°2. Gitar

5.2K 1K 111
                                    

Salah satu alasan Lee Jeno bisa menjadi siswa favorit para guru adalah karena keaktifannya dalam club sekolah. Tak tanggung-tanggung, pemuda Lee itu bahkan mengantongi tiga club sekaligus yaitu; Basket, catur, dan juga musik.

Membicarakan tentang club musik, Renjun sepertinya harus banyak-banyak berterimakasih pada Tuhan karena telah diberi anugerah suara yang merdu sehingga bisa memasuki club itu.

Awal yang tak terencana sebenarnya.

Saat itu, Renjun yang kebingungan memilih club akhirnya memutuskan untuk bergabung bersama Haechan memasuki club musik. Tapi siapa yang menyangka, jika Lee Jeno ternyata juga menjadi anggota disana?

Renjun terkekeh pelan.

Membuka lagi note kecilnya dan lanjut menulis sesuatu;

2. Jeno gemar bermain gitar.

*

*

*

Meskipun mereka berada didalam club yang sama, tapi Renjun belum pernah sekalipun berinteraksi akrab dengan Jeno.

Alasan pertama yang menyebabkannya adalah, karena memang sifat pemalu Renjun yang melebihi tinggi badannya sendiri, dan yang kedua adalah karena mereka berada pada divisi yang berbeda sehingga cukup sulit untuk memulai percakapan diantara keduanya.

Renjun yang berada di vocal, sementara Jeno berada di Instrumen.

Tapi, selama kegiatan club berlangsung, mata Renjun tak pernah luput untuk melirik pada Jeno yang selalu terlihat fokus dengan alat musiknya.

Renjun juga menyadari dari sekian banyak alat musik yang telah disediakan sekolah mereka, pemuda Lee itu akan selalu memainkan alat musik dawai yang dimainkan dengan cara dipetik.

Gitar.

Permainan gitar pemuda itu terlihat fasih, bahkan sesekali Renjun juga ikut bersenandung pelan-pelan mengikuti suara petikannya.

Mengetahui fakta tentang Jeno yang gemar bermain gitar, maka Renjun dengan menggebu-gebu meminta pada kakaknya -Huang Xuxi, untuk bisa diajarkan bermain alat itu.

Bahkan pemuda kecil itu terlihat benar-benar berniat, sehingga jari jemarinya sampai terluka karena terlalu bersemangat saat memetik senar gitar milik gege bongsornya.

"Jangan kuat-kuat!" pekik Xuxi gemas ketika lagi-lagi tangan adiknya tergores.

Mengambil plester luka yang lain untuk bisa menutupi goresan di jemari Renjun. Sehingga kini, ujung jari jemari si bungsu Huang penuh tertutupi dengan plester warna-warni.

Melihat wajah frustasi Xuxi, lantas membuat Renjun merengut. Ia menyerahkan lagi gitar hitam itu pada si pemilik dan berlalu pergi meninggalkan kamar gegenya dengan kaki yang dihentak kesal.

Gegenya keterlaluan! Renjun kan hanya minta untuk diajarkan , bukan untuk dimarahi.

***

Ruangan club musik akan selalu sepi di hari Jumat, sehingga terkadang beberapa anggota memanfaatkannya untuk berlatih sendirian atau bahkan, hanya sebagai tempat pelarian tidur siang di sela-sela jam istirahat.

Renjun membuka pintu ruangan itu perlahan. Surai kecoklatannya sedikit menyembul dari celah pintu yang sedikit terbuka, dan memantau kondisi ruangan club yang saat ini tampak sepi tak berpenghuni.

Pemuda kecil itu tersenyum lega ketika tidak menemukan orang lain, yang artinya ia bisa puas berlatih bermain gitar sendirian.

Renjun mendudukan dirinya dikursi yang memang disediakan, dengan sebuah gitar coklat di pangkuannya.

Senyuman malu-malu muncul diwajah manisnya saat menyadari jika gitar ini adalah gitar yang selalu dipakai Jeno ketika berlatih.

Ia lalu berdeham pelan, jemari yang terbalut banyak plester itu kemudian mengambil posisi kunci yang sebelumnya telah diajarkan oleh sang kakak.

Jreeenng

Kening mulus Renjun mengkerut ketika mendengar suara gitarnya yang terdengar fals. Mencoba sekali lagi, dan sekarang bahkan benda itu mengeluarkan suara aneh yang semakin membuat keningnya makin berlipat.

Renjun terlalu sibuk untuk membuat suara gitarnya terdengar merdu, hingga tak menyadari pintu ruangan yang berdecit terbuka dan menampilkan Lee Jeno yang menatap kebingungan pada sosok pemuda yang sedang menggerutu sambil menggenjreng gitar di pangkuannya.

Jeno menahan tawa.

Dengan perlahan ia mengambil tempat untuk berdiri dibelakang Renjun yang belum menyadari keberadaannya di ruangan ini.

Sedangkan Renjun masih sibuk mendumel dengan menyumpah serapahi Huang Xuxi yang menurutnya tidak becus mengajari.

Nafas Renjun dengan tiba-tiba tercekat ketika sepasang tangan menggenggam tangannya yang masih memegang gitar, membuat pergerakannya di dawai itu berhenti. Menoleh kebelakang tubuhnya, dan melotot kaget saat menemukan Lee Jeno yang menatapnya dengan pandangan tak berdosa.

"Jika begini, lama-lama senarnya bisa putus." Ujar Jeno dengan suara beratnya.

Tak memperdulikan Renjun yang saat ini sedang menahan nafas karena tubuh mereka yang berdekatan.

Jeno lalu memperbaiki posisi jemari Renjun hingga membentuk pola kunci yang benar dan menahan senyumnya ketika melihat plester luka warna-warni yang membalut jemari pemuda itu.

Dengan perlahan, Jeno juga menggerakkan tangan Renjun yang lain untuk bergerak, sehingga akhirnya, alat musik itu mengeluarkan suara yang merdu.

Menyadari wajah Jeno yang berada dekat dengan sisi wajahnya, membuat semburat merah muncul di pipi Renjun. Ia bahkan tidak menyadari jika gitar dipangkuannya telah mengeluarkan suara merdu yang sedari tadi ia inginkan.

Wajah memerah Renjun pun tak luput dari tatapan tajam Jeno. Ia lalu tersenyum kecil ketika menyadari tubuh Renjun yang menjadi tegang dan kaku.

Pemuda Lee itu lalu melepaskan pegangannya dan beranjak untuk bisa duduk berjongkok dihadapan Renjun yang masih terpaku di tempat duduknya.

"Aku bisa melatihmu bermain gitar, jika kau mau." Ucap Jeno memecah keheningan.

"Atau bahkan kita bisa melakukan duet," lanjut pemuda itu lagi, membuat semburat merah di wajah Renjun semakin terlihat membara pekat di wajah manisnya.

"Atau bahkan kita bisa melakukan duet," lanjut pemuda itu lagi, membuat semburat merah di wajah Renjun semakin terlihat membara pekat di wajah manisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(✔) 5 Hal Tentang Lee Jeno; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang