Boys Love

474 19 3
                                    

I love that boy

24 Maret 2016

Tanganku bergetar ketika teman-temanku membuat status wa yang bernada sama. Kira-kira isinya seperti ini

Gotcha. I know you are gay.

Mampus aku!

Aku begitu yakin mereka semua menyindirku, aku tahu satu hal, kemarin aku melihat Kissing Scenes Compilation dari salah satu series boys love di thailand. Entah mengapa aku sangat tertarik hal yang berbau gay, dari kapan ya? Aku rasa sejak dari SMP aku tertarik pada sejenisku, laki-laki meski sebisa mungkin kutahan agar tak terlalu terlihat. Dan itu berhasil hingga hal buruk gegara menonton kompilasi ciuman boys love diyoutube dengan gegabah aku screenshot dan aku upload ke wa.

Aku hanya membagikannya ke teman belokku, tanpa ku sadari salah satu teman sekolahku lupa aku hide . Karena kesalahan itu pula, status wa teman-temanku menjadi sindiran seperti itu.

Lupa kukatakan, aku reza. Si anak pendiam yang terkadang bawel jika sudah menemukan teman yang klop. Aku tinggal bersama kakek juga pamanku yang galak. Aku anak sulung, sedangkan dua adik lelakiku dibawa oleh orangtuaku keluarkota sana.

"Siapa yang gay?" Aku membalas salah satu status wa temanku.

"Ya adalah, haha." Jawaban singkat dari dia membuatku jadi takut.

Aku menenangkan diriku dengan bercerita ke teman-teman gayku yang ada digrup whatsapp. Mereka bilang aku harus santai, toh lambat laun teman dan orangtua akan mengerti. Meski tetap saja aku ingin menangis.

Satu chat masuk ke hp ku. Tapi aku tak sempat melihatnya, karena masih takut. Takut jika temanku langsung menyergapku dengan berbagai pertanyaan. Aku melirik sekilas siapa saja yang mengirim text padaku. Disana ada beberapa member gay, dan di yang paling atas ada nama Bima.

Keringatku bercucuran, Bima teman sekelasku yang aku taksir sedari aku masuk SMA. Aku penasaran dengan chat yang dia kirim, tapi aku juga terlalu takut untuk membukanya. Bagaimana jika dia memakiku? Atau yang paling parah, dia menjauhiku karena jijik.

Semalaman aku tidak bisa tidur, dan hanya bermain game saja hingga aku ketiduran.

25 Maret 2016

Besok paginya, aku melihat notifikasi dari ponselku yang mana 32 panggilan tak terjawab dari Bima. Aku benar-benar kaget. Hingga kuberanikan diri untuk membuka chatnya.

"Heh lu."

"Reza."

"Angjim gadibales."

"Heh kntl, tugas udah belum lu?"

"Liat jawaban no 2, 5, 7-10.. hehe."

Aku menarik nafasku dalam, dengan perasaan lega. Apa yang semalam aku pikirkan tidak benar.

Aku mengirimkan tugasku pada Bima, dan dia mengucapkan terimakasih. Bangga saja rasanya jika aku dapat diandalkan oleh Bima.

Saat disekolah, Bima mentraktirku, dan beberapa kali mengucapkan terimakasih karna kebaikanku.
Tatapan sinis dan aneh ditunjukan oleh teman-temanku padaku juga Bima.

"Bim, ngapain toh? Sini gabunglah sama kita. Pulang sekolah ada pertandingan futsal, laman SMK 6."

Andri dan yang lain menghampiri Bima dan aku. Bima tentu senang karna dia memang suka futsal. Tapi Andri tak sedikitpun mengajakku.

"Reza juga mau ikut ndri." Jawab Bima tanpa kuduga.

Andri berfikir sejenak. "Ekhmmm.. rrrrrre.... Gimana ya. Udah penuh sih"

SHORT BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang