Bumi, 2020
Jalanan hari ini lumayan padat, cendrung macet sebenarnya. Dari tadi Iza sama Awan sudah marah marah di Grupchat, tapi mau gimana lagi, lalu lintas lagi tak bersahabat sekarang.
" kenapa kok kayak gelisah gitu? " tanya lelaki di sebelah ku
" ini loh yang, dari tadi Iza sama Awan marah marah terus, nanya udah dimana. Udah tau macet " keluhku
" diemin aja, bentar lagi nyampe kok " ujarnya sambil mengelus rambutku
Hal sederhana yang entah kenapa selalu bisa membuat ku tenang.
" cieee pipinya merah, seneng yak rambutnya aku elus elus " ucapnya sambil menyentuh pipiku.
" apaan si " ucapku sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
Dia memang seperti itu, sering membuatku malu karena tingkah manis nya itu.***
Bumi, 2011
Sore ini hujan turun sangat deras, pulang les aku tak langsung pulang kerumah, tapi mampir ke rumah nenek. Dan disinilah aku sekarang duduk dekat jendela rumah nenek.
" Pit, tuh ada Ogi nyariin " teriak nenek dari arah depan. Tak menunggu lama aku pun beranjak menuju arah suara nenek. Disana aku lihat nenek tengah fokus menganyam rotan - nenek ku sering membuat kerajinan kebetulan-, di depan nya ada ogi dengan rambut yang sedikit basah.
" kenapa kok kesini? " tanyaku duduk di sebelah ogi
" tadi aku kerumahmu di suruh mamah nagnterin sup, pas nyampe kamu gak ada. Tante bilang kamu lagi di rumah nenek. Yauah aku kesini aja, sekalian jemput kamu pulang " jelasnya
" bentar lagi ya, om Alam nya belum datang lagian masih hujan juga kok ". Aku memang sengaja mampir kerumah nenek, mau minta oleh oleh sama om Alam sebenarnya, om Alam itu adik mama.
" emang om Alam dari mana? " tanya ogi penasaran
" dari bandung, aku pesen topi sama cokelat, nanti aku kasih kamu cokelat nya" ucapkuKarena kelamaan nungguin om Alam aku sama ogi jadi kemaleman pulangnya, adzan magrib baru sampai dirumahku, untung saja rumahku dan rumah ogi deketan jadi dia gak terlalu capek setelah nganterin aku kerumah.
" aku pulang dulu, kamu langsung ganti baju, jangan mandi nanti sakit " ucapnya
" iya iya, kamu juga " jawabku
" oh iya, kamu cantik pake topi itu " ujarnya kemudian pergi meninggalkan aku dengan pipi semerah tomat di depan rumah.Pas masuk, aku lihat ibu sedang duduk di karpet menemani adikku -dia baru saja masuk SD- belajar.
" Pulang sama siapa teh?" Tanya ibu
" sama ogi bu, mana ayah?" Jawabku sambil mencium tangannya" masih di masjid, kenapa emang? "
" aku mau ijin, besok kan hari minggu. Boleh gak aku maen?? Gak sampe sore kok."
" mau kemana? Sama siapa?."
" ke kebun kakeknya Iza, sama temen temen. Boleh ya "
" iya boleh, asal hati hati. "
Besoknya, kami berempat pergi ke kebun kakeknya iza. Aku betah di sana, banyak buah dan seger banget udaranya.
" kalo udah sukses nanti, aku mau lamar kak susi." Celetuk awan tiba tiba
" kenapa tiba tiba ngomong gitu wan? Kamu sehat?" Tanya iza sambil mindahin tangannya ke kening awan
" apaan si za " awan menghela nafas sambil nurunin tangan iza. " aku di tolak sama kak susi, dia bilang dia gak mau punya pacar dulu kalo belum sukses" lanjutnya lagi, terlihat jelas ada luka di matanya.Kami bertiga hanya diam, aku memberanikan diri memeluk awan, iza juga melakukan hal yang sama, sementara ipul ia hanya menepuk pundak awan. tanpa perlu awan menjelaskan lebih jauh, kami tahu ia sedang tidak baik baik saja. Patah hati memang sesakit itu sekalipun aku belum pernah ngerasainnya.
Xoxo
~Nem