5

35 6 0
                                    

"Manusia terlahir karena takdir. Sedangkan dia, datang lalu pergi dan aku tersingkir"

Hening. Itulah yang tergambar dari kumpulan pengurus OSIS. Awalnya semua anggota OSIS diperintahkan untuk mengecek kesiapan para siswa kelas X, namun ada saja yang membuat Nathan geram.

"Dari mana lu?!" Ucap Nathan dengan sorot mata elangnya yang memecahkan keheningan. Kini semua anggota OSIS berkumpul untuk membahas agenda selanjutnya.

"Gu-gue dari keliling ngecek kesiapan doang" cicit Radit sambil terbata bata.

"Boong, tadi gue liat lu deketin anak X yang sok cantik itu, Anindira kan?" Ucap Lena tiba tiba.

"Heh mak lampir! Punya mulut direm dikit dong" balasnya dengan nada marah.

"Emang bener kan? Lu juga ngasih buket coklat ke si Anin itu hah? Dan lu-" Bales Lena seraya menaikan nada bicaranya.

"Berisik!" Klimaks Nathan sambil menggebrak meja didepannya dengan wajah merah padam.

Semua orang yang menyaksikan perdebatan itu terlonjak kaget.

"Gue suruh lu untuk ngecek bukannya pacaran" sorot matanya berubah tajam.

"Gue cuman ngasih itu doang Than, Salah? Gue gak ganggu dia kok" bela Revan sambil melangkah.

"Jangan bilang lu suka sama cewek culun itu hah?!" Dengan oktaf ditinggikan.

"Gue suka sama dia, kenapa?!"

Deg, kenapa gue jadi gini. Batin Nathan.

Revan pun meninggalkan Nathan yang sedang mematung meresapi perkataan sahabatnya itu.

***
Langit senja kini berubah menjadi lilin batik. Cahaya matahari kini padam menjadi unggun. Teriknya matahari kini sirna menjadi bulan. Mengisahkan cerita bintang yang selalu setia menemani malam di setiap keheningan.

Api unggu yang mulai tinggi yang berusaha memberikan kehangatan ditengah dinginnya malam kini mulai di nyalakan, kini perwakilan setiap kelas akan menunjukkan kebolehannya.

"Oke adek adek, agenda kita saat ini pentas seni jadi yang akan mewakili kelasnya untuk unjuk tampil silahkan mempersiapkan diri" Seruan salah satu pengurus OSIS- Nata.

"Nak, tadi si Monyong sakit, katanya dia yang mau maju ngewakilin kelas kita" Ucap Etak.

"Monyong siapa elah?" Eline.

"Si Mayang lah siapa lagi?"

"Anak orang anjir lu ganti ganti"

"Ya terus gimana? Terus siapa yang mau ngewakilin kelas kita?" Tanya Inak.

"Inak, lu maju depan yaa, suara lu kan bagus banget" celetuk Nadine tiba tiba- ketua kelas X MIPA 1

"Yah kok tiba tiba gini? Gak gak Inak malu lah"

"Plis nak demi kelas kita, nanti gue laporin lu ke momy Mita kalau anak nya yang satu ini berjasa demi kelas, nanti kan lu dapet nilai tambahan" ucapnya panjang kali lebar.

"Beneran dapet?"

"Iyaa" ucap mereka serentak.

***
"Penampilan selanjutnya dari kelas X MIPA 1"

Suara teriakan mulai menggema.

"Inak pasti bisaaa"

"Pacarku i love you"

"Semangat beb"

Inak Pov

Gue harus bisa, jangan sampe malu maluin kelas pokoknya.

Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak kusangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu
Hari-hari berganti
Kini cinta pun hadir
Melihatmu, memandangmu bagai bidadari
Lentik indah matamu
Manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu anggun terikat
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu
Oh-ho huu
Terimalah lagu ini
Hm-mm
Dari orang biasa
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Terimalah cintaku yang luar biasa
Hm-mm
Tulus padamu

-cinta luar biasa
Andmesh

Riuh suara tepuk tangan menghiasai gelapnya malam bersama suasana sejuknya angin malam.

"Anjir hebat banget lu, beruntung gue jadi sahabat lu nak" ucap Etak speechless.

"Anjir lah gue setuju sama Etak" timpal Eline.

Pipi Inak mulai blush bak kepiting rebus karena kebanjiran pujian.

***
"Silahkan kembali ke tenda masing masing dan mulai istirahat" ucap pembina.

Semua siswa berhamburan menuju tenda masing masing. Namun Inak merasa ada tangan yang menahannya.

"Tunggu" ucapnya lembut seraya menyerahkan sebuah kota musik yang indah.

Inak mengejapkan matanya tak percaya.

"Kak Nathan" lirihnya.

Jangan lupa untuk vote+komen ya guys😍Semoga kalian sukaaa!!!❤️❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa untuk vote+komen ya guys😍
Semoga kalian sukaaa!!!❤️❤️❤️

roller coasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang