Chapter 3 - New Rules

1.7K 194 30
                                    

LEVI mengadakan rapat OSIS ke 5 di bulan Mei, 15 menit sebelum bel masuk sekolah. Ia menduduki kursi lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Memerhatikan seluruh anggota OSIS yang hadir dan keamanan di ruangan tersebut.

"Pastikan pintunya terkunci dengan baik." kata Levi sambil membolak-balik kertas di tangannya. Kemudian ia menatap Christa. "Siapa saja yang tidak hadir?"

Christa menatap buku absen di genggamannya. "Semuanya hadir kecuali Hanji-senpai, Kaichou. Alasan ketidakhadirannya adalah karena harus menyelesaikan tugas sejarah sebelum pukul 06.45."

Levi mendengus kesal. "Baiklah tanpa basa-basi, aku akan menjelaskan maksud dan tujuanku mengadakan rapat OSIS kali ini." Lalu ia menyerahkan tumpukan kertas dan meminta Annie untuk membagikannya pada anggota OSIS yang lain.

"Aku tidak akan menjelaskan satu-persatu. Jadi, kalian tanyakan saja bagian mana yang kurang paham," ucap Levi.

Reiner mengangkat tangan kanannya. Levi yang melihat hal tersebut mempersilahkannya untuk bicara.

"Reiner Braun dari Seksi Pembinaan Sastra dan Budaya izin bertanya, Kaichou." Remaja bertubuh besar itu bangkit dari kursinya. "Poin nomor delapan halaman empat dari total keseluruhan sepuluh halaman pada Revisi Tata Ter—"

"Hentikan, kau tidak perlu menjelaskannya padaku serinci itu." Levi menatap tajam Reiner. Anggota OSIS yang lain merasakan aura mencekam yang keluar dari tubuh remaja ebony tersebut. "Lanjutkan."

Reiner berdeham sebentar, meminimalisir rasa gugupnya.

Untung saja tatapan Levi-senpai tidak sampai melubangi tubuhku, batin Reiner.

"Di sana tertulis 'Diperbolehkan berpacaran dengan sesama murid selama tidak melebihi batas wajar'. Apa maksudnya itu, Kaichou?"

"Bukankah itu sudah jelas?"

"Tidak, maksud saya apakah Kaichou sudah mempertimbangkan keputusan ini dengan para guru?" tanya Reiner. "Lalu bagaimana dengan pandangan murid lain terhadap OSIS jika mereka mengetahui betapa labilnya pengurus OSIS dalam membuat peraturan?"

Atmosfer di dalam ruangan tersebut tiba-tiba kembali mencekam. Anggota OSIS yang lain memanjatkan doa dalam hati agar tidak ada pertumpahan darah yang terjadi.

Kau cari mati dengan Levi-senpai, Bodoh?—tatapan Christa pada Reiner seolah berkata begitu.

Levi menampakkan seringai. "Orang yang berani mengatakan omong kosong tentangku hanyalah mereka yang tidak sayang pada nyawanya."

"A-ah, ya, benar juga." Reiner kembali mendudukkan dirinya di atas kursi, menyesali rasa ingin tahunya yang berlebihan.

Pemuda bersurai blonde dan beralis tebal di sampingnya berdiri, mengajukan pertanyaan. "Kaichou, apakah ada suatu rencana di balik keputusan yang mendadak ini?" Levi mengangkat sebelah alisnya, tersenyum miring. "Atau kau memanfaatkannya sebagai keuntungan pribadi?" lagi-lagi seseorang berusaha memancing terjadinya pertumpahan darah. Siapa lagi kalau bukan Erwin Smith? Murid kelas 3-2 yang paling pandai mencium siasat seseorang.

Christa tak habis pikir dengan para senpai-nya. Sementara Annie hanya membuang muka, tidak peduli.

"Entahlah. Mungkin aku sedang ingin bersenang-senang," jawab Levi seraya bangkit dari kursinya. "Jangan lupa pajang selebaran kertas tersebut di mading sekolah. Aku akan menyiarkan pengumuman tentang Tata Tertib Sekolah yang baru lewat pengeras suara." Kemudian ia melangkah keluar meninggalkan Ruangan OSIS.

Setidaknya para anggota OSIS yang lain kini bisa menghirup udara sejenak.

***

Dear, HeichouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang