part 6

17 4 0
                                    

Tolong jangan buat aku ingat akan Dia lagi.

*****

Pagi hari sebelum pemberangkatan ke Bandung, Viena sudah bergegas gegas berangkat ke sebuah rumah makan untuk membelikan makanan sebagai bentuk balas budi pada seseorang yang sudah membantunya setelah kepergian orang tuanya.

Sambil mendorong pintu rumah makan Viena berkata, "Permisi mbak."

"Ada yang bisa saya bantu dek?" Tanya seorang resepsionis.

"Saya mau pesan nasi goreng 3 ya mbak, yang pedas 1, yang gak pedas 2. Oh iya, dibungkus ya mbak." Jawab Viena.

"Oya kak, mohon ditunggu." Ucap resepsionis.

Sambil menunggu, Viena mengutak atik hpnya. Tiba tiba ia mendapat notif dari Naura Artasya--teman seorganisasi Viena.

Naura Artasya

Vi

Lo dah tau belom
ttg rapat?

Udah kok

Tau dari sapa?

Lani

Udah dikasi tau harinya
kapan?

Blm, emg kapan Nau?

Jumat mingdep,
jam set 11

Oh okeoke, makasi

Yoi

Eh lo lagi balek kampung?

Iya hehe,

Owh

*****

"Permisi dengan pesanan atas nama Viena." Ucap resepsionis.

"Iya mba saya." Jawab Viena sambil berjalan ke arah resepsionis tersebut.

"Vi-v-viena? Ini beneran kamu?" Tanya resepsionis yang terkejut setelah mengetahui orang yang bernama Viena adalah temannya sendiri.

"Iya." Jawab Viena singkat.

"Ya Allah Vi, gue Layla Karunia temen smp lo, kelas A. Lo inget gue ga?" Ujar resepsionis yang bernama Layla tersebut.

Setelah mengingat ingat, akhirnya Viena ingat jika Layla itu teman smpnya.

"Oh layla, inget kok inget. Eh btw itu makannya udah jadi apa belum?" Tanya Viena yang mengalihkan pembicaraan.

"Gak nyangka ketemu lo, pas td lo kesini gue kek dah ga asing sama suara lo, eh ternyataaa. Udah jadi kok, totalnya Rp 45.000. Btw gimana kabar lo? Sekarang kuliah dimana?" Ucap Layla.

"Oke oke. Alhamdulillah baik, gue kuliah di Univ Padjajaran Bandung." Jawab Viena sambil mengeluarkan uang untuk membayar pesanannya.

"Oh iya Vi, gimana kabar De--" belum sempat Layla selesai bertanya mulut Layla sudah dibekap Viena.

"Sttt, gue gatau. Udah dulu ya, gue ada urusan soalnya hehe. Makasi ya Lay!" Teriak Viena sembari keluar dari rumah makan.

"Kasian Viena." Guman Layla.

*****

Beberapa menit kemudian Viena sampai di depan toko bunga yang kemarin lusa ia datangi, "Assalamualaikum Bu Tri." Ucap Viena saat masuk.

"Waalaikumsalam, eh neng Viena. Ada apa kok kesini lagi?" Tanya Bu Tri.

"Ini bu, saya mau kasih makanan buat Bu Tri, diterima ya bu..." Jawab Viena sambil menyerahkan 2 bungkus nasi goreng yang tadi ia beli.

"Loh loh ada apa ini kok tiba tiba ngasih makanan?" Tanya Bu Tri dengan antusias.

Viena mengembuskan nafas pelan, "Emmm....itu sebagai tanda terimakasih sekaligus permintaan maaf Viena bu, makasi bu dulu sudah mau memberikan kasih sayang layaknya orang tua kepada saya, dan maaf dulu suka ngambilin bunga ibu tanpa ijin hehe." Ucapnya.

"Ealaah neng neng, tak kira ada apa, kamu itu udah saya anggap anak sendiri Vi." Ucap Bu Tri dengan nada melegakan.

"Kamu pulang kapan nak ke Bandung?" Tanya Bu Tri yang sedang menyirami tanaman tanamannya.

"Nanti sore habis Ashar jadwal berangkatnya." Jawab Viena.

"Oyaya naik apa?" Tanya Bu Tri.

"Naik kereta bu." Jawab Viena singkat.

"Oh iya neng, kamu tau Laut sekarang dimana? Kok setelah lulus SMA gak pernah ke sini lagi, dulu kan sering banget ngambilin bunga lavender buat kamu tanpa ijin." Tanya Bu Tri dengan permohonan agar Viena tau jawabannya.

"Laut...laut...laut...laut--" Viena merasa badannya tegang setelah mendengar nama itu, sebutan itu. Kepalanya pun menjadi pening.

"Arghhh, harus banget tanyanya kayak gitu." Batin Viena dengan kesal.

"Neng?" Tanya Bu Tri dengan nada penuh kecemasan, memang Bu Tri tidak tau apa yang terjadi antara Viena dengan Laut, tapi mungkin Bu Tri berpikir itu ada sangkut pautnya dengan kejadian 4 tahun lalu.

"E-eeh iya bu, maaf. Saya gatau Lau-- jeda sejenak, Laut ada dimana bu. Terakhir ketemu setahun setelah lulus SMA, setelah itu saya gak tau lagi kabar Laut." Jawab Viena sedikit terbata bata.

"Kenapa si aku masih panggil dengan sebutan Laut? Bukankah dia punya nama? Kenapa Vi kenapaaa!" Batin Viena yang sudah mulai kesal tak terkendali.

"Oalah yaudah neng, padahal ibu kangen sama mas Laut." Ucapnya dengan nada sendu.

Jeda beberapa menit sebelum Viena mulai berbicara, "Yasudah dulu ya bu, aku mau pulang buat siap siap berangkat nanti sore."

"Oya neng, ati ati." Ucap Bu Tri."

"Ya bu, titip salam juga buat Bella sama Arif, makasii bu. Permisi...." Ujar Viena dengan tergesa gesa.


"Yaa. Semoga sehat selalu neng." Ucap Bu Tri dalam hati.

To be contiued!

Siapasih Laut itu?
Kok Viena sampe jadi sensi gitu?

Tunggu kelanjutan ceritanya ya kawan kawan!

Jangan lupa vote dan komen!

So, hope u enjoy!

SaptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang