Bermula

27 1 3
                                    

"Selamat kepada seluruh murid SMPIT Pelita Bangsa, kalian semua dinyatakan lulus!" seru Pak Bambang, kepala sekolah kami dengan riang, disusul teriakan para muridnya. Akhirnya, setelah menempa tiga tahun bersekolah disini, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ruangan wisuda mulai ricuh dengan ocehan kami, mulai saling bertanya ingin melanjutkan studi kemana. 

"Eh, foto bareng kek lu, wisuda gini, kan, lagi cakep-cakepnya!" ucap gue kepada teman gue itu.

Gue Alina Fauziyyah, biasa dipanggil Alin sama temen-temen. Tapi, kalau sama temen gue itu, si Renaldi Agastya, manggil gue suka sengaja dibolak-balik dan ganti-ganti. Emang gak jelas. Gue gak mau kalah dong, gue manggil dia Ranol. Di sekolah ini, kami menjadi dekat, saling bertukar cerita, debat mulu, berantem mulu, dan gak ada jaim sama sekali. Ya, gitudeh. Gak heran kalo kenapa satu sekolah nyangkanya kita pacaran, padahal mah ngga, serius. 

"Lu maunya pas bagus di lo nya doang, Alon!" 

"Udah buru, lama lu. Lu kan cakep banyak yang suka"

CEKREK! Akhirnya.

Terdiam cukup lama, tetapi Renal memecahkannya.             

"Lu mau di SMA mana?"

"Gak tau gue" jawab gue seadanya karena masih melihat-lihat hasil foto tadi. 

"Hmm, bareng gue, yuk! Disini lagi"

"Emang gak bosen?"

"Nggak, sih. Nambah tiga tahun doang"

"Udah ah, gue mau ke Manda dulu"

Gue sendiri gak main geng-geng-an gitu, yang mau main sama gue yaudah, yang gak suka yaudah. Tapi gue lebih sering kemana-mana sama Manda ini, fungsinya sama seperti Renal, temen cerita. Tapi, ya bahasannya agak bedalah, paling gak jauh-jauh ngomongin cowok dan sedikit julid.

_ _ _

Sekarang gue udah sampai rumah, acara wisudanya sudah selesai. Sebenarnya, gue mau aja satu sekolah lagi, sulit buat gue nemuin orang baru yang dapat dipercaya. Bagaimana nanti, lah. Oh ya, belum waktunya untuk rebahan, nih. Angkatan gue ada rencana buat pergi ke Malang untuk jalan-jalan dan bersenang-senang selama lima hari empat malam. Dan dimulai hari ini, gue harus siap-siap. 

"Dimana, lo? Udah siap belom?" ucap Ranol, eh Renal di telepon. Gue bakal berangkat sama dia, kebetulan Ayah lagi kerja dan Mama gak bisa bawa mobil. Sebal, kebetulan.

"Di rumah, lah. Gue udah siap, nih."

_ _ _

𝐧𝐨𝐭𝐞𝐬;

𝐡𝐚𝐢, 𝐠𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐩𝐫𝐨𝐥𝐨𝐠𝐧𝐲𝐚? 𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐚𝐫𝐢𝐤 𝐲𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚𝐧𝐲𝐚. 𝐭𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢, 𝐲𝐚, 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰, 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞. 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐥𝐚𝐠𝐢, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧!

𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦.

Matahari dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang