First of all

55 7 0
                                    

Awalnya, semuanya baik-baik saja.

Aku, keluargaku, dan lingkar pertemananku. Aku bahagia dengan itu semua. Keluarga yang harmonis meskipun tidak lengkap, sahabat yang selalu ada kapanpun aku membutuhkannya, dan teman-teman yang baik.

Tidak sampai hari itu tiba. Segalanya seakan menjadi tidak berarti dalam sekejap. Aku merasa kesakitan disekujur tubuhku. Cairan hangat yang mengalir dan rasa pedih begitu terasa di beberapa bagian luka parah yang terdapat di kepala dan beberapa bagian tubuhku. Aku kesulitan bernafas. Aku hanya bisa meronta menahan sakit yang membuatku serasa ingin mati saja. Kepalaku terasa pening. Nafasku tersengal-sengal. Pandanganku perlahan mulai memburam. Apakah ini akhirnya? Setelah semua yang kualami, dan aku berakhir seperti ini?

Pandanganku semakin buram dan mulai menggelap saat sekelompok orang mulai mengerubungiku. Seseorang tampak mendekat dan terus meneriakkan namaku. Namun, tidak sempat aku menyadari siapa itu, semuanya langsung menggelap, hanya warna hitam yang tersisa. Begitu luas seakan tak berujung. Dan aku dapat merasakan semua kesakitan itu hilang begitu saja.

.
.
.
Awaken
-Horror, Thriller, Gore-
.
.
.


-Day 1-

Tit.. tit.. tit..

Suara mesin pendeteksi detak jantung terdengar di telingaku. Bau obat-obatan perlahan menusuk indera penciumanku. Aku bisa merasakan seseorang meremat tanganku dan memanggil namaku.

"Hyung? Mark Hyung? Hyung sudah sadar?!"

Aku membuka mataku yang berat dengan perlahan. Kedua bola mataku bergulir untuk memindai ruangan serba putih ini. Aku dirumah sakit. Aku mengetahuinya saat pertama kali mendengar suara mesin pendeteksi detak jantung dan melihat tiang infus disamping kiri tempat tidurku.

"Thanks a lot, God. Thank you!"

Pandanganku kini bergulir ke bawah. Sosok laki-laki dengan rahang tegas dan mata sipit yang banjir air mata tampak menatapku disamping tempat tidur. Namun, bukan itu yang menjadi fokusku. Tapi sebuah bayangan hitam yang berada tak jauh dibelakang laki-laki itu.

"S-siapa.." lirihku. Hampir tak terdengar.

Ah, sungguh. Bahkan untuk bicara saja rasanya sangat sulit. Belum lagi aku masih merasakan pusing dan nyeri di beberapa bagian tubuhku.

Laki-laki yang meremat tanganku tadi mengernyit bingung.

"Hyung, kau tidak ingat aku?" tanyanya.

Aku ingin menggerakkan telunjukku untuk menunjuk bayangan dibelakangnya. Tapi percuma saja. Bahkan untuk mengangkat jari telunjukku saja aku tidak bisa. Jadi, aku kembali menjawabnya dengan lirih.

"J-Jeno.."

Sebuah senyuman terukir di wajah laki-laki itu. Dia menatapku sumringah dan kembali meneteskan air mata.

"Syukurlah! Hyung masih mengingatku!"

Laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya dan memencet tombol di samping kepala tempat tidurku.

"Tidak apa-apa hyung. Aku memanggil dokter sekarang. Kau akan baik-baik saja." katanya sambil tersenyum dengan jejak air mata di pipinya.

Aku hanya bisa tersenyum tipis. Sangat tipis. Karena aku masih merasa lemah. Aku tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya sehingga aku bisa terbaring lemah dirumah sakit seperti ini.

"Hyung, boleh aku keluar sebentar? Aku ingin mencari daddy dan memberitahunya kabar baik ini." kata Jeno meminta izinku.

Aku menganggukkan kepala sangat pelan sebagai tanda bahwa aku mengizinkannya. Jeno tersenyum hingga matanya menyipit seperti bulan sabit.

Awaken || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang