matematika anak IPA-3.” Sahut Jenoo yang anak IPS.

“Tenang kan ada Jaemin dia yang bakal bantuin kita.” Seru Felix sambil melirik si jago matematika.

“Eit jangan lupa kewajiban menraktir yang menang.” Kata Hyunjin

“Aaaahhh…kalo inget yang itu mules gue.”

“Iya gue juga, mana bokek lagi…”

“No komen…” Hyunjin berlaga seolah menutup resleting mulutnya.

Siangnya sepulang sekolah Hyunjin kembali main ke rumah Heejin, Hyunjin selalu senang melihat Heejin dengan pakaian kasual. Hari ini celana panjang warna abu-abu dengan banyak kantong dan kaos lengan panjang hijau lumut.

“Bunda mana Hee?” Tanya Hyunjin sambil melongok ke ruang tengah. Tidak ada siapa-siapa disana. Heejin anak tunggal, jadi terasa sekali kalo tidak ada bunda.

“Nganter Ayah ke dokter.” Jawab Heejin  sambil menaruh toples berisi camilan di meja.

“Ayah lo sakit?” Hyunjin terkejut. “Kenapa lo ga pernah cerita?”

“Ha kenapa harus cerita sama kamu?” Canda Heejin.

“we’re friends aren’t we?” ujar Hyunjin terluka. “ lo kan bisa cerita apa aja ke gua.”

“Kita teman lah, tapi kenapa harus berbagi sesuatu yang menyedihkan sama teman, kalo bahkan gue sedikit bisa berbagi kebahagiaan?” Jawab Heejin  filosofis, dalam, menohok ulu hati Hyunjin . Hyunjin ingat taruhannya dengan teman-temannya. Hatinya sakit sekarang.

Ini bahkan bukan pertemanan yang tulus Hee… -monolog hyunjin

“Lo , lo baik banget Hee…” Ucap Hyunjin sambil tersenyum kikuk.

Gue harus terus terang sama Heejin!

“Biasa aja. Anyway kamu juga baik kok.” Ujar Heejin tulus.

Gue harus terus terang! Betapa jahatnya gue!! Monolog Hyunjin

“Hee…gue mau…” Hyunjin mencoba bicara.

“Hmm…?” Heejin menatap Hyunjin menunggu.

“Gue…mau…terus terang…” Hyunjin mulai berkeringat.

Hurted Bad Boy  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang