part 11

16 2 0
                                    


*****


Setelah keluar dari kelas bimbingan, Viena menuju cafe yang biasanya ia kunjungi dengan Siren, tapi kali ini dia sendiri karena Siren masih diharuskan untuk beristirahat.

Sembari menunggu jam rapat, Viena memesan roti bakar coklat keju dan cappucino float seperti biasa. Ia lantas membuka macbooknya untuk menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan dosen.


*****


Jumat, 13.40 p.m

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh embak embak dan emas emas." Ucap Pak Joko saat masuk ke ruangan.

"Waalaikumsalam waramatullahi wabarakatuh Pak!" Sorak Viena dan teman teman serempak.

"Ada apa nih pak kok kita disuruh kumpul? Mau dikasi uang jajan ya pak?" Teriak Ramdan yang usil tiada hentinya.

"Ramdann!! Bisa tidak sekali saja serius? Jangan bikin saya darah tinggi terus." Ucap Pak Joko yang sudah geram dengan perilaku Ramdan.

"Ya maap ya pak emang udah kayak gini!" Seru Ramdan tak tau sopan santun.

"Udah udahhhh, gedeg gue lama lama." Ucap Amel kesal.

"Pak jadi ada apa kok kita disuruh kumpulll" Ucap Irma mengalihkan pembicaraan.

"Jadi tiga minggu kedepan seperti biasanya mahasiswa semester pertengahan akan mengadakan acara angkatan, dan kalian akan menjadi panitianya. Sesuai dengan prosedur dari awal semester bahwa siapa saja yang bergabung akan menjadi panitia disetiap acara angkatan ataupun acara per fakultas." Jelas Pak Joko.

"Emang acaranya meliputi apa aja pak?" Tanya Irma.

"Untuk sesi tanya jawabnya nanti dulu, saya belum selesai menjelaskan." Jawab Pak Joko yang terdengar dengan nada dingin.

"O-ooya pak." Jawab Irma bungkam.

"Karena didalam organisasi ini ada dua perwakilan anak dari setiap kelas per fakultas, oleh karena itu setiap kelas harus menampilkan sebuah pentas seni sederhana." Lanjut Pak Joko.

"Oya, apa tadi sudah di absen?" Tanya Pak Joko.

"Belum pak. Tapi yang gak dateng cuma Siren." Jawab Salma.

"Lha kenapa?" Tanya Pak Joko.

"Sakit pak." Jawab Viena angkat bicara.

"Sakit apa?" Tanya Pak Joko yang malah tidak melanjutkan penjelasan acara.

"Pakkkk! dilanjut dulu ngejelasinnya." Teriak Alan yang geram.

"Yayaya... Sebentar saya lupa mau bilang apa." Ucap Pak Joko sambil memijit pelipisnya.

"Dasar bapak bapak pikun." Batin Alan.

Selang beberapa menit keheningan

"Nahh! Saya inget...Jadi kita juga akan menyambut kedatangan mahasiswa." Jelas Pak Joko girang.

"Wahh anak barunya gans ga ya?"

"Sape tuh kira kira?"

"Aduh jangan jangan jodoh gue ni"

"Cowok apa cewek pak?" Tanya Alan girang bukan main *biasa fckboi kalo cewe ya langsung diembat

"Rahasia dong. Besok kalian tau sendiri." Jawab Pak Joko menggoda Alan.

"Kasihan oh kasihan"

"Dasar fakboy huuuuuuuu"

Begitulah sekiranya ejekan yang menimpa Alan.

"Sudah sudah. Ini saya bagikan list acaranya. Pokoknya sebelum hari H kalian harus bekerjasama cari bahan bahan untuk dekor dan sebagainya, tenang aja nanti dibantu sama dosen dosen lainnya." Ucap Pak Joko menenangkan ruangan yang sekarang ricuh ini.

Viena sendiri lebih banyak diam, bukan karena malas datang ke rapat, tapi memang seperti inilah perangai Viena. Lebih banyak diam jika tak ditanya.

"Oiya satu lagi. Mungkin dua minggu kedepan seragam identitas kalian baru bisa dibagikan ke kalian." Ucap Pak Joko menjelaskan.

"Oya Pak." Jawab Viena dan teman teman serempak.

"Ada yang mau bertanya sebelum saya akhiri pertemuan kali ini?" Tanya Pak Joko memastikan.

"Saya nggak jadi pak hehe." Ucap Irma cengegesan.

"Yang lain?" Tanya Pak Joko.

Hening sejenak.


"Yasudah kalau tidak ada yang bertanya, nanti kalau ada yang mau bertanya bisa japri saya, dan kalau ada pemberitahuan kumpul lagi diruangan ini. Wassalamualaikum waramatullahi wabarakatuh." Ujar Pak Joko sembari membuka pintu ruangan.

"Waalaikumsalam waramatullahi wabarakatuh." Jawab mereka serempak.


*****


Setelah rapat selesai, Viena memutuskan pergi ke perpustakaan dekat kost-nya untuk meminjam beberapa buku kimia untuk menjadi bahan tugas tugasnya.

*****


Sesampainya dikamar kost, tiba tiba handphone Viena berdering.

Tinggg!!!

Tinggg!!!

Tinggg!!!

Viena yang baru saja merebahkan tubuhnya ke kasur lantas mengambil handphonenya yang tergeletak diatas rak buku buku.

Terlihat nama Ramdan Abdi memenuhi layar handphonenya.

"Mau apa si ni anak?" Batin Viena.

Ramdan Abdi

P

Vi

Siren emg blm blh masuk?

Iya

Kira kira masuk kapan?

Lusa, maybe

Ada apa?

Cmn tanya

Yaudah ye, makasii

Ok

Percakapan pun berakhir.

"Jangan jangan Ramdan suka kali ya sama Siren?" Tanyanya dalam hati.

"Ah gatau ah." Ucap Viena kesal sendiri.

To be continued!

Akhirnya post lagi yaw! Hehe

Jangan lupa vote dan komen yaaa

So, hope u enjoy!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SaptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang