Wawancara Pembawa Berkah

46 4 0
                                    

Alysa berjalan ke ruang jurnalistik dengan terburu-buru diikuti oleh Puput di belakangnya yang berjalan sambil tertawa cekikikan.

Setelah tadi Alysa sadari bahwa yang mengrim salam-salam atas namanya adalah Adri, dengan segera Alysa menghampiri Adri sambil mengomel.

Alysa memang tahu betul, Adri itu usilnya memang gak ketulungan. Tapi keusilan Adri yang satu ini benar-benar mengusik Alysa.

Ya bagaimana tidak. Seumur-umur Alysa tidak pernah sekalipun memberi semangat pada laki-laki secara langsung, apa lagi lewat mc yang notabennya didengar seluruh penonton lagi!

Bagi Alysa, memberi semangat pada lawan jenisnya hanya karena mereka kan mengikuti pertandingan itu agak norak dan sangat mainstream. Bukan style Alysa banget.

“Ternyata Alysa ngefans juga ya sama Aksa, sampe ngasi semangat gitu” ledek Puput seraya duduk disamping Alysa.

Alysa tidak menanggapi ledekan temannya itu.

“Duh! Gimana dong, entar lagi masi mau wawancara lagi” gerutu Alysa.

Bisa gawat kalau Aksa sadar bahwa yang mewawancarainya adalah Alysa.
Puput tergelak melihat tingkah temannya. Alysa yang biasanya sangat tenang dan santai tiba-tiba berubah menjadi panik gara-gara salam-salam yang dikirim oleh Adri atas namanya.

“Sans atuh neng”

“Lo aja deh Put yang wawancara”

“Dih, kenapa sih. Lagian si Aksa juga gaakan langsung tau kalau lo itu Alysa” seru Puput.

“Gue malu banget Put, sumpa gaada obat malunya nih gue!” Alysa semakin uring-uringan jika memikirkan tentang wawancara yang sebentar lagi  akan dia lakukan.

“Santai wae lah Al, teu aya anu bakal kajadian” ujar Puput kembali. Puput memang orang sunda asli, sama seperti Alysa.

Alysa tidak melawan lagi kata-kata Puput. Jadi memang dia sendiri yang harus mewawancarai Aksa.

Prittt ptrittt pritt (?)

Tubuh Alysa kembali menegang mendengar suara nyaring dari arah lapangan, yang menjadi tanda bahwa pertandingan telah usai.

Puput yang kembali menyadari kecemasan Alysa pun mendesah kecil. “Ngga papa udah Al,” ujar Puput pelan “Gabakal digigit juga lo sama si Aksa”

“Aduh put! Bukan masalah digigit,” gerutu Alysa “Sekali ini aja lah put, habis itu gabakal deh gue minta gantiin lagi” mohon Alysa dengan wajah mamelas.

“Udah deh Al! Wawancara aja pake segala takut lo!” omel Puput.

Akhirnya Alysa yang sudah lelah dan kehilangan cara serta alasan untuk membujuk Puput untuk menggantikannya pun menurut saja ketika Puput menarik tangannya ketempat wawancara.

Ketika sedang menunggu para kapten dan coach dari masing-masing tim basket datang, Raya yang sedang menuju lapangan berhenti untuk menyapa Alysa yang masih menampakkan ekspresi cemasnya.

“Eh Al!” sapa Raya.

Alysa tidak menjawabnya, ia membalas sapaan Raya dengan senyum samar.

“kenapa Al?” bingung Raya “Eh, tadi aku denger salam-salam dari kamu buat Aksa” Raya terkikik geli.

“Ah! Itu gara-gara cowok lu”

“Kenapa Adri emang?”

Alysa menghemuskan nafasnya agak kasar dan menceritakan bahwa yang mengirim salam-salam untuk Aksa yang mengatas namakan dirinya adalah Adri.

“Yaampun Adri emang usil banget” jujur saja Raya tidak tahu bahwa Adri yang melakukan hal menyebalkan itu. Mereka belum berbicara seharian ini, karena mereka sama-sama sibuk tentunya.

“Putus aja deh lo cepet-cepet sama tuh kadal!” Raya yang semakain tertawa mendengar perkataan Alysa tidak menanggapinya dan berlalu menuju lapangan.

Setelah Raya meninggalkan tempat wawancara, kapten dan coach emagine team alias tim sekolah Aksapun datang.

Kelar dah gue!’ batin Alysa.

“Siapa yang bakal ngewawancara?” tanya Mas Agam. Dia adalah coach dari tim basket Aksa.

“Oh, ini Alysa Mas” Alysa melotot mendengat ucapan puput barusan.
Alysa yang tidak berani—ralat—sangat malu untuk melihat wajah Aksa, memilih berpura-pura membuka notenya. “Bisa kita mulai?”

“Iya, silahkan” jawab Aksa.

Saat sesi wawancara, Alysa sebisa mungkin tidak melihat ke arah Aksa. Alysa hanya mengajukan pertanyaan sambil fokus melihat note kosongnya sambil sesekali melirik Aksa yang melihat kearahnya saat sedang menjawab pertanyaan yang dia ajukan.

“Terimakasih” ujar Alysa singkat sambil tersenyum kikuk.

“Sama-sama” Mas Agam menjawab.
Alysa buru-buru memasukkan note dan bolpen yang tadi dia gunakan untuk mengalihkan pandangannya dari Aksa kedalam tas kecil yang ia titipkan pada salah satu pengurus osis.

“Umm...Alysa?” gerakan tangan Alysa berhenti saat ada yang memanggil namanya. Dua detik kemudian dia baru sadar bahwa yang memanggil namanya adalah Aksa!

Alysa mengangkan wajahnya dengan sedikit ragu. ‘MasyaAllah ganteng!’ batinnya.

“Makasih buat semangatnya” Aksa tersenyum tulus dan segera melangkah meninggalkan tempat wawancara ketika anggota timnya memanggil.

Alysa masih mematung ditempatnya. Seperkian detik dia baru bisa mengerjapkan kedua kelopak matanya. ‘Ya Gusti!’ rutuk Alysa pada dirinya sendiri.





***
Jangan lupa votmentnya gaiss!

Kapten Basket X JurnalistikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang