Kota-mu pada tahun 2020, nyatanya tidak jauh berbeda dengan kota-ku di tahun yang sama.
"Seenggaknya kemarin lu sempat pulang, kan," katamu waktu itu.
Di kota-ku, ruas jalan utama kota yang biasanya ramai, sekarang mulai sepi. Kendaraan yang lewat pun bisa dihitung jari. Macet? Tinggal mitos. Meski begitu, lampu merah di bundaran monumen kota tetap setia dengan tugasnya, begitu pula dengan aparat berseragam.
"Berasa lama banget ga pulang," katamu lagi. "Kangen juga sih."
Kota-mu saat ini, kukira panas dan berdebu seperti yang selalu aku keluhkan --atau masihkah? Terakhir kudengar kota-kota besar di negara ini hampir seperti kota mati. Tambahkan zombie, jadilah scene film apocalypse. Meski begitu, kamu tetap berharap bisa ada di sana, kan?
Aku selalu suka kota-mu, tapi tetap lebih suka di kota-ku; kota kita. Keduanya 'rumah', meski dalam artian berbeda. Walaupun sepertinya perlu waktu lama sebelum bisa kembali, doaku selalu "semoga keadaan segera membaik, semoga bisa pulang" --baik untukku, untukmu, dan untuk semua orang.
Sampai bertemu di kota-mu,
atau di kota-ku,
atau di mana saja boleh; karena tujuan sebenarnya, toh, bukan tentang kota siapa atau dimana.Sanggalangit, 2020
Berjuang sama-sama, ya!
*sendingvirtualhug*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin Tentang Kamu, Atau Mungkin Juga Bukan
RandomYang jelas bukan tentang kita, karena kalau cerita tentang kita itu lagunya Ariel.