False Destiny 12

468 6 0
                                    


Mindset seseorang itu bisa berubah seiring waktunya dan ada niat dari orang yang ngejalaninnya. Begitu pun gue, gue gakan munafik sok jadi perjaka lagi tapi nyatanya waktu having sex sama minella malah menikmati. Kadang mulut sama tubuh itu sering banget berlawanan. Mulut gue bilang gak mau tuh gue kek gini, gue udah nolak, gue gak segampang itu, gue gak brengsek. Tapi cuy pernah mikir gak sih? Anggara kinajar dilahirkan sebagai cowok, dan logikanya kalo ada cowo digoda kek gitu gimana tuh imannya? Apakah masih kuat tapi pas pulang langsung c*** atau mening lampiasin sama objek yang ada di ini kedepan mata? Hanya sebagian kecil mungkin yang ngerti.

Jadi apakah gue brengsek? Iya. Mata gue udah ketutup setan semenjak gue mau balas dendam sama thoriq. Dan saat sekarang, ketemu minella yang buat dunia gue jungkir balik, gue gatau harus kek gimana. Antara menyesal atau malah kesenengan.

"ndiihh hhh ayo lebih cepettt." Rengek minella di bawah gue. Gue tersadar. Anjir, brengsek andi. Damn it dia berhasil bikin gue panas, dan lo tau? Ini saatnya gue mimpin aksi.

"yaa engghhh."

"ndiiih.. aku cinta ahhh kamuhh ahh enggh." Gue berhenti sejenak. Si minella kok bilang gini?

Gue gak bisa balas dia, kenapa dia segampang itu bilang cinta sama cowok sih? apa dia gini ke semua cowok? Dan apa gue harus berhenti? Gue gabisa cinta sama minella saat gue sendiri juga bingung sama identitas gue, dan mungkin gak akan pernah bersatu kalo seandainya minella nuntut jawaban, gue gabisa kek gini.

"ndiii kok berhenti enggh?"

An****, suara minella ganggu banget. Gue menatap dia yang sayu. Apakah harus gue lanjutin? Gue gak mau terjebak sama minella lagi, apa yang gue harapin? Thoriq udah gak peduli. Permainannya udah selesai. Jadi apa yang gue lakuin itu pasti sia-sia kan? Gue harus berhenti.

Tapi, gue... gak bisa juga.

"andiiii ayo ih kok diem? Ayoooo ndi masukin lagi aku gakuat engghh."

Bangsat ini cewek, gue harus gimana, natap minella yang udah lemes dengan muka memohon kok makin bangsat sih? gue menatap mulutnya yang masih mangap ngambil nafas. Aduh yaudah ini mah bodo amat, minella harus dikasih pelajaran. Okay gue lannjut tapi ini pertama dan terakhir kali, dan gue nganggapnya untuk seneng-seneng doang. Okay calm ndi calm, ayo lanjut.

"andi, kamu nunggu apa sih? Mau ganti posisi?"

Jahanam itu bibir.

"boleh?" loh jingan?

"engghh ayo yang penting kamu seneng."

Minella pun ngedorong gue, hingga jadi terlentang, dia tersenyum sinis. Qirdun, yaudah kalo gini gue gabisa nolak lagi. Bangsat. Yaudah, mungkin gue gak cinta, tapi gue mau mencoba saat liat minella, mencoba meluruskan mindset gue yang berubah, asalnya dulu, gue hanya mau melakukan hubungan yang teristimewa sama orang yang gue cintai, gue yang janji gakan terbawa arus pergaulan bebas remaja zaman sekarang, tapi sekarang udah beda lagi, di otak gue Cuma ada satu cinta yang memuaskan batin dan lahir, yang bisa sempurna, yang bisa hidup dan menggebu-gebu layaknya orang lari marathon yang gak pernah monoton. Cinta butuh amunisi untuk terus dipupuk oleh kebrengsekan, dan akibat dari brengsek itu cinta gue jadi sempurna karena cinta butuh desahan. Dengan desahan gue rasanya jadi menggebu dan jadi diri gue yang sebenarnya, karena desahan gue ngarasa jadi bajingan yang sempurna. Okay hujat aja gak papa. Gak perlu sok alim lagi karena lo udah brengsek ndi. Ayo mine kita lanjutin nyanyi bareng-bareng.

GOBLOK EMANG!

"ndiii mau main dulu atau langsung aja?"

"langsung aja mine."

OKE ANGGARA KINAJAR, WELCOME TO THE HELL YANG LO CIPTAIN.

****

"kringgg kringgg"

Gue mengernyit, itu suara alarm atau apa sih kok berisik banget. Lagi enak-enak tidur juga. Gue melihat ke perut, ada tangan yang ngelingkarin perut gue. Dan itu minella. Dia masih tidur nyenyak tanpa terganggu itu suara alarm. Gue pun meraih alarm untuk mencet tombol buat mati. Astaga ternyata udah jam 8 aja. Berarti gue samaleman nginep di kosan minella. Apa masih bisa dibilang nginep sedangkan kita baru tidur jam 3 subuh. Ya, kemarin kita seharian ber uwu-uwu-uwu.

Gue menatap minella yang tidur agak mangap. Oh gini yang cewek lagi tidur, kek singa. Yaudah lah, orang cantik juga kalo tidur gak selamanya cantik karena tidur itu gak sadar. Apalagi gue waktu dulu ya yang biasa-biasa aja gak ada cantik-cantiknya. Gue mencari ponsel, duh gue jadi keingetan Reisa. Gue gak enak sama dia.

Akhirnya gue milih untuk turun dari Kasur dan segera bergegsa, gue harus nemuin reisa.

"ndi, engg udah bangun?" Tanya minella.

"hm."

"mau kemana?"

"aku harus pulang mine."

"gak disini dulu? Jadinya kita berangkat bareng ke kampus?"

"maaf ya mine, aku gak bisa, aku udah ada janji, ini buru-buru. Kamu ke kampus sendiri gak papa?"

"janji sama siapa?" gue mengernyit, haruskah gue kasih tau? Kenapa dia harus tau?

"sama dosen."

"bukannya kamu izin ya ndi?"gue mengernyit lagi, ini si minella lagi introgasi gue gitu?

"udah engga, harus masuk sekarang, ada kelas jam 9."

"oh, yaudah. Okay semangat kuliah ya."

"oke." Saat gue mau ngambil kunci motor minella meraih tangan gue.

"ndi, jangan deket-deket sama cewe lain ya." Gue menatapnya, ini kok kenapa si minella jadi ngatur-ngatur gue gini?

"gak boleh ya mine?'

"enggak lah, kamu pacar aku."

"mine... kita belum jadian." Kata gue gak enak.

"ya terus? Seharian kemarin kita ngapain?"

"have fun?"

Minella melotot, gue mengggaruk kening gak ngerti.

"pokonya jangan deket-deket sama yang lain, sana katanya mau pulang."

"oh oke, aku pulang ya mine, sampai jumpa di kampus."

"iya."

****

Gue sampe di rumah dan gak ada siapa-siapa. Alhamdulillah gak usah kena omel kalo gini. Tapi masalahnya kalo gak ada siapa-siapa berarti rumah di kunci, jadi gue gak bisa masuk ke dalem. Repot juga, kalo mau nelpon mama nanti malah diomelin panjang dan gakan selesai-selesai. Gue lebih milih nelpon reisa.

"halo?"

"sa?"

"iya ndi kenapa?"

"lo ada dirumah?"

"iya, kenapa?"

"gue ke rumah lo ya?"

"he mau ngapain?"

"kita berangkat bareng."

"gak usah ndi, gue dianter papa kok."

"oh, yaudah gak papa tapi gue tetep ke ruamah lo."

"gak usah ndi, kan gue bilang kalo gue dianter papa."

"siapa juga yang mau jemput lo, orang gue mau numpang mandi."

"ha? Maksud lo?"

"rumah gue di kunci, gue baru pulang dan belum mandi. Jadi numpang, okay gue otw yaa."

Tanpa nunggu persetujuannya gue langsung menuju rumah reisa. Tapi belum juga naik ke motor mama muncul dengan baju dinasnya.

"masih inget pulang dita?"

Gue menghela nafas, udah kalo gini mah. Tamat riwayat gue.

****

Jangan lupa vote yaaa, biar saya rajin updatenyaaa;)

terimakasih sudah meluangkan waktunya.

False DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang