Loving My Cousin
EndingSemenjak Liana menikah, dan memutuskan untuk tinggal di Jakarta, aku makin kehilangan sosoknya. Disisi lain, perasaanku terhadap Liana juga mulai goyah.
Waktu aku SMA, aku menolak beberapa pria yang mendekatiku, tapi salah satu dari pria-pria itu bernama Josep, meski aku menolaknya, dia tetap kekeuh mendekatiku, bahkan dia sama-sama kuliah di unpad dan kita satu kelas. Dulu aku akan menghindari Josep, tapi sekarang aku seakan-akan membiarkan Josep masuk kehatiku, aku tak benar-benar menerima Josep sebagai pacarku, hanya saja aku akan mencoba dan melupakan Liana.
Setahun kemudian, aku dan nenekku pergi kerumah tanteku. Nenek kesana karena ada hal penting katanya, dan aku yang menemaninya. Aku menguping pembicaraan tante dan nenekku yang membicarakan terkait rumah tangga Liana.
Tante bilang jika Liana sering menelfon, dan bilang jika keputusannya menikah muda sangat salah. Andri sudah tak menafkahi Liana baik itu nafkah lahir dan batin. Liana juga ingin berpisah dari Andri, karena andri selalu bersikap kasar padanya. Tapi Andri tidak mau mengucapkan talak.
Beberapa bulan berlalu, aku mendengar kabar dari nenek jika Liana sudah resmi bercerai, tapi Liana masih tetap tinggal dijakarta, karena memang pekerjaannya disana.
Di weekend berikutnya Liana memberi tahuku jika dia akan pulang. Ini pertama kalinya semenjak kejadian tunangan itu, Liana mengabariku jika dia hendak pulang.
Tepat di hari sabtu, aku sedang mengerjakan tugas individu dirumah ditemani Josep, hari itu juga hari kepulangan Liana. Aku bersenda gurau dengan Josep, aku baru menyadari jika Josep itu orangnya asik, tak seperti lelaki kebanyakan, makanya aku suka.
Menjelang sore hari, aku menyuruh Josep pulang, karena hari sudah semakin gelap. Josep mengerti dan aku segera mengantarkannya pulang.
Berhubung pintu depan rumah dikunci, alhasil aku jalan ke pintu belakang, Josep bertanya kenapa pintu depan dikunci, disitu aku bilang jika takut ada maling.
Di pintu belakang itu sangat sepi, karena hanya ada rumput dan langsung menghadap ke tembok besar yang langsung menghadap kejalan raya. Jadi tembok itu semacam sekat pembatas antara jalan raya dan perumahan.
Saat hendak say goodbye, Josep sempat terdiam untuk beberapa saat. Saat ku tanya kenapa, Josep malah menggelengkan kepalanya tapi masih dengan tatapan menatapku, membuatku tidak nyaman. Josep mendekat dan memegangi kepalaku, tapi saat wajahnya mendekat, aku segera mendorong tubuhnya.
Itu perbuatan yang tidak senonoh, apalagi masih disekitar rumahku, bagaimana jika ada yang melihat?
Josep terlihat kecewa, tapi percobaan kedua, dia berhasil menciumku, untungnya itu ciuman dipipi. Josep bergegas pulang, tapi aku tak menanggapi dia, karena kesal dia melakukan ciuman itu.
Aku melangkahkan kakiku untuk kembali masuk ke rumah, tapi seseorang meraih tanganku, saat ku tengok, ternyata itu Liana.
Aku menatap sosoknya yang kini jauh berbeda, kurus, tapi masih tetap mempesona. Ingin sekali aku memeluknya, melepaskan semua rindu yang telah aku tahan. Tapi tetap, semua terasa canggung. Bahkan untuk menanyakan kabarnya.
"Hayoloh, cowok yang tadi siapa?" Liana menatapku sinis. Sedangkan aku clingak clinguk.
"Pake cium-cium lagi, teteh bilangin ke ibu ya!"
"Astagfirullah, itu temen teh. Kita gak ciuman kok, dianya aja yang rese." Nada bicaraku mulai terdengar marah.
"Udahlah, ayok masuk, teteh berat nih bawa barang bawaan." Liana menggiringgku kerumah, tapi sebelum itu, aku menegaskan padanya jika dia jangan ngadu ke ibu, karena sumpah aku dan Josep itu sebatas teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT BOOK
Short StoryThe compilation of Readers' story Kumpulan Cerita Pendek dari Readers Bantu subscribe, dan like yong peeps atau https://youtube.com/channel/UCvx7PMG656bOH2vYQsw05jA Tq i luv y gays.