Prolog

10 0 0
                                    

Kang Min Jung berlari secepat mungkin menuju stasiun. Ia hampir telat. Kereta menuju Seoul akan berangkat 5 menit lagi. Tak peduli dengan tatapan orang-orang, ia terus berlari.

Minjung terus-terusan memaki dirinya sendiri. Saking cepatnya berlari, ia tak dapat menghindar dari seorang pria berpakaian formal yang tiba-tiba keluar dari mobil sambil memegang segelas kopi.

Alhasil, ia menabrak pria itu dan kopinya tumpah mengenai kemeja putih yang berbalut jas mahal itu. Mata Minjung terbelalak kaget. Ia mengutuk dirinya dan berharap ia dapat menghilang.

"Ma---maaf pak, saya tidak sengaja," kata Minjung dengan kepala menunduk.

Pria itu menatapnya tajam. Jantung Minjung rasanya ingin berhenti, ia mematung tak tahu harus berbuat apa. Sesekali ia melirik pria itu dan pria itu tetap menatapnya tajam seperti isyarat bahwa ia akan membunuh Minjung.

Minjung meneguk ludahnya, "Maaf pak, saya gak sengaja. Terserah bapak mau minta ganti rugi atau apapun yang penting saya dimaafin."

Pria itu menatapnya dari bawah ke atas, meneliti Minjung. Entah apa yang ada dipikirannya, Minjung hanya bisa pasrah.

Saat Minjung ingin membersihkan kemeja pria itu, pria itu menahan tangan Minjung dengan tangan besarnya.

"Tak perlu," ucap pria itu dengan suara beratnya.

Minjung menatap punggung pria itu yang pergi meninggalkannya. Ia langsung menghembuskan napasnya, merasa lega bahwa ia tak harus melakukan apapun. Mungkin pria itu telah memaafkannya. Mungkin.

Tiba-tiba, ia menepuk jidatnya.

"Minjung kau gila? Kau lupa harus ke stasiun." Minjung berbicara dengan dirinya sendiri.

Ia kembali berlari melewati kerumunan orang. Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di stasiun. Dugaannya benar, ia telah ketinggalan kereta. Kakinya lemas, keringat bercucuran. Ia memandang sekeliling stasiun mencari tempat beristirahat.

Minjung menyandarkan dirinya di dinding, ia mengeluarkan handphonenya dari dalam tas ransel miliknya. Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 KST.

Lalu, ia mendengar suara tak asing. Ia melirik ke kanan dan ke kiri tapi tampaknya tidak ada orang yang mendengar. Nah, suara itu terdengar lagi. Minjung memegangi perutnya.

"Oh ternyata kamu ya perut nakal, hahaha. Ayo kita cari makan," kata Minjung.

Minjung mengeluarkan dompetnya dan menghitung sisanya setelah ia membeli makan nanti.

"Okelah, sisanya cukup buat beli tiket lagi nanti sore."










●●●

Please support me
Vote dan komen kalian sangat berharga♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Day | Lee Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang