"Kamu mau apa, Key?" pergi.
Kaisar melanjutkan perkataannya, "Kamu sih, biasanya donat kosong atau piza mini. Mau coba yang lain?" Kehsya tidak suka donat.
"Aku mau donat."
Kaisar tersenyum kecil, "Kamu sesekali coba makan yang lain, deh. Enak-enak kok. Siapa tahu jadi favorit kamu, kan? Keluar dari zona nyaman, Key."
Kehsya hanya tersenyum kecil. Keluar dari zona nyaman, ya?
"Enggak, deh. Lain kali."
Kaisar tersenyum, lagi.
"Nanti lagi ya kalau kesini lagi." nanti-nanti yang tidak pernah diharapkan.
Kehsya mengangguk.
"Iya, nanti-nanti."
***
"Terimakasih, Kai. Harusnya nggak perlu sampe beli banyak gini." toh, gak ada niat buat makan.
"Dih, kamu ngomongnya kayak sama siapa aja." Kaisar terkekeh.
Emang kamu siapa? "Yaudah iya, terimakasih ya."
Kaisar mengangguk pelan sembari mengelus lembut rambut panjang Kehsya. Kamu salah, Kai.
"Kamu hati-hati pulangnya ya, Kai. Jangan ngebut." kata Kehsya sembari tersenyum.
"Iya, dimakan donatnya ya. Aku pulang." Kaisar mulai menjalankan motornya ketika punggung Kehsya menghilang dibalik pintu.
Tanpa sadar, Kehsya menangis.
Sakit sekali rasanya melihat seseorang yang 'terlihat' begitu menyayangi kita, tersakiti oleh kita sendiri yang secara sadar menyakiti mereka.
Sengaja agar tidak semakin terjerat, seperti kita 'kredit' luka dan saat ini sedang membayar cicilannya.
Mau tak mau, harus tak harus, mengenyahkan rasa iba dan tetap melakukannya agar 'kredit' kita lunas.
Karena dari awal, semua sudah salah.
Dan kita harus menanggung konsekuensinya.
***