1

1.4K 104 4
                                    

Loving My cousin

Halo, kenalin nama aku Renata. Umurku baru menginjak 21 tahun. Jika kalian berpikir aku kaya raya, hm tidak demikian nyatanya aku terlahir dari keluarga harmonis dan sederhana.

Ayahku seorang owner konveksi rajut dipusat kota Bandung, dan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa yang taat pada suami. Aku adalah anak tunggal, ya meski seharusnya aku menjadi anak bungsu karena nyatanya kedua abangku meninggal dunia sewaktu dilahirkan.

Punya kehidupan yang nyaris sempurna nyatanya tak mengubah orientasi seksualku. Aku tak tahu mengapa aku bisa seperti ini.
Cerita ini dimulai ketika umurku sekitar 6 tahun.

Waktu itu, sepupuku datang kerumahku. Namanya Liana Anatasya, dia berbeda 3 tahun denganku. Saat aku TK dia berarti sudah kelas 3 SD.

Liana tinggal disumedang, dan aku selalu memanggilnya dengan sebutan "Teteh" ( Kakak dalam bahasa sunda) tanpa berani menyebut namanya, karena menurut keluargaku, menyebut nama seseorang yang lebih tua daripada kita adalah hal yang gak sopan.

Aku sangat senang jika dia ke Bandung untuk bermain denganku, meskipun aku tak kekurangan perhatian dari kedua orangtuaku, tetap saja jika Liana yang mengajaku main, rasanya berbeda saja level kesenanganku itu.

Liana itu anak bungsu dari 4 bersaudara yang mana semua kakak-kakaknya adalah lelaki. Jadi, jika libur sekolah tiba, dia akan merengek ke mamanya (tanteku) untuk pergi ke Bandung karena dia tidak mau bermain dengan abang-abangnya.

Saat dia kelas 1 Smp dan aku kelas 4 SD, giliran aku yang bergantian berlibur ke Sumedang untuk berlibur dan bertemu dengannya. Semenjak dia masuk SMP, Liana jadi jarang pergi kerumahku, karena banyak tugas kelompok yang harus dia kerjakan, jika pun tidak tetap saja dia sibuk karena dia mengikuti banyak organisasi.

Saat aku di Sumedang, Liana selalu mencurahkan perhatiannya padaku, seperti menyuapiku seperti bayi. Aku sangat nyaman dengan sikap keibuannya. Dia bahkan tak akan pernah melepaskan dekapannya padaku ketika tidur, karena dia takut aku jatuh dari ranjang.

Saat banyak hal yang menjadi PR dirumah, dia akan tetap menyempatkan waktunya untuk bermain denganku. Kita akan bermain lempar batu, lompat tali, dan lainnya.

Liana ku anggap sebagai kakakku sendiri, karena aku tidak punya kakak, jadi aku menganggapnya sebagai kakakku, dan dia tidak keberatan karena dia juga sangat ingin mempunyai adik.

Saat aku menginjak kelas 2 SMP yang mana dia masuk kelas 2 SMK, dia memutuskan untuk Praktek Kerja Lapangan di area bandung kota, dia beralasan selain karena banyak pilihan tempat PKL di Bandung juga dia akan menginap dirumah nenekku, jadi tanteku tak perlu khawatir akan hidup Liana. Tentu karna hal itu juga yang membuatku merengek pada ibuku untuk menginap dirumah nenek untuk sementara waktu. Awalnya ibu menolak, karena dia akan kesepian dirumah, tapi karena aku memberi alibi jika nenek justru akan lebih kesepian lagi karena tinggal seorang diri alhasil ibu mengijinkan.

Sebenarnya, aku sudah mengajak Liana untuk tinggal dirumahku saja. Tapi dia merasa tidak enak, dan sungkan. Apalagi PKL nya hampir 2 bulan, jadinya Liana menolak dan lebih memilih tinggal dirumah nenek.
Tapi tak apalah, toh rumah nenek dan aku cukup dekat, aku tinggal naik kereta saja jika ingin ke rumah nenek yang mana rumah nenek berada di daerah gede bage.

Meskipun aku dan Liana sudah beranjak dewasa tapi sikap kita tak ada yang berubah. Liana masih memperlakukan aku layaknya seorang bayi, dan aku selalu bersikap jika aku haus perhatiannya.

Ketika weekend, Liana akan pulang ke sumedang, begitupun aku, aku akan pulang kerumah. Begitulah rutinitas kita berdua.

Ketika hari produktif, Liana akan bangun lebih awal, dan segera menyiapkan aku dan nenek sarapan.
Nenek sangat senang aku dan Liana tinggal bersamanya, karena dengan begitu, dia tak akan merasa kesepian.

SHORT BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang