Stranger; 10 : gengsi 2

88 20 5
                                    

***

Ucapan Wooyoung membuat San berpikir panjang, haruskah ia mengutarakan yang sebenarnya kepada Jea? Atau ia memilih untuk bungkam selamanya.

Seakan San di hantui oleh pilihan ini setiap hari, setiap malam dan membuatnya tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Argh sial, San bisa gila karena hal seperti ini.

"July."

Bocah berumur lima tahun itu berlari mendekati ibunya yang baru saja memanggilnya itu.

"Mama!"

Jam pulang sekolah tiba, July di titipkan di TK untuk sementara dan sekarang Jea datang untuk menjemputnya di TKnya itu. July berlari kecil menghampiri ibunya.

"Anak mama~." July memeluk ibunya itu dengan erat, setelah berpamitan dengan pengasuh TK, mereka pergi meninggalkan TK tersebut.

Hari yang cerah di kota New York, hari ini adalah hari yang pas untuk jalan-jalan berdua dengan July, ke taman bermain maupun ke pusat perbelanjaan. Mereka bisa melakukan itu setiap hari.

Mereka berjalan beriringan, July menggenggam tangan ibunya itu supaya tidak menyasar dan membuat ibunya cemas. Jea mengajak anaknya itu ke salah satu makanan cepat saji.

Jujur saja akhir-akhir ini Jea selalu memikirkan keadaan San di Korea sana, terlebih lagi ia yang mendengarkan langsung ocehan dari San di rumahnya ketika Jea masih di Korea waktu itu.

"Argh sadarlah Choi San, kenapa lo mesti cinta sama ibu muda itu?"

Seakan perkataan itu terngiang di dalam pikirannya, kadang-kadang karena sibuk memikirkan perkataan tersebut, ia sampai lengah dalam menjaga anaknya itu, dan juga sampai tidak bisa tidur dengan tenang.

Ini membuatnya gila.

Jikalau saja Jea tau apa yang sedang San rasakan, pasti dia tidak akan kembali ke Amerika secepat itu.

Ah iya, sebentar lagi calon suami Jea yang baru akan segera melamarnya, tapi Jea ragu akan hal itu, ia tidaklah menginginkan pendamping baru, dan ia juga tidak mencintai pria pilihan ibunya itu.

Setiap kali ibunya Jea berbicara tentang calon suami Jea yang baru, di pikirannya selalu terlintas wajah San yang manis itu.

Sial, ini membuatnya semakin bimbang akan pilihan hidupnya.

San masih menatap hpnya yang mati itu tanpa ia nyalakan, seakan San sedang menunggu suatu keajaiban dari dalam hpnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

San masih menatap hpnya yang mati itu tanpa ia nyalakan, seakan San sedang menunggu suatu keajaiban dari dalam hpnya itu. Ia tidak ada niatan untuk memulai chat dengan Jea, ia bahkan sedang tidak ingin berbicara tentang dirinya maupun memikirkan tentang dirinya.

"Akh.., gatau ah, males." San menutup wajahnya dengan bantal dan membiarkannya seperti itu.

Saat ini ia benci dengan dirinya, setelah mendengar kabar bahwa Jea sudah memiliki calon suami baru rasanya ingin marah sejadi-jadinya kepada pria tersebut. San ingin mencuri hati Jea. San ingin memiliki Jea.

Tetapi karena gengsi lah yang membuatnya kesusahan untuk mengutarakan perasaannya.

San tiba-tiba bangkit dari posisi tidurnya, semangatnya seketika membara, keberaniannya seakan mengusiknya, memaksanya untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Ayolah Choi San! Kau pasti bisa!"

Ia meraih hpnya lalu membuka kolom chat dirinya dengan Jea.

Sekali lagi, ia kembali tertahan. Jari-jemarinya tidak bisa menekan keyboard yang terpapar disana, bahkan satu huruf pun seakan ia tidak mampu untuk menekannya.

"AAAAARRRGGGH!!! GATAU AH GATAUUU!!"

San mengacak-acak rambutnya seperti orang stress. Ia kembali mengumpulkan keberaniannya.

Jea

| San, aku akan menikah lagi nanti

San seketika terdiam, baru juga ia akan mengatakan yang sebenarnya, Jea memberikan sebuah berita yang sangat tidak bagus. Pria itu seketika terdiam.

Oh, baguslah kalau begitu, kalian sudah kenalan |
cukup lama bukan? Semoga kalian bahagia :)

Apa yang kau pikirkan Choi San?!

| Iya, San, kamu gak apa apa kan?
| Maksudku, kamu gak marah?

Buat apa aku marah? Justru aku bahagia, akhirnya |
kamu bisa memiliki pendamping yang baru dan lebih layak daripada yang sebelumnya
Aku mendukungmu :) |

Tidak! Ini tidak benar! San! Lo harus bisa ngatain yang sebenarnya!!

San menghela napas panjang. Ia keluar dari kolom chat lalu menekan nomor Wooyoung.

"Halo?"

"Wooyoung,"




























"Gue bakalan hampirin Jea di Amerika."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔︎] 𝐒𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬[𝟎𝟑]-𝐒𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang