Selalu Junjung Kejujuran

17 6 2
                                    

      Di era Modern seperti sekarang ini, rasanya mudah bagi saya untuk melakukan apapun yang saya inginkan.
Nama saya Rega Alfandi, saya adalah seorang Siswa Sekolah Menengah Atas. Setahun yang lalu ketika saya masih duduk di kelas X, pada saat ada tugas dari guru dan pada saat ujian saya sangat hobi menyontek.
      Berbagai cara dan trik saya lakukan. Mulai dari kertas-kertas kecil yang berisi rumus dan rangkuman, lembar kerja dan buku catatan serta buku latihan yang saya letakan di bawah meja atau di kolong meja, bahkan handphone pun sering saya gunakan.
      Kalau saya tidak bisa menjawab, biasanya saya akan bertanya kepada teman-teman saya. Pada saat itu saya seperti orang yang benar-benar tidak memiliki kepercayaan diri.
      Meskipun saya sudah melakukan segala cara untuk memperoleh nilai baik saat ujian, namun nilai yang saya hasilkan tetap saja pas pasan. Saya tidak pernah mendapatkan peringkat yang baik. Peringkat yang saya peroleh di waktu kelas X itu peringkat ke-16.
      Namun, kebiasaan mencontek saya tidak berhenti sampai di kelas X. Ini terus berlanjut sampai akhirnya saya naik ke kelas XI. Nah, di kelas XI lah kebiasaan buruk saya mulai menghilang.
      Di kelas XI, wali kelas saya adalah seorang guru bahasa Indonesia. Namanya adalah ibu Ai Darsiah. Beliau amat baik dan sangat dekat dengan saya hingga menganggap saya sebagai anaknya sendiri.
      Suatu hari, beliau bercerita kepada saya tentang kejujuran. Beliau banyak bercerita pengalamannya. Mulai dari ketika beliau masih duduk di bangku Sekolah Menengah, perguruan tinggi hingga beliau kerja menjadi seorang guru sampai saat ini.
      Dalam ceritanya, ada satu pesan beliau yang amat menyentuh hati saya. Setelah beliau menceritakan semuanya, saya tidak pernah bisa melupakan apa yang beliau katakan. Kalimat itu terus terngiang di dalam pikiran saya hingga menembus ke dalam hati.
Kalimat itu adalah "Coba kamu jujur Allah maha melihat Allah maha mengetahui, kejujuran akan membuahkan hasil".
Entah apa yang terjadi pada saya saat itu. Saya benar-benar tidak bisa melupakan kalimat yang di ucapkan oleh wali kelas saya tadi.
      Sampai suatu malam, ketika saya akan beranjak tidur dan sedang berbaring di tempat tidur, saya merenung dan bertanya kepada diri saya sendiri. Hmm... Apa benar yang di katakan guru itu tadi??
      Saya terus bertanya kepada diri saya sendiri hingga berkali-kali, kemudian mulai memutar ingatan yang ada di kepala saya. Saya mengingat, betapa tidak jujurnya saya selama ini. Saya sering mengerjakan tugas dan ujian dengan menyontek hanya untuk memperoleh nilai yang baik, namun tidak memperhitungkan akibatnya kelak.
      Di sepertiga malam Tuhan sepertinya membuka mata hati saya. Saya kemudian bertekad bulat mencoba menjadi pribadi yang jujur.
      Awalnya sungguh susah. Tapi dengan niat dan tekad yang bulat, saya terus berusaha untuk tidak menyontek. Setiap ada tugas dari guru dan setiap akan diadakan ulangan harian, saya dengan optimis berusaha untuk mengerjakan semuanya dengan kemampuan saya sendiri.
      Saya belajar dengan keras mengejar ketertinggalan pelajaran dan merangkum catatan-catatan ketertinggalan pelajaran saya. Kali ini catatan-catatan itu digunakan sebagai media untuk menghafal pelajaran. Begitu selama satu semester saya berjuang keras untuk tidak menyontek lagi.
      Sampai tibalah saatnya pembagian rapor. Pagi itu saya benar-benar gugup. Banyak hal yang saya khawatirkan. Saya bertanya tanya kepada diri saya sendiri. Bagaimana yah nilai raporku? Bagaimana jika nilaiku semakin jelek? Aku pasti bakal bikin mamaku kecewa lagi.
Saya berusaha menenangkan dan meyakinkan diri sambil mengingat kalimat yang pernah di ucapkan guru itu. Berulang kali saya mengucapkan sendiri kalimat itu. Tenang, tenang jujur akan membuahkan hasil, apa pun hasilnya terima saja itu hasil kerja keras dari apa yang sudah saya usahakan.
      Di tengah-tengah kegugupan itu, tiba-tiba handphone saya bergetar. Ternyata ada satu pesan whatssap dari Mama saya. Saya semakin gugup. Kemudian saya membuka pesan itu dan sambil berbisik dalam hati, semoga kabar baik, semoga kabar baik...
      Akhirnya ketika saya melihat isi pesan itu, sekujur badan saya menjadi lemas. Hingga akhirnya ada sesuatu yang hangat mengalir dari pelupuk mata saya. Takutnya saya salah baca hingga saya baca kembali pesan itu, "Selamat nak, kamu peringkat dua."
      Kontan saya benar-benar bersyukur. Saya terharu atas pencapaian yang amat mengagumkan ini.
Ternyata jujur benar-benar akan membuahkan hasil. Saya rasa jujur juga tidak hanya membuahkan hasil, namun juga membawa kita kepada kebajikan.
      Semenjak saya berusaha untuk tidak menyontek, nilai-nilai saya yang semua pas-pasan kini meningkat menjadi sangat baik, bahkan mendekati sempurna.
      Saya merasa sangat senang sekali karena saya mendapatkan semuanya dengan hasil jerih payah saya sendiri, bukan dengan menyontek yang berarti mencuri jawaban orang lain. Perbuatan tercela dan tidak jujur.
      Sekarang saya beranjak ke kelas XII. Saya akan terus mengingat betapa indahnya buah yang saya peroleh apabila saya jujur. Saya bertekad akan terus menanamkan serta mempraktikkan jujur, tidak hanya dalam belajar, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

HAPPY READING, YU FOLLOW DAN TINGGALKAN VOTE NYA... SUPAYA SELALU SEMANGAT UPDATE CERITANYA. "SALAM RINDU YANG MENGHANGATKAN DIRI KALIAN".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karena MenyontekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang