Ada Apa?

32 3 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😉

****

Ceritaku masih sama, bahkan takan pernah berubah. Sebab sedari awal semua ini dimulai, kamu alasannya.

****

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankan.

Happy reading

Semenjak kepulangan Vikram serta Aldy, Ryan tak hentinya menanyakan alasan mengapa Ersya tak memberitahukannya bahwa ia sudah di perbolehkan untuk pulang. Dan jika Vikram tidak ikut dan tak memberitahunkannya, mungkin saat Ryan sampai di Rumah Sakit akan uring-uringan dan membuat keributan.

Tetapi sampai saat ini, Ersya masih setia terdiam dan belum mau membuka suaranya. Jujur saja, dia merasa bersalah karna tidak memberitahu Ryan jika dirinya bisa pulang kerumah. Tetapi memang ini harus Ersya lakukan.

"Ca, gue abang lo. Dan lo harus bilang apapun ke gue. Sekecil apapun masalah lo, lo harus tetep cerita ke gue." Kata Ryan lirih sambil bersimpuh dan memegang kedua tangan Ersya.

Ryan tau, sedari tadi Ersya menahan tangis. Terlihat dari bahunya yang naik turun dan kian lama bergetar.

Tanpa menjawab pertanyaan Ryan, Ersya memeluk tubuh kekar Ryan erat dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Ryan. Tangis Ersya terasa pilu, bisa Ryan rasakan itu.

Dengan penuh kasih sayang, Ryan membalas pelukan itu dan mengusap kepala serta punggung Ersya dengan lembut.

"Lo adik dan gue abang. Jadi udah sewajarnya lo cerita tentang apapun yang lo rasain. Gue ga bisa liat lo sedih dan terpukul. Cukup hari itu aja Ca. Gue gamau merasa kalau gue gagal lagi yang kedua kalinya jagain lo."

Ersya menggelengkan kepalanya sebagai penolakkan bahwa apa yang dikatan Ryan tak benar.

"Sekarang, lo cerita ke gue. Lo kenapa?" Tanya Ryan setelah merasakan bahwa Ersya mulai tenang.

Lagi lagi Ersya menggelengkan kepala.

"Ca." Pinta Ryan dengan tulus. Kali ini sembari melepaskan pelukannya.

Ersya masih saja diam membisu seolah tidak mau menceritakannya kepada Ryan.

"Kalo lo emang belum siap, gue tunggu sampe lo siap buat ceritain semuanya ke gue. Karna gue ga mau lo nanggung beban itu sendiri." Dan kembali Ryan membawa Ersya kedalam pelukannya seolah menyalurkan kekuatan.

Ersya bersyukur. Sangat bersyukur karna memiliki orang seperti Ryan. Sebagai teman bertukar cerita, teman berbagi tawa, suka bahkan duka.

Setelah merasakan hembusan nafas Ersya yang semakin terasa tenang, Ryan pun membawa Ersya kedalam kamarnya. Ersya tertidur dengan keadaan yang menurut Ryan sangat mengkhawatirkan. Dan Ryan berdo'a semoga bangun nanti Ersya dapat menceritakan semuanya.

Sebelum Ryan benar benar turun karna mendengar suara ketukan pintu, Ryan pun mencium kening Ersya dengan penuh sayang.

****

"Lo ngapain ke rumah Eca?" Tanya Shavira penasaran saat dirinya dan Vikram sudah tepat berada di depan pintu masuk rumah Ersya.

Khatulistiwa[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang