2. Teman

13 2 0
                                    


Meet in Seoul-Teman

"Woy cepet! Woy!"

Aku mengernyit melihat seluruh siswa sekolah berlari keluar kantin. Sebagian dari mereka juga tampak sibuk menyeting kamera, entah untuk apa itu.

"Mereka kenapa?" tanyaku sambil melihat orang yang sedang berlari.

"Biasa, paling kelakuan Kak Taehyung lagi." ujar Ae Ra datar.

"Kak Taehyung?"

"Kakel yang sering bully Jungkook." kini Jiyang yang berbicara.

"Jadi.. maksud kalian sekarang Jungkook lagi di bully sama Kak Taehyung?" aku semakin bingung.

"Ya.. gak pasti Kak Taehyung juga sih. Bisa aja gengnya Hoseok atau Kak Seokjin." Ae Ra menyesap jus nya yang hampir habis.

Brak!

Aku menggebrak meja. Untung saja kantin sepi, jadi tak menarik perhatian siapapun.

"Dan setelah kalian tau temen sekelas kita kena bully, kalian masih bisa santay kaya gini?!" aku tak mengerti lagi apa yang sudah Ae Ra dan Jiyang pikirkan.

Jiyang menahan lengan ku. "Bu-bukan gitu.. kita cuma ga mau jadi bahan bullyian juga kalau bantuin Jungkook."

"Setidaknya kan kalian bisa lapor ke guru!"

Kini Ae Ra menatap ku. Lalu tersenyum miring.

"Sayangnya, itu ga semudah dengan yang lo ucapin. Orang tuanya Kak Taehyung ketua yayasan. Lecet dikit, bisa mampus." ujarnya.

Aku menatap keduanya bergantian. Baiklah, disini artinya yang berkuasa yang bertindak. Mungkin Ayah ku salah memilih sekolah.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Sambil membawa susu kaleng coklat milikku, aku berjalan tergesa-gesa menuju kerumunan ramai di tengah lapangan.

Ae Ra dan Jiyang ikut menyusulku.

Dari sini, aku bisa melihat kerumunan ramai tersebut. Saat aku menerobos masuk, netraku langsung tertuju ke satu sosok.

Sosok yang kini terduduk dengan baju kotor penuh saus. Dia hanya menunduk, memegang ujung blazernya.

Ya Tuhan! Padahal dia laki-laki.

Tanpa aba-aba, aku segera menarik tangannya, hendak pergi keluar dari kerumunan itu. Namun belum selangkah, seseorang menepis tanganku, sehingga susu kaleng coklat yang sedari tadi aku pegang terjatuh.

Mataku memicing kearah laki-laki yang baru saja menepis tanganku. Yang dibalas tatapan tajam juga olehnya.

"Berani juga ya lo," ujarnya sinis, sambil menaikan satu alisnya.

Aku tak menggrubis sama sekali, malah menarik laki-laki lemah ini pergi dari lingkaran setan itu.
Entah mendapat keberanian dari mana sehingga aku berani mencampuri urusan orang lain.

Aku menariknya sampai ke taman belakang. Taman ini sepi, cukup aman.

Samar-samar, aku menghela napas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meet in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang