- (1) -

53 9 9
                                    

Kalau jodoh saya beneran kamu, ya saya ngga nolak pemberian Tuhan sih. Soalnya, dapetnya kamu sih, mana bisa saya nolak.

Apa yang lo rasain ketika jodoh lu ternyata tetangga lo sendiri?

Lo capek-capek nungguin yang ngga pasti ngejar sana sini, eh ternyata lo nikah sama tetangga lo sendiri. Yang jarak rumahnya dari rumah lo cuman 10 langkah doang, bahkan kayaknya engga sampe segitu.
Gimana reaksi lo?

Kalau gua yang ngerasain ini pasti ngga percaya banget, pacaran aja enggak, tiba-tiba langsung nikah. Mertua lo sering arisan pkk sama belanja sayur barengn nyokap lo ternyata! Terus, bokapnya ronda sama bokap lo.

Gokil sih, lo pake daster aja pasti dia tau kan!

Perempuan itu mengalihkan pandangannya, mendongak saat mendengar siaran di channel tv itu. Lalu di berdesis pelan seraya memutar bola matanya, mengigit apel yang ia pegang dan satu tanganya memegang ponsel yang sedari tadi menjadi fokusnya. Kini, ia mendongak menyaksikan siaran di tv.

Dengan raut wajah yang tak percaya, perempuan itu kembali ke ponselnya.

"Yaelah, iya itu mah emang jodoh. Coba aja gua gitu, pasti enak rebahan tapi jodoh udah di depan mata tanpa perlu cari-cari lagi." Perempuan itu mengoceh, lalu, tertawa saat mendengar ucapannya sendiri.

Wanita paruh baya yang mendengar itu langsung tertawa, "Kalau kamu gini-gini aja ya jodoh kamu belum keliatan, dek." Ucap wanita paruh baya itu, lalu tertawa di akhir kalimat.

"Mah, kan aku masih sekolah masih kelas 12 masa iya jodoh aku udah keliatan sih?"

Wanita paruh baya itu tertawa mendengar ucapan putri terakhirnya, lalu, mendekat saat makanan yang ia masak sudah siap untuk dihidangkan dan menaruhnya di atas meja makan. "Bisa aja, kan ngga harus langsung nikah."

Perempuan itu tertawa, "Udah ah, masih belum jadi apa-apa udah bahas nikah aja. Dah aku mau mandi."

Wanita paruh baya itu hanya menggeleng melihat tingkah putri kecilnya, walaupun sudah memiliki kartu tanda penduduk tetap saja ia masih dianggap putri kecil di keluarganya.

"Padahal kamu duluan yang mulai, Gwen." Ucap wanita paruh baya itu, Mamahnya - Gwen.

Gwen Jazlyn Isnan atau yang biasa di panggil Gwen. Anak kelas 12 SMA DIRGANTARA, yang berpenampilan tak ribet dari teman-temannya yang lain, sudah puber dan punya kartu tanda penduduk tapi sifatnya masih seperti anak-anak. Anehnya, bukan sifat anak perempuan melainkan sifat anak laki-laki yang ada di dirinya. Sering dipanggil 'adek' sama keluarganya, padahal, Gwen sendiri tidak mau dipanggil seperti itu.

Selesai mandi, Gwen langsung siap-siap untuk pergi ke toko game bersama teman nya, Gwen hanya punya beberapa teman perempuan yang bisa disebut sahabat, tidak banyak, hanya satu.

Tapi, temen Gwen yang perempuan banyak kok, hanya tidak dekat. Dan Gwen susah sekali mendapatkan teman yang benar-benar teman. Menurut Gwen cari teman itu yang satu frekuensi, kesana hayu kesini juga hayu, jadi, kita bisa ngerti dia, dia juga bisa ngerti kita. Itu temanable banget.

Tapi, Dunia itu luas, semua ngga harus kehendak yang kita mau. Sifat orang itu beda-beda, kita ngga bisa nurutin kemauan kita yang harus sejalan sama dunia. terlepas dari itu semua, kita juga harus bisa membawa diri kita ke tujuan yang benar.

Gwen juga bisa berpikir seperti itu dibalik sifat kenakannya, walaupun, teman-temanya malah tertawa mendengarnya.

Gwen menaiki ojek online yang sudah ia pesan menuju ke rumah temannya, Gwen tidak bisa mengedarai motor. Ia, cuman bisa mengendarai sepeda.

Sebelah Rumah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang