Blood on the table

52 6 0
                                    





-Day 2-

"Mark.."

"Mark Lee..."

"Hey, wake up."

Suara lembut seorang wanita terdengar ditelinga Mark. Mark mengernyitkan dahi dan kemudian membuka matanya. Sebias cahaya menusuk sepasang netra hitamnya. Kedua pasang mata itu menyipit untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Beberapa saat kemudian setelah merasa semuanya kembali normal, Mark membuka matanya lebar-lebar dan melihat lampu bedah yang menyala diatasnya.

Mark melebarkan matanya terkejut. Dia menoleh ke samping kiri dan kanannya. Terdapat alat-alat bedah yang sudah dilumuri darah. Mark mencoba bangkit. Dia ingin segera pergi dari sini. Namun saat dia mencoba bangkit, seluruh tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Bukan, ini tidak terasa seperti dia bangun dari koma kemarin. Ini seperti sesuatu yang 'disengaja'. Dia pun semakin panik ketika menyadari apa yang terjadi padanya.

Tangan, kaki, dan badannya terikat kencang di atas ranjang.

Mark sendiri bingung kenapa dia bisa berada disini. Seingatnya, dia masih terbaring di ranjang di ruang rawatnya. Lalu kenapa sekarang dia bisa berada diruang bedah dengan keadaan terikat seperti ini?

Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki yang begitu familiar namun dapat membuat Mark menegang. Suara high heels seorang wanita.. Perlahan terdengar mendekatinya. Tanpa sadar, Mark menahan nafasnya ketika suara langkah kaki itu berhenti. Tepat disebelahnya.

"Halo tampan. Kita bertemu lagi."

Nada bicara yang mendayu itu bukannya terdengar menarik di telinganya. Namun terdengar seperti bel kematian yang kapan saja siap berdenting untuk menariknya ke neraka.

"S-siapa kau?" tanya Mark. Bulir keringat sebesar biji jagung membasahi pelipisnya.

Mark masih dalam keadaan menoleh ke arah yang berlawanan ketika menanyakan itu. Dia tidak berani untuk melihat sosok itu begitu dia melihat keatas dan menemukan sesuatu yang bisa saja membuatnya terancam.

Sementara itu, sosok wanita yang berdiri disamping ranjang Mark kini tersenyum miring.

"Kau tidak mengingatku? Ah, padahal aku berharap kau masih kenal aku. Aku sudah lama menanti pertemuan kita yang seperti ini, Mark."

Mark masih tidak bergeming. Namun pikirannya mendadak berkecamuk mendengar itu. Siapa dia? Kenapa dia terdengar sangat-sangat menantiku? Apa dia yang mengikatku disini? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala Mark.

"Hey, kenapa kau terus saja menghindariku? Apa kau tidak ingin menatapku?" tanya wanita itu.

Jantung Mark berdetak lebih kencang saat mendengar wanita itu bersuara. Tubuhnya kembali menegang merasakan sebuah tangan mencengkram dagunya dengan cukup kuat hingga mampu membuat Mark meringis. Darah segar mengalir deras dari kedua sisi rahang bawahnya. Kuku-kuku itu benar-benar mencengkram dagu Mark tanpa perasaan.

Mark menutup matanya begitu wajahnya dipaksa untuk melihat kedepan yang dia yakini saat ini sosok itu tengah menanti kedua netra miliknya itu berbalik menatapnya. Mark dapat merasakan hembusan nafas yang begitu hangat menerpa wajahnya.

'Sial, apa yang dia lakukan?!' Batin Mark.

Mark dapat bernafas lebih lega saat merasakan terpaan nafas itu tak lagi terasa diwajahnya. Tapi dirinya masih merasa takut dengan apa yang akan wanita itu lakukan selanjutnya.

"Baumu masih sama. Aku menyukainya, Mark." katanya lalu terkikik. Kikikan itu membuat bulu kuduk Mark berdiri.

"Tapi kenapa kau masih tidak ingin melihatku? Ayolah Mark, buka matamu. Aku yakin kau akan senang saat melihatku."

Awaken || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang