Ketika Persahabatan Dibalas Pengorbanan

9 4 0
                                    

Karya :
- Ynthoeiswn.
- Lirana.

"Kebo, bangun buruan. Heran gue, jam berapapun tidurnya tetap aja bangunnya siang," gerutu seorang dara pada sahabatnya. Namanya Gladys Novarina, panggil saja dia Glad. Si gadis dengan wajah yang bisa dikatakan hampir anindita. Afsunnya sungguh nyata, rupanya sungguh anindya, tak diyakini jika ada orang yang tak akan menyukainya.

"Jadi cewek itu harus sabar. Bunda gue aja sabar sama gue, yakali lo yang cuma sahabat malah galaknya kelewatan," gerutu Zovan, sang sahabat sejati Glad.

   Keduanya tak pernah terpisah, bagai nabastala dengan mega. Dimana ada Zovan, di situ pula ada Glad. Tak heran jika mereka dianggap pasangan oleh orang banyak.

   Tapi sadarkah mereka jika salah satu dari mereka sudah ada yang benar-benar menaruh rasa? Kebersamaan yang mereka jalani terlalu melebihi kalbunya.

   Pelakunya adalah Glad, gadis itu yang lebih dulu merasakan hal aneh pada kalbunya. Tapi sudahlah, biarkan dia sendiri dulu yang merasakannya.

"Jalan kuy," ajak Glad pada manusia yang masih setia bergulung dalam selimut. "Kemana?"
"Ya kemana aja, ke taman boleh juga."

   Ide yang cemerlang bagi Zovan. Setidaknya Minggu paginya tak terlalu monoton seperti hari Minggu sebelumnya.
                                                 🍃🍃
    Hiruk pikuk kendaraan tak bersua di sini. Hanya ada derap kaki, kicauan burung, serta sarayu yang menyapa indra pendengaran mereka. Tempat seperti inilah yang membuat kalbu Glad terasa damai dan nyaman.

"Duduk di sana yuk, Van." Zovan menurut. Keduanya kian beranjak menuju bangku bundar yang berada tepat di bawah pohon aksara.

"Dingin juga." Percayalah itu kode yang ditujukan Glad untuk Zovan. Glad hanya ingin mengetes sahabatnya, apakah dia peduli atau tidak.

   Dan ya, sebuah jaket kini melingkar pada bahunya. Glad benar-benar tak bisa menahan senyumnya lagi. "Makasih," gumam Glad dengan nada yang begitu rendah. Biarlah, ia tak peduli Zovan akan mendengar atau tidak.

"Gue beli minum dulu, ya."
Bruk
"Eh, sorry gue gak sengaja. Lo ada yang luka?"

Cewek yang tak sengaja ditabrak Zovan itu menggeleng. Ia masih sibuk membersihkan bajunya yang sedikit kotor terkena pasir.

"Sekali lagi gue mohon maaf. Oh ya, nama lo siapa? Kenalin gue Zovan." Cewek tadi menyambut uluran tangan Zovan dengan senyum manisnya.

"Hai, gue Nata. Lo ke sini sendiri?" tanyanya.

"Oh, nggak. Gue ke sini bareng sahabat gue, dia lagi di bangku sana tuh," sahut Zovan seraya menunjuk dimana Glad berada.

Nata mengangguk patuh. Diliriknya jam tangan yang bertengger manis di tangan kiri. "Zov, gue duluan, ya. Gue harus jemput mama di bandara soalnya."
"Yaudah, hati-hati."

   Senyum Zovan tak pernah memudar hingga sosok Nata benar-benar menghilang dari tatapan aksanya. Ia harus menceritakan semua pada Glad. Zovan yakin, sahabatnya pasti senang karena dia bisa mengenal cewek lain selain Glad.

"Lama banget sih lo, udah mirip anak ilang gue di sini," gerutu Glad. Tangannya langsung menyerobot air yang masih di genggaman Zovan.

"Lo tau gak, tadi gue ketemu cewek. Dia cantik banget, mirip bidadari."
"Emang lo pernah liat bidadari?" tanya Glad sewot.
"Pernah," sahut Zovan. "Cewek tadi bidadari gue. Gue harus bisa menangin hatinya," lanjutnya dengan begitu antusias.

Sepertinya haluan gue untuk mendapatkan lo sebagai kekasih memang tak akan tercapai, Van. Lo bahkan gak melirik gue di sini saat lo ngomongin cewek itu.

"Van, balik yuk. Gerah banget gue, pengen mandi." Tanpa babibu Zovan langsung menuruti apa yang diinginkan sang sahabat.

                                              🍃🍃

"Gue harus bisa ngungkapin perasaan ke Zovan. Bagaimanapun caranya, walaupun hanya ada sedikit harapan."

   Dengan tangan bergetar hebat, Glad membuka pintu kamarnya. Dia tahu, ada Zovan di ruang tamu.

"Van, gue mau ngomong."
"Glad, gue mau ngomong sama lo."

   Keduanya saling bertatap beberapa detik, hingga Glad memutus duluan tatapan itu. "Lo duluan aja."

Zovan mengangguk. Ia berdehem untuk menetralkan kembali suasana hatinya. "Gue jadian sama Nata," ujarnya dengan senyum tak ternilai.

Dapat ditebak oleh Glad jika Zovan memang sudah benar-benar mencintai gadis yang baru dikenalnya sebulan lalu itu.

Untungnya gue belum ngomong apa yang ada di hati gue, Van. Setidaknya gue tahu apa yang hati lo rasakan ke gue. Ketakutan gue menjadi kenyataan, gue mencintai seorang diri.

                                             🍃🍃

Kring... nada pemecah keheningan diantara deru nafas seorang dara.

"Ya, saya sendiri dengan saudari Glad, ini siapa ya?"

Benda berharga yang selalu ia jaga, berisi ribuan foto bersama seorang Zovan tercinta jatuh begitu mendengar runtuyan kata yang di ucapkan seseorang di seberang sana.

Gue, gue harus cepet kesana

Diantara kabut yang memenuhi pikiran, ia menahan bendungan terbesar yang kian mendesak kala wajah Zovan menyapa benaknya.

Dunianya tentu runtuh sejak seseorang yang ia cinta memutuskan untuk mencintai orang lain yang bukan dia. Namun, kebahagiaan Zovan adalah segala nya, lalu, kenapa jadi serunyam ini?

                                           🍃🍃

"Pasien memerlukan donor jantung agar bertahan hidup"
Seorang berjas putih dihadapannya mengabarkan kabar yang meremukkan hatinya. Ia terdiam kemudian mengajukkan jantungnya untuk Zovan.

Sebelum ia pergi ditemuinya lelaki yang tengah terbaring lemah dihiasi selang serta jarum yang menghujam tubuh indahnya.

Van, gue bakal pergi. Seenggaknya dengan jantung ini lo bisa liat banyak hal dalam hidup ini. Gue emang gak bisa hidup bareng lo lagi, tapi, dengan jantung ini gue tetep hidup bahkan dalam tubuh lo, sekarang dan selamanya.

Tetesan bening mengalir dipipi indahnya. Ia telah siap, ia tersenyum. Mungkin benar, ia takkan membersamai langkah Zovan kelak, namun, bukankah ia akan selalu membersamai detak jantung Zovan bahkan saat Zovan tertidur sekalipun.

Amanat :

1) Hargai apapun selagi ada, karena kita tak pernah tau kapan kita akan kehilangan hal tersebut.

Goresan KataWhere stories live. Discover now