Bab 1

3K 157 5
                                    

Karena aku akan mempercayaimu sampai kapanpun

.

.

.

Kamar utama di Istana Permaisuri itu tampak tenang saat ini, tampak dua insan yang tengah terbaring sembari mengatur nafas diatas ranjang besar bernuansa merah di tengah kamar. Dengan sang Permaisuri yang tengah terbaring bealaskan lengan sang Kaisar sebagai bantalnya. Sedangkan Kaisar mengelus lembut surai hitam panjang Permaisurinya.

"Yang Mulia..."

"Hentikan, Sayang. Jika kau akan membahas apa yang dikatakan Ibu Suri tadi siang."

"Bukankah Anda harus segera membuat keputusan?" Wanita itu berucap pelan.

"Sampai kapanpun keputusanku akan sama. Tidak akan ada satu selirpun dalam pernikahan kita, Permaisuriku."

"Hamba mempercayai Anda, Yang Mulia. Sampai kapanpun."

Seulas senyum terukir di bibir keduanya. Berlanjut dengan sang Kaisar yang mencium dahi Permaisurinya dengan penuh cinta.

.

.

.

"Ayahandaa!!!"

Teriakan kecil itu diikuti dengan langkah riang gadis kecil yang kini berlari menghampiri sosok yang dipanggilnya Ayahanda tadi.

"Hahaha, Putri Yena.."

Sosok Ayah dari gadis kecil tadiㅡKaisar kemudian mengangkat tubuh putrinya dalam gendongan, menciumi seluruh wajahnya, membuat sang Putri terkikik bahagia dalam gendongannya.

"Dimana Ibumu, Putri?"

"Ibunda sedang di kamar bersama Ibu Suri." Jawab Putri Yena setelah mencium sebelah pipi Ayahnya.

"Ibu Suri?" Ulang sang Kaisar

"Ya, Ayahanda."

Kaisar memikirkan apa yang dilakukan Ibu Suri di kamar Permaisurinya sepagi ini. Hingga Ia menyadari sesuatu. Lantas menurunkan sang Putri dari gendongannya.

"Putri Yena, bisakah kau bermain dengan Dayang Cho sebentar? Aku harus menemui Ibumu"

"Ya, Ayahanda." Sahut Putri Yena dengan senyum lebar

Sang Kaisar kemudian melangkah lebar lebar menuju kamar Permaisurinya.

.

.

.

"Yang Mulia Kaisar tiba!!"

Seruan itu membuat beberapa dayang yang berada di depan pintu kamar Permaisuri segera membuka pintu untuk sang Kaisar.

Ia melihat Ibunda dan Permaisurinya disana, dengan wajah tertunduk Permaisuri cantiknya.
Dua wanita itu segera berdiri ketika melihatnya masuk.

"Hormat hamba, Yang Mulia." Ujar keduanya bersamaan.

Keduanya kembali duduk saat sang Kaisar telah duduk di hadapan mereka.

"Apa yang Ibunda bicarakan hingga datang ke Istana Permaisuri sepagi ini?"
Niat sang Kaisar untuk berbasa-basi sirna ketika melihat raut wajah sedih Istrinya saat Ia masuk tadi.

Ibu Suri tersenyum.
"Seharusnya Anda sudah tahu apa yang Saya ingin bicarakan, Yang Mulia. Ibumu ini hanya meminta restu pada Permaisuri untuk pengangkatan Selir, walaupun sebenarnya itu tidak perlu."

"Saya tidak bisa, Ibunda. Mencintai Permaisuri saja sudah cukup. Tidak perlu ada Selir."

"Saya mengerti dengan sangat akan hal itu, Permaisuri sangatlah istimewa dihati Anda, jadi saya memohon ijin Permaisuri untuk pengangkatan selir kali ini walaupun sebenarnya wewenang itu berada di tangan Saya."

MINE - JAEYONG [GS] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang