Aku Tak Terlihat

59 7 2
                                    

Jika aku ingin kamu menjadi pribadi yang hangat. Apa itu salah?

__________:_________

Berjuang sendirian untuk melelehkan titik bekunya bukanlah hal yang mudah. Aku berusaha dengan sangat keras untuk melakukan itu. Kuakui aku terlalu cerewet di depannya. Namun, percayalah bahwa itu caraku menunjukkan jika aku ingin dia menjadi pribadi yang hangat.

Pertemuan pertama dengannya dimulai saat malam itu. Dia menanyakan mapel fisika padaku. Kenapa dia tiba-tiba bertanya? Karena saat itu dia les di dekat rumahku.

Mungkin sejak saat itu, aku mulai memperhatikannya. Lumayan untuk pengganti alih pikiranku dari Alfi. Dia pemuda yang tampan dengan sifat dinginnya. Aku tertarik padanya.

Waktu berjalan seiring dengan jam dinding yang terus berputar. Aku senang karena akhirnya pikiranku benar-benar sudah teralih dari Alfi ke pemuda es itu. Kami sempat tukar WA jadi lebih memudahkanku untuk mengajaknya bercengkerama.

"Fisika halaman 31 udah kamu kerjakan?" tanyaku. Dia hanya menoleh sebentar lalu mengangguk.

"Bolehkah kupinjam?"

"Silakan."

Berbincangku padanya memang hanya sebatas itu. Tak lebih. Monoton? Jelas sekali. Tetapi, jika aku bertanya lebih tentang kepribadiannya bukankah terlalu lancang?

_______

Aku cemburu. Melihatnya beradegan mesra dengan gadis lain membuat hatiku terbakar. Aku rasanya ingin mencakar wajah gadis itu sekarang juga. Tuhan.... mereka romantis sekali, hiks.

Hubunganku dengannya masih sama seperti itu, hanya teman. Sepertinya memang di sini cintaku bertepuk sebelah tangan, lagi. Aku sadar. Dan aku cukup paham dengan itu. Tak mudah meluluhkan manusia es sepertinya. Namun, jika berusaha, tidak dosa, kan?

Aku tak ingin kalah dengan gadis yang bermesraan dengannya. Aku tak ingin hanya gadis itu yang mendapat sapaan hangat dari Reno. Aku juga ingin Reno menatapku lekat lalu tersenyum tulus. Aku akan berusaha mencairkan kebekuan hatinya. Aku yakin, aku bisa! Semangat...

I Love You

Pesan itulah yang kukirim untuknya, dalam keadaan yang benar-benar sadar. Aku tentu saja malu. Itu semu karena mereka, Kia dan Jihan. Mereka menyebalkan. Tantangan macam itu yang menyuruhku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya? Sababat luknut.

Mereka tertawa keras kala Reno sudah membalas chat-ku.

Hah?

Sorry, Ren. Itu cuma tantangan dari temenku. Sorry, sekali lagi.

Oooh

Bodoh! Untung saja dia tidak menanyakan hal yang lain lagi. Akan kubunuh mereka yang sudah membuatku malu seperti ini.

"Ngakak parah, sumpah."

"Sabar ya, Gi. Hidup memang berat. Menyakitkan pula."

"Makanya bikin dia peka. Gitu aja lama amat."

"Yeeee, ngaca! Emang kamu bisa buat doi jatuh cinta, Ki?"

"Yaaaa nggak lah. Tapi, ada sosok lain yang mengisi kekosonganku. Eeaaak."

"Heleh, jomblo aja bangga. Aku yang udah punya pacar, b aja." Aku dan Kia segera menonyor kepala Jihan. Gemas menyaksikan teman sendiri pacaran di depan jomblo kayak kita.

_____

Baiklah, Reno sudah sedikit mencair. Dia mulai menyapaku terlebih dahulu dan bertanya-tanya padaku. Kabar yang baik bukan? Lumayan ada perubahan.

But, belum sempat aku benar-benar puas dengan pencapain itu. Aku mendengar bahwa Reno sudah mempunyai kekasih baru. Aaah, potek hati adek, Bang.

Tega sekali dirinya, hiks. Tetapi, dia tidak salah bukan? Dia tidak tahu perasaanku. Ya sudah, berarti aku yang salah karena terlalu berharap padanya.

End

Jepara, 5 Mei 2020

Love,

Ikhda

Potek hati adek, Bang. Wkwkwk
Ngenes sekali, ya.
Jangan lupa vote dan komen ya, hehe
Thanks

AKU || Lengkap ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang