Sabian mengajaknya keluar? Itu adalah satu hal yang tidak pernah Natasya duga sebelumnya. Keraguan melanda dirinya. Antara senang dan bingung beradu jadi satu. Pikirannya mencerna berbagai pertanyaan yang menyerang batinnya.
Ada apa dengan Sabian?
Mengapa cowok itu jadi seperti ini?
Apakah dirinya baru saja membuat kesalahan?
Natasya sungguh bertanya-tanya dalam hatinya. Namun seketika ingat dengan ucapan Vinka yang memintanya untuk menolak ajakan Sabian. Natasya harus menahan diri. Agar tidak dipandang sebelah mata lagi oleh Sabian.
Tetapi Natasya juga berpikir, kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Tidak akan datang disaat-saat tertentu. Apakah Natasya harus memanfaatkan momen ini?
Natasya menggeleng kuat dan menepuk-nepuk pipinya. Sesekali mengembuskan napas yang panjang. Kemudian kembali membaca pesan dari Sabian. Memastikan bahwa Sabian tidak menghapus pesan tersebut. Dan benar saja, satu bubble chat itu masih terpampang jelas di ponselnya.
"Ini beneran nyata woy!" jeritnya dalam hati.
"Jawab nggak ya? Soalnya dari tadi belum aku respons lagi."
Jarinya kembali menekan tombol papan keyboard, kemudian mengurungkan niat untuk mengetik sesuatu di sana. Bolak-balik, sampai-sampai si empunya pun secara mendadak lagi mengirimkan pesan kepadanya.
Kak Sabian:
lo nolak ajakan gue?Kak Sabian:
gue tunggu di dekat pos rumah lo,
apa sekalian gue pamitin ke ortu lo?"Jangan!!!" balas Natasya secara spontan, kemudian menoleh kanan-kiri kamarnya, dan seketika ia menepuk jidat. "Lama-lama kayak orang nggak jelas ini mah. Gara-gara Kak Bian inimah! Ih, suka banget bikin jantung aku nggak aman!"
Akhirnya Natasya memutuskan untuk membalas pesan tersebut, sebagai bentuk menghargai dan tidak mau kalau sampai dikata sombong hanya karena tidak membalas pesan itu.
Natasya:
oke, kutunggu di pos sekitar jam 6.30pmNatasya:
terima kasih atas ajakannya:)••••••••••••
"Nih, gue bilang juga apa!"
Sabian menunjukkan balasan sebuah pesan kepada Dani dan juga Revo. Dengan tersenyum menyeringai, dirinya pun beranjak dari sofa.
"Anak orang jangan lo apa-apain, Yan," ucap Dani memperingatkan. "Ini cuman taruhan biasa, jangan sampai lo kelewatan nanti sama dia."
Sabian mendecak pelan. "Apaan sih? Orang gue juga males sebenarnya, saking nurutin lo berdua yang kagak jelas ini. Pakai bawa-bawa gue normal apa kagak? Anjing emang."
Revo yang asik dengan camilan dan ponselnya seketika tertawa renyah mendengarnya.
"Ya siapa tahu aja, putus dari Fiola bikin kewarasan lo hilang juga," balas Dani.
"Emang kampret lo!" sahut Sabian mulai sebal, sembari melempar bantal sofa pada Dani.
Sejak dari pulang sekolah, mereka bertiga memang suka berkumpul di apartemen Sabian. Sembari menikmati waktu begadang karena besok hari libur sekolah. Dani dan Revo berniat untuk menginap, dan bermain play station milik Sabian.
