"SATU"

25 6 2
                                    

Cahaya mentari masuk melalui jendela, menyinari wajahku. Aku terbangun ternyata sudah pagi. Ini hari pertama masuk sekolah. Aku menuju kamar mandi, setelah menyelesaikan ritual mandiku. Dihadapanku sudah tergantung seragam siswa. Aku memakainya, kemeja putih, rok putih kotak-kotak dan tambahan jas putih, di ujung lengannya terlihat aksen gold.

Aku turun kebawah kulihat orang tuaku sudah di meja makan. "Pagi ma, pa". Sapaku.

"Pagi sayang,sini makan. Ini hari pertama kamu MOS kan, nanti disekolah jangan cari masalah, mama ngga mau kesekolah kamu seminggu sekali". Ibuku berkata seakan aku akan menghancurkan sekolah itu. Tapi aku paham maksudnya. Melihat pengalaman waktu aku di SMP ibuku bisa dibilang sangat sering dipanggil pihak sekolah, karena aku.

"Dan jangan macam-macam ya sayang, kamu sudah remaja. Jadilah gadis yang baik". Ucap papaku.

"Iya-iya, hari ini kan hari pertama aku tidak akan mencari masalah kok.". Ucapku sambil memakan roti buatan ibu.

"Aku pergi ya ma, pa aku sudah terlambat". Ucapku langsung bergegas pergi.

Aku berjalan 10 menit melewati komplek rumahku untuk mencapai halte bus. Dari dulu aku selalu pergi sekolah menaiki bus. Keluarga ku cukup sederhana, aku tidak ingin menyusahkan orang tuaku.

Aku duduk di dekat jendela, aku memasang earphone di telingaku. Mendengar lagu sambil menikmati udara pagi.

Aku sampai disekolah, banyak murid pergi memakai kendaraan pribadi masing-masing bahkan di tempat parkir terpajang ferari, dan lamborghini. Aku bersekolah di Palm High School. Disini adalah tempat bagi siswa yang memiliki harta. Aku bisa bersekolah disini karena Beasiswa,otakku cukup pintar namun di waktu SMP orang tuaku sering dipanggil karena kasusku. Bukan kasus kriminal yang memenuhi namaku, tetapi kasus karena aku sering tertidur di saat jam pelajaran. Aku pikir pelajaran sangat membosankan, aku bisa mengerti apa yang guru jelaskan hanya dengan sekali mendengar. Bukan sombong tapi IQ ku memang di atas rata-rata.

Aku berhenti sebentar mengamati pemandangan depan sekolah ini, hanya pagar sekolah aku rasa uang untuk membuat pagar itu cukup untuk hidup setahun.

Aku memasuki sekolahan, di lapangan sudah banyak siswa yang datang."para murid baru silahkan berbaris di lapangan sesuai nomor di kartu pelajar kalian." Ucap salah satu guru.

Kartuku tertulis Angka A-1, aku mendapat kelas A-1 aku, mencari dimana aku akan berbaris, aku terkejut seseorang menepuk pundak ku.

"Hai, kamu kelas A-1 ya?, kalau begitu kita sama. Lihat disana itu tempat kita berbaris". Ucapnya dia melihat kartu yang tertempel di seragamku lalu menunjuk palang bertanda A-1 disana sudah banyak siswa berbaris.

Aku diam mengamati gadis itu, mengapa dia bisa seakrab ini denganku.

"Hei, jangan melamun", dia menggoyangkan badanku dan tertawa.

Aku sangat bingung dengan situasi ini.

"Kau gadis pemalu, perkenalkan namaku caca, Anastasya Gerard". Senyum gadis itu.

"Aku Athala Difa, panggil saja lala". Ucapku.

"Baiklah sekarang kita berteman, yuk ke barisan sebentar lagi upacar mulai". Ucapnya.

Upacara telah selesai, kami disuruh masuk kelas. Aku mendapatkan teman baru, rasanya sangat bahagia. Aku pikir aku tidak akan mendapatkan teman disini mengingat statusku hanya orang sederhana.

Aku duduk bersama caca.

Terlihat seseorang masuk ke kelas.

"Perkenalkan saya Zian, saya walikelas kalian". Seorang lelaki berusia sekitar 28 an memperkenalkan dirinya. Dia cukup muda menjadi seorang guru, dan lagi aku melihat seluruh siswa wanita senyum-senyum sendiri melihtnya.

LAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang