Chapter 1 - Truth or Dare

3K 226 52
                                    

Catatan
Demi kepentingan cerita, terdapat perubahan pada karakteristik tokoh.
- Eren Jaeger, 16 tahun, 165 cm
- Levi Ackerman, 18 tahun, 170 cm

***

Dear, Heichou

Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama

Pair: Levi x Eren

Rate: T

Warning: OOC, Typo, Modernlife! AU, Yaoi, dll

HAPPY READING!

EREN Jaeger, murid Trost High School, enam belas tahun, telah membuat kesalahan fatal dalam hidupnya.

"Se-senpai ini adalah pacarku!"

Sepintas ucapan tersebut terdengar seperti pernyataan cinta. Namun, Eren Jaeger, putra dari pasangan Grisha Jaeger dan Carla, tidak tahu siapa yang sedang dihadapinya saat ini.

Semua pasang mata tertuju pada Eren dan remaja laki-laki setinggi seratus tujuh puluh sentimeter dengan mata kelabu bak permata obsidian di depannya. Mikasa yang biasanya nampak tenang terbelalak tak percaya, keringat membasahi pelipis dan telapak tangan Armin. Sasha dan Connie menghentikan kegiatan mengunyah makanan mereka. Sementara Jean sudah berlari terbirit-birit ke kamar mandi.

Tidak ada yang berani berkomentar meski beberapa menit telah berlalu. Eren susah payah mengendalikan tubuhnya yang bergetar dan mempertahankan kedua kakinya yang lemas agar tidak terjatuh. Ia ingin segera melarikan diri sekarang juga lalu mengubur dirinya sedalam mungkin di suatu tempat guna mengurangi rasa malunya.

"Oi, Bocah." Sebuah suara memecah keheningan tersebut. Levi Ackerman, rambut sehitam arang, delapan belas tahun, menatap tajam Eren. Tatapannya seakan-akan mampu melubangi tubuh remaja brunette di hadapannya.

"Y-ya, Senpai?" jawab Eren gugup.

Levi menggenggam tangan kouhai-nya tersebut lalu menariknya menjauh dari kerumunan.

"Ikut aku."

***

Seminggu sebelumnya di rumah Jean.

"Benar-benar melelahkan!" Eren menidurkan tubuhnya di atas kasur Jean. Ia merentangkan kedua tangannya sambil menatap langit-langit kamar.

Pemilik rumah sedang meninggalkan mereka berlima di kamarnya untuk mengambil minuman dan beberapa makanan ringan. Sasha dan Connie sedang asyik memainkan play station milik Jean. Jemari lentik Mikasa sibuk berselancar di dunia maya, memeriksa apakah ada pemberitahuan terbaru yang masuk ke ponselnya. Sementara Armin tengah mengamati tiap sudut kamar Jean yang terasa asing baginya.

"Sialan kau, Eren. Aku baru saja merapikan tempat tidurku, tahu!" gerutu Jean saat memasuki kamarnya sambil membawa sebuah nampan. Sasha dengan sigap langsung menyerbu makanan dan minuman di atas nampan tersebut. Connie yang takut kehabisan menahan tubuh Sasha agar tidak bertindak lebih ganas. Saat ini, mereka berenam memutuskan untuk berkumpul di rumah Jean atas usul sang pemilik rumah.

"Ada apa, Jean? Tidak biasanya kau meminta kami berkumpul di rumahmu," tanya Armin.

Jean mengangkat sebuah botol kosong dengan tangan kanannya. "Kita akan memainkan permainan Truth or Dare." Kemudian ia meletakkan botol tersebut di tengah.

Eren menguap dengan malas. "Maksudmu bermain dengan barang rongsokan, Muka Kuda?" ejek Eren.

Jean yang biasanya mudah terpancing oleh ucapan Eren terlihat menanggapinya dengan tenang. "Kau akan tahu sendiri, Bodoh."

"Sepertinya aku tahu permainan ini," ucap Mikasa. "Salah satu dari kita akan memutar botol sampai ujung botol tersebut mengarah pada seseorang. Lalu orang yang dituju akan memilih antara kebenaran atau tantangan. Sementara pemain yang lain menyiapkan pertanyaan atau tantangan untuk orang tersebut. Benar?"

Jean tertawa. "Seperti biasa kau memang cepat mengerti, Mikasa. Berbeda sekali dengan bocah titan di sana," sindir Jean.

Mendengar perkataan Jean membuat Eren ingin sekali mengajaknya berkelahi. Ia segera mengambil ancang-ancang sebelum meninju Jean sampai sebuah suara menghentikannya.

"Baiklah, permainan kita mulai sekarang!" seru Jean penuh semangat.

Botol kosong itu berputar, menarik perhatian setiap pasang mata di ruangan tersebut. Memunculkan pertanyaan yang sama di benak mereka tentang siapa yang mendapatkan giliran pertama. Eren diam-diam berdoa dalam hati agar ujung botol tersebut tidak mengarah padanya.

Beberapa detik telah berlalu dan putaran botol semakin lambat. Eren merasakan firasat buruk. Demi Wall Rose, semoga botol tersebut mengarah pada Armin, batin Eren seraya melirik Armin yang berada di sebelahnya.

Putaran botol tersebut akhirnya berhenti, ujungnya mengarah pada remaja berwajah manis dengan surai berwarna coklat tua. Mikasa, Armin, Jean, Sasha, dan Connie menatap Eren. Sepertinya kesialan baru saja menimpa remaja bermarga Jaeger.

"Kena kau, Eren!" seru Connie. Sasha mengembuskan napas lega. Armin menatap Eren cemas. Jean tertawa di tempat sambil memegangi perutnya yang sakit.

"Eren," panggil Mikasa.

"Y-ya?"

"Truth or Dare?"

"Te-tentu saja d-dare!" jawab Eren percaya diri. Meskipun rasa gugup menguasai dirinya ia tetap mengambil pilihan sesulit mungkin. Menunjukkan keberanian pada teman-temannya, terutama Si Muka Kuda. Eren tidak mau dirinya diejek habis-habisan oleh Jean. Jadi, mau tidak mau ia memilih dare.

"Baiklah, kalau begitu." Mikasa terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. Sementara yang lain menduga-duga tantangan macam apa yang akan diberikan oleh gadis bermarga Ackerman satu ini?

Sasha mendekati Mikasa lalu membisikkan sesuatu di telinganya. Mikasa terlihat mengangguk-angguk menanggapi bisikan dari gadis penyuka kentang tersebut.

"Eren, kau belum pernah pacaran 'kan?" tanya Mikasa. Alhasil, Eren yang mendengar pertanyaan tersebut langsung tersedak. Minuman yang berada di dalam mulutnya menyembur keluar membasahi wajah Jean.

"Eren! Ah, Sial! Menjijikkan sekali!" Jean berlari menuju kamar mandi. "Aku ingin muntah!" Lalu terdengar suara debuman pintu yang cukup keras.

"Eh, a-apa?" Eren gelagapan. Tangan kanannya meraih tisu untuk membersihkan daerah mulutnya. Ia tidak peduli jika kecerobohannya mengotori wajah Jean. "Y-ya, aku belum pernah pa-pacaran."

"Baiklah, sudah kuputuskan." Armin dan Connie menyimak perkataan Mikasa dengan antusias. Sementara Sasha melipat kedua tangannya di depan dada, merasa bangga dengan idenya.

"Eren, tantangan dariku adalah kau harus mendapatkan pacar dalam waktu satu minggu!"

Kehidupan Eren yang seperti neraka pun dimulai.

-to be continued-

Dear, HeichouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang