5

26 6 0
                                    

J baru ingat Luna harus diperiksa kembali setelah sadar. Ia memanggil para medis untuk memeriksa Luna. Sedangkan Luna merengut selagi diperiksa. Padahal sekarang ia sudah baik-baik saja. Tidak perlu diperiksa.

Setelah dikatakan semua baik-baik saja, Luna tersenyum dan turun dari ranjang. Ia keluar dari ruangan dan melihat J berdiri menunggunya sambil bersandar di dinding.

"Sudah kubilang aku baik-baik saja tahu," ujar Luna seraya menghampiri J.

J terkejut melihat Luna muncul seperti hantu. Ia mengelus dadanya. "Kau membuatku terkejut. Apa itu benar?"

"Hahaha! Tentu saja~" jawab Luna riang. "Ayo, katanya kau mau traktir aku makan. Aku ingin makan BBQ."

J tak mengira selera anak kecil rupanya begitu mahal. "Kalau begini bisa-bisa gajiku langsung habis."

"Kau sudah janji, lho."

"Iya, aku traktir. Ayo, aku juga ingin makan itu."

"Asik!"

Luna tersenyum ceria sepanjang perjalanan. J yang melihat itu tersenyum kecil. Untunglah gadis ini baik-baik saja sekarang.

"Sebelumnya, kau pernah diculik seperti itu?" tanya J.

"Hm? Tidak. Itu pertama kali," jawab Luna mendongak ke samping untuk menatap J. "Aku tidak tahu mereka menculikku untuk apa. Waktu mereka mencoba melakukan sesuatu terhadapku, rasanya seperti kesetrum ribuan volt."

Mendengar cerita itu J kembali khawatir. "Sungguh kau tidak apa-apa sekarang?"

Luna kembali tersenyum dan meyakinkan J. "Em! Aku sekarang tidak merasakan sakit apa-apa, kok. Hanya saja perutku daritadi keroncongan terus. Aku bisa pingsan kalau terus kelaparan."

J menghela napas kemudian tersenyum tulus. "Aku juga sudah lapar. Kita akan makan sepuasnya."

Luna mengangguk berbinar. "Aku yang akan makan lebih banyak!"

J tertawa. Luna juga ikut tertawa. Hari yang seharusnya mereka menjalankan misi, betapa beruntungnya mereka sekarang sedang bersantai dan pergi ke tempat makan.

J yakin yang lain bisa menyelesaikan misi yang begitu mudah tersebut. Bahkan untuk sekarang ia juga ada misi baru, yaitu menjaga gadis ini.

Sebelumnya komandan UNION memberitahunya, kalau Luna sekarang dikatakan cocok dijadikan uji percobaan oleh teroris. Mereka ingin menculik dan mengeluarkan kekuatan yang dimiliki oleh Luna. Seperti kejadian kematian Tina dulu, salah satu anggota tim Wolfdog yang sekarang gadis kecil itu menjadi robot percobaan UNION.

Tentu saja J tidak ingin hal itu kembali terjadi, apalagi terhadap Luna. Gadis tidak bersalah dan hanya memiliki kekuatan phase power, tidak seharusnya menanggung rasa sakit seperti itu.

***

J lagi-lagi terkejut. Ditambah ia tercengang dengan apa yang ia lihat. Perut anak kecil bahkan bisa menampung banyak makanan ketimbang perut dewasanya.

"Hoho~ sebanyak apapun ini tidak akan membuatku kenyang, tapi karena sudah merasa cukup aku sudah selesai," ucap Luna sambil meletakkan sumpitnya.

Luna memakan daging BBQ 200 plat. Sedangkan J hanya 50 plat. Itupun menurut J 50 sudah sangat banyak. Di antara semua meja yang terisi, menara plat mereka lebih tinggi dan banyak ketimbang yang lain.

"Tidak kusangka kau bisa makan banyak," kata J kepada Luna. "Untung saja ini makan sepuasnya."

"Hihihi! Kau baru tahu rupanya," balas Luna senang. "Terima kasih sudah mengajakku makan. Lain kali traktir lagi ya~"

"Kurasa tidak akan."

"Hahaha! Jangan begitu. Ah, lain kali giliranku yang akan mentraktirmu. Bagaimana?"

J tampak berpikir sebentar. "Hmm ... Baiklah. Wah, kau ini jangan-jangan lebih suka makan denganku ketimbang dengan anggotamu?"

Luna tersentak. Wajahnya merona. "Bu-bukan begitu! Aku suka makan dengan semuanya. Tapi, lebih menyenangkan kalau ada yang mentraktir~"

"Dasar pemeras uang."

"Hahaha! Dan juga, aku suka makan sambil mengobrol seperti ini. Jarang aku bisa seperti ini."

"Oh, benarkah? Jadi, akulah yang berhasil menggetarkan hatimu?" goda J tiba-tiba ingin menjahili Luna.

Luna tersentak dan sekali lagi tampak merona. "Bu-bukan seperti itu! Kau salah menafsirkan!"

"Terus apa?" tanya J sambil bertopang dagu, menatap Luna yang sedari tadi mengalihkan pandangan.

"Ah sudahlah! Ayo kita pergi. Aku mau pulang," balas Luna cepat beranjak dari kursi dan keluar duluan dari restoran.

"Waduhh? Marah?" gumam J. Ia segera beranjak juga dan membayar makanan mereka ke kasir.

Di luar, Luna sedang menunggu. Ia melipat tangannya di depan dada, mencoba untuk tidak memikirkan ucapan J tadi. Namun, ia tidak bisa. Ia malah melamun dengan berbagai perasaannya.

Aku baru pertama kali bisa merasakan rasa senang bersama seseorang, batin Luna dalam diam. Aku ... Sebenarnya cukup kesepian. Meski memiliki teman-teman yang bisa bekerja sama, tapi aku masih merasa kesepian. Dan ini jadi yang pertama aku bisa merasakan kesenangan yang belum pernah kudapatkan sebelumnya.

Luna terus memikirkan. Dia sepertinya peduli padaku. Dia menerima kebencianku terhadap UNION, bahkan dia juga merasakan hal sama. Dia juga menolongku dari percobaan para teroris. Dia tidak keberatan kalau aku memeras uangnya dengan mentraktirku makan. Dia juga menyenangkan saat diajak bicara.

Deg deg deg ...

Luna memeluk dirinya sendiri, menyentuh dadanya.

Aku ... kenapa berdebar-debar begini?

"Hei, aku sudah bayar. Ayo pulang," kata J menghampiri Luna yang terlihat seperti patung sekarang. Ia memperhatikan Luna yang tidak meresponnya. Ia akhirnya berjongkok sedikit untuk menengok. "Luna?"

"Eh?" Luna tersentak. Ia mendongak dan tidak sengaja wajah mereka saling bertemu dekat lagi. Ia bisa merasakan hembusan napas J mengenainya. Saat itu juga wajah Luna seperti buah tomat yang baru matang.

Sedangkan J juga terkejut. Ia tak tahu kalau posisinya sekarang bisa sampai membuat wajah mereka berdekatan, seperti ingin berciuman. Sebenarnya J juga tersipu, tapi ia pintar menyembunyikannya. Jantungnya ikut berdegup kencang tidak jelas. Ia tidak tahu itu maksudnya apa. Padahal ia hanya berhadapan dengan anak berusia 15 tahun. Gadis yang baru beranjak remaja.

"Ah, maaf. Aku terlalu dekat ya," ucap J setelah ia menjauhkan dirinya kembali berdiri tegak.

Luna bersamaan juga menjauh, tidak melihat bahkan menghadapkan wajahnya ke arah J. "Ti-tidak apa-apa. Sekarang ayo pulang. Tapi, aku mau tanya satu hal."

"Apa itu?" J penasaran apa yang ingin Luna tanyakan.

"Kenapa kau mau jalan-jalan dengan gadis lain? Bukankah istrimu akan marah kalau kau bersamaku?"

KRAKK!!

Seperti kaca yang pecah karena tidak kuat menghadap kenyataan. Andai saja kata-kata itu kalau menusuk bisa membuat J berdarah, mungkin Luna pasti tahu dia kenapa.

"Sebenarnya, aku tidak punya istri. Menikah saja belum pernah."

"Apa??!"

Bersambung

Closers Love : FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang