03. Another Unusual Day

24 3 2
                                    

Selamat membaca♥

- - - - - - ✂ - - - - - -

Entah mengapa akhir-akhir ini lingkungan jadi cukup ramai, membuat Erin kelelahan dan muak mendengar berbagai pikiran orang-orang yang melintas disekitarnya.

'Ah, aku lapar sekali, enaknya makan apa ya ...'

'Setelah ini aku harus mengerjakan laporan yang menumpuk itu. Hahh.'

'Wahh, style orang itu keren sekali!'

'Dia pergi meninggalkanku hu hu hu'

Dan banyak lagi yang lainnya.

Yang bisa dilakukannya hanya menyumpal kedua telinganya dengan earphone untuk mendengarkan alunan musik yang tenang di pendengarannya.

Bagaimana aku bisa mendapat anugerah seperti ini. Sungguh melelahkan, batin Erin.

Terlalu berisik mendengar pikiran orang-orang. Bukannya tidak mensyukuri anugerah itu, hanya saja ia merasa bahwa membaca dan mendengar pikiran orang yang bahkan tidak ia sengaja seperti saat ini adalah hal yang tidak benar. Bukankah itu terasa lancang? Apalagi di keadaan ramai seperti ini membuatnya semakin pusing, karenanya ia selalu berusaha menghindari keramaian, kalaupun terpaksa ia akan menggunakan earphone nya untuk mengalihkan pendengarannya.

"Hahh, ingin istirahat saja rasanya.", ucap Erin sambil memijat keningnya yang terasa pening.

"Kayaknya lo kecapekan.", suara dari sebelahnya membuat Erin menolehkan kepala.

"Ngapain lo disini? gue ada kelas, tolong jangan ganggu gue.", ucap Erin.

"Apa maksud lo gue ngapain disini, gue juga ngambil kelas ini.", balasnya.

Erin mendecih mendengarnya.

"Bahkan lo ngikutin gue sampai segininya, maksud lo apaan sih?!", ucap Erin tak percaya dengan omongan pria tersebut.

Ketika pria itu akan membalas ucapan Erin, pintu terbuka menampilkan dosen yang akan mengajar kelas hari ini. Setelah salam pembukaan, tanpa basa basi dosen itu langsung menyuruh mahasiswanya membuka buku dan mempelajari halaman yang telah diperintahkan.

"Baik, sekarang kuis.", ucap dosen itu dengan lugas. Mendengar itu banyak sekali mahasiswa yang mengeluh karena quis yang diadakan secara mendadak.

Tak menggubris keluhan mahasiswanya, dosen itu tetap melanjutkan.

"Tutup buku kalian, saya kasih waktu satu jam untuk mengerjakan."

Keadaan menjadi hening ketika semua sedang berkonsentrasi berkutat dengan soal-soal pada lembaran yang telah dibagikan. Begitu juga dengan Erin, ia berusaha mengerjakan soal yang cukup rumit itu. Namun, di tengah-tengah ia merasakan perutnya sangat sakit dan perih, ia memegang perutnya dan berharap rasa sakit itu sedikit mereda supaya ia bisa kembali fokus mengerjakan. Tapi, bukannya mereda, yang ada malah semakin terasa berdenyut hingga Erin meremas bolpoin yang ia pegang. Keringat mulai membasahi dahi Erin.

"Lo gapapa?", tanya seorang pria yang sama dengan yang tadi membuat ia merasa kesal. Pasalnya pria itu tidak sengaja memperhatikan pergerakan Erin yang sedikit terlihat aneh.

"Gapapa.", ucap Erin sambil berusaha melanjutkan mengerjakan quis nya dengan terburu karena tidak lama lagi akan dikumpulkan.

Akhirnya waktu habis, beruntung Erin bisa menyelesaikan semuanya. Ketika ia berdiri hendak mengumpulkan, perutnya semakin berkali-kali lipat terasa sakit, Erin mendesis kesakitan sambil memegangi perutnya.

ADDICTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang