•Wardhana's Brother•
Disinilah Dimas sekarang, di apartemen Bagas, papa nya yang beberapa bulan ini jarang ia temui, bisa dihitung jari. Baru 2 kali Dimas dan kakaknya yang lain bertemu bagas setelah perceraian itu. Hari ini Dimas bisa berada disini karena dijemput Bagas saat pulang sekolah dan membawanya ke apartemen. Dimas tidak mungkin bisa menolak.
"Jadi gimana sekolah kamu?" tanya Bagas seraya menuangkan susu coklat kedalam gelas kosong di depan Dimas.
"Aman pah," jawab Dimas seraya mengambil gelas yang sudah berisikan susu coklat tersebut. "Papa gak ngantor?"
"Lagi pingin pulang cepet, mau ngobrol sama kamu," jawab Bagas. Dimas tidak heran papa nya bisa sesantai ini tanpa harus memikirkan omelan atasan, karena perusahaan yang bergerak dibidang industri tersebut memang milik Bagas yang sudah dirintis bertahun-tahun sampai bisa sebesar sekarang.
"Abang kamu yang lain gimana? kalian semua baik, kan?" tanya Dimas."Maafin papa ya Dim, belum bisa ke rumah,"
"Semuanya baik pa, cuma lagi pada sibuk aja," jelas Dimas.
"Dimas gak baik-baik aja, Dimas kangen papa, kangen mama, pingin kita semua kumpul sama-sama" Batin DImas
"Ohiya Dim, papa mau nanya sama kamu, tapi jujur ya," ucap Bagas, Dimas mengangguk. "1 bulan lalu kamu udah papa daftarin bimbel buat ujian akhir, kan?"
Sial, Dimas bahkan hampir lupa. Seharusnya 1 minggu ada 4 pertemuan, seingatnya ia baru mengikuti kelas tersebut sebanyak 2 pertemuan. Sampai sekarang tidak pernah datang lagi, karena malas. Dimas lebih memilih bermain bersama Gilang dan Dito setelah pulang sekolah, latihan basket ataupun langsung pulang dan istirahat di rumah. Karena bagi Dimas belajar di sekolah saja sudah terlalu melelahkan dan bukan passion nya. Dimas lebih menyukai kegiatan non-akademik.
"Maaf pah," hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Dimas
"Papa tau kamu udah lama gak dateng kesana karena papa dapat laporan dari tempat les kamu. Papa sebenarnya kecewa, tapi kenapa Dim? kamu gak betah disana? kalau iya, papa pindahin kamu ke tempat yang lain,"
"Engga pah, kemarin aku lagi banyak tugas di sekolah jadinya gak bisa bagi waktu. Mulai minggu ini aku usahain dateng terus," jawabnya bohong, Dimas tidak mungkin bilang malas pada Bagas karena hal tersebut akan membuat Bagas semakin kecewa dan mungkin saja mengamuk.
"Papa pegang kata-kata kamu, jangan diulangin ya. Papa lakuin itu kan buat kebaikan kamu juga," jelas Bagas dan Dimas hanya mengangguk.
"Abang-abang kamu masih pada marah sama papa? telfon gapernah diangkat, gaada yang nanyain kabar papa,"
"Marah?"
"Karena papa pisah sama mama kalian," jelas Bagas, belum sempat Dimas menjawab, terdengar suara bel dari apartemen Bagas yang sepertinya kedatangan tamu. Bagas buru-buru melihat siapa yang datang dan tidak lama kemudian kembali menghampiri Dimas yang masih duduk di mini bar sambil menikmati segelas susu dan cookies yang tersaji di depannya.
"Anna, kenalin ini Dimas," ucap Bagas, merasa namanya disebut, Dimas segera menoleh dan menemukan presensi wanita muda disana.
"Hallo Dimas, saya Anna, rekan kerja papa kamu," ucap wanita berambut pirang yang tampak jauh lebih muda dari papa nya. "Mas Bagas banyak cerita tentang kamu loh,"
"Eh iya, tante," balas Dimas sambil tersenyum. Berusaha terlihat ramah.
Satu setengah jam berlalu dan Dimas memutuskan untuk pulang saja. Sejak Anna datang Bagas lebih asik bicara dengan Anna, seperti tidak sadar kalau Dimas masih ada disana. Dimas juga merasa risih pada keduanya karena terus saling memuji satu sama lain, tuhkan ada yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wardhana's Brother
FanfictionHidup itu bukan tentang apa yang kita mau, tetapi sesuatu yang harus kita jalani. Juga gak melulu satu paham dan tujuan, bahkan dengan orang paling dekat sekalipun. Sederhananya begitu.