°Awon Sae°
“Baca, ulang, dan ulang!!”
—Rumus hafalan santri biasa—
.
.
.Selain mengajarkan ilmu umum, SMA Islam Garuda juga banyak mengajarkan ilmu agama tidak jarang SMA Islam Garuda juga menerapkan berbasis pesantren.
"Ra, entar hafalan ta'lim, ya?" Kini pertanyaan Tera terjawab sudah, makanya sejak pagi kok anak kelas pada rajin membuka kitab ta'lim.
"Syair?!"
"Huum, emang kamu lupa?" Tera mengangguk cepat, dia mengeluarkan kitab dan buku pelajaran pertama.
Saat istirahat Tera langsung ke gazebo dekat kantor, gazebo khusus putri. Kalau gazebo di sebelah gerbang itu untuk putra biasanya tukang malakin uang adik kelas padahal udah berulang kali guru mengingatkan.
Gazebo terbuat dari bambu yang beratap daun kelapa, masih sangat sederhana. Namun, begitu nyaman saat semilir angin menerpa lembut diselingi lantunan hafalan.
Alala tanalul ilma illa bisittatin # saunbika an majmuiha bibayanin
Dzukai wa khirshiw wastibarin wa bulghotin # Wa irsyadi ustadzi wa tuli zamani
Perlahan bibirnya berkomat-kamit kadang ia memejamkan mata kadang juga melebarkan mata saat ia mulai kehilangan lafadz-nya.
"Etdah susah amat!" kesalnya mengembungkan pipi terus meneliti barisan lafadz dalam kitab tersebut.
Berulang kali membaca, mengulang, dan terus menerus karena Tera sendiri bukan siswi yang sekali dijelaskan atau sekali baca langsung paham, dia butuh waktu untuk mencerna dan menghafal.
"Ra, anterin aku ke kamar mandi dong!" pinta Fitri sepertinya menahan sesuatu. Tera mendengkus kesal, bisa-bisanya di saat-saat seperti ini dia malah minta dianterin.
"Sendiri aja masak kalah sama bocah!" ketusnya hendak melanjutkan hafalan.
"Koen ngerti konco po ra?" balasannya dengan bahasa Jawa. Artinya "Kamu ngerti teman apa enggak?!"
"Iya, dah gass!" serunya menutup kitab dan beranjak dari gazebo.
Bukan maksud mereka untuk takut ke kamar mandi, tapi lewat gazebo putra yang bikin bulu kuduk mereka merinding. Takutnya dipalakin nanti kalau sendiri.
"Fit, ada si Rio tuh," ujarnya membuat Fitri melebarkan mata secepat kilat, sedikit salah tingkah saat melewati mereka bahkan pas Fitri disapa Rio. Udah malu-malu kucing.
"Astagfirullah, jaga mata jaga hati, Fit." Tera langsung berjalan cepat, takut kena pukul Fitri. Kebiasaan kalau marah atau malu sasarannya temen.
"Kamu sih, ngasih tahu aku, 'kan jadinya aku malu." Fitri mengembuskan napas kasar di depan pintu kamar mandi. Detak jantungnya berpacu tidak karuan. Ah, apakah ini yang dinamakan cinta?!
"Malu tapi mau, ngakunya nggak mau lihat eh, buruan udah jauh malah balik badam sambil ngelihatin. Ckckc, menungso menus-menus kake'en duso hahaha," candanya melihat Fitri yang masih salah tingkah dengan rona merah di pipinya.
"Dahlah, kok kamu suka banget liat aku terbungkam kayak gini. Kamu tunggu, ya!" Fitri mengingatkan, Tera mengangguk. "Cepet, Fit. Soalnya kitab ta'lim aku tinggal."
Fitri mengangguk. Setelah selesai mereka berjalan keluar, tanpa sengaja Tera melihat Alvin berjalan seraya membawa Qur'an hampir menabrak pohon.
"Hafalan sih hafalan, tapi kalau jalan liat depan juga kali," bisik Tera menahan tawa begitu juga dengan Fitri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awon Sae
Teen FictionJakarta - Jombang Awon adalah kejelekan, sedang Sae adalah kebaikan sama seperti kehidupan manusia yang tidak selalu berjalan mulus. Kisah Lentera Trenggana yang penuh lika-liku dipertemukan dengan calon hafiz Qur'an super ngeselin bernama Alvin Had...