The Love We Deserve - 1

2.8K 203 21
                                    


Aslaug tidak tahu mengapa mendadak dia sangat tertarik bersantai di padang pasir yang tandus ketika hari menjelang sore. Padahal angin yang berhembus menerbangkan pasir-pasir halus yang tidak ramah untuk mata dan saluran pernafasannya, ditambah lagi matahari yang bersinar terik walaupun kulitnya sudah terbiasa dengan udara panas,  seharusnya Aslaug memikirkan dan menjaga kesehatan kulitnya sebagai seorang wanita.

Mungkin alasannya karena hari ini adalah hari yang melelahkan, seharian penuh Aslaug mengurus pasien yang datang untuk berobat sehingga gadis malang itu butuh waktu menyendiri sejenak. Tanpa siapa pun yang mengganggu Aslaug hanya butuh ketenangan, dan satu-satunya tempat di mana ia tidak merasa terganggu adalah di padang pasir ini.

Hanya orang yang tidak waras yang bersantai di sini tanpa memikirkan badai pasir kemungkinan besar terjadi ketika angin berhembus kencang di sore hari. Tapi ya sudahlah, Aslaug juga tidak takut celaka apalagi mati. Sejak ia dibuang ke Persia oleh ayah yang ia cintai dan keluarganya sendiri Aslaug hidup tanpa tujuan. Dia hanya mendedikasikan seumur hidupnya untuk melayani seorang guru yang mengajarkannya banyak hal tentang ilmu kedokteran, setidaknya Aslaug merasa sedikit berguna dengan membantu pasien-pasien yang datang.

Suara kuda yang meringkik mengusik ketenangan Aslaug yang sedang termenung. Gadis itu menoleh ke segala arah, mencari sumber suara yang begitu jelas dia dengar di telinganya sampai seekor kuda berwarna hitam dan gagah tiba-tiba saja muncul di hadapannya.

Aslaug menjerit, sangkin terkejutnya gadis itu bangkit dan menjaga jarak aman dari makhluk bertubuh hitam legam itu. Bagaimana dia tidak takut dan was-was, hewan berkaki empat ini muncul tiba-tiba di hadapannya dan tidak memiliki penunggang. Bisa jadi kuda ini adalah jelmaan jin mesum yang tertarik kepadanya.

Kuda itu kembali meringkik seakan ingin menyampaikan sesuatu, dia mendekati Aslaug dan meringkik lagi sambil menggerakkan kepalanya ke arah timur. Dahi Aslaug berkerut dalam, dia melirik ke arah di mana kepala kuda itu tertuju dan tidak menemukan apapun selain padang pasir yang gersang dan sepi.

Memberanikan diri Aslaug mendekati kuda itu lalu mengusap kepalanya sambil bertanya, "Apa kau haus?"

Sialnya kuda itu meringkik lagi tapi kali ini sambil mendorong tubuh Aslaug dengan kepalanya sehingga Aslaug jatuh tersungkur di atas pasir. Mengumpat pelan, Aslaug bangkit sambil menatap kuda itu dengan sebal lalu bertanya, "Apa sebenarnya masalahmu?"

Kuda itu mendekatinya dan lagi-lagi mendorongnya, kali ini lebih pelan sehingga Aslaug mampu menjaga keseimbangannya. Beberapa kali kuda itu mendorong Aslaug sehingga dia semakin yakin kalau kuda itu membutuhkan bantuan.

Tanpa merasa takut Aslaug naik ke atas punggungnya dan menemukan tali kekang melingkar di lehernya. Tampaknya kuda ini adalah kuda yang terpisah dari pemiliknya, tapi Aslaug tetap membiarkan hewan itu membawanya. Aslaug sudah terbiasa menunggang kuda saat dia tinggal di Tiberius dulu, tapi kuda yang biasa Aslaug tunggangi adalah kuda kerajaan yang sudah terlatih.

Kuda itu membawa Aslaug cukup jauh ke padang gurun. Awalnya Aslaug khawatir kuda ini akan membuatnya tersesat tapi saat ia melihat seseorang terkapar di atas pasir dari kejauhan, Aslaug tak lagi memikirkan keselamatannya sendiri. Ia segera mengentak tali kekang agar kuda berlari lebih cepat menuju ke arah orang yang terkapar itu.

Seorang pemuda...

Aslaug segera melompat turun dari punggung kuda dan memeriksa keadaannya. Beruntung pemuda itu masih bernafas meski jantungnya berdetak dengan sangat lemah. Oh, Aslaug harus segera membawanya ke asrama! tapi bagaimana? Dengan tubuh yang kecil dan kurus Aslaug tidak akan mampu mengangkat pemuda berotot ini seorang diri ke atas kuda, dia butuh bantuan tapi sayangnya tidak ada seorang pun yang melintasi padang pasir saat ini.

The Love We Deserve (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang