" Aku tidak peduli, karena kau akan dilengserkan tepat setelah Aku melahirkan, Permaisuri "
.
.
.
Berbulan-bulan setelahnya berlalu dengan tenang, bahkan sangat tenang. Permaisuri lebih banyak mengurung diri di kediamannya, sedangkan Selir Agung makin bahagia dari hari ke hari. Membuat penjuru Istana bertanya-tanya, kemana hilangnya senyum sang Permaisuri yang dulu secerah mentari. Tidak sedikit juga yang menggunjing wanita itu, Selir Agung sedang mengandung pewaris tahta, namun Permaisuri seolah membutakan diri tentang hal itu. Para dayang yang dahulu sangat menghormati dan mencintai Permaisuri mereka, kini berbalik menghujam sang Permaisuri.
Selir Agung begitu dimanjakan beberapa bulan ini, begitu dicintai, semua orang menjaga setiap langkahnya.
Berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan permaisuri, Dia permaisuri disini, tapi gelar itu seolah hanya omong kosong.
.
.
.
Perut Seongwu sudah terlihat sangat menonjol. Menurut perkiraan, dia akan melahirkan diawal musim dingin. Dan itu hanya seminggu lagi. Daniel senantiasa menemaninya, entah itu untuk sekedar berjalan-jalan di pagi hari, lelaki itu berusaha untuk selalu berada disampingnya.
Seongwu duduk perlahan dengan menyangga perutnya, Daniel sedang berada di balai kaisar. Dayang utama kemudian memberitahukan bahwa Permaisuri dan Putri Chaewon datang untuk mengunjunginya.
"Biarkan mereka masuk"
.
Jihoon melangkah dengan dagu terangkat tinggi, berhenti kemudian duduk dihadapan Seongwu. Menyeringai sinis saat Seongwu tidak bergerak dari tempatnya, bahkan tidak memberikan hormat.
Putri Chaewon, gadis kecil itu duduk disamping Ibundanya setelah sedikit membungkuk untuk memberi hormat kearah Seongwu.
Seorang dayang meletakaan nampan berisi teko kecil dan sebuah cangkir yang sudah dituang teh.
"Hamba membawakan teh untuk Anda, Paduka Selir Agung" Putri Chaewon berkata sambil menyunggingkan senyuman kecil di bibirnya.
"Manisnya, terima kasih, Putri Chaewon" Seongwu tersenyum, mengambil cangkir diatas nampan lalu menyesap sedikit tehnya.
"Sikapmu sudah semakin berani sekarang, Selir Agung"
"Apa yang Anda maksud, Yang Mulia?"
"Kau bahkan tidak memberi hormat padaku"
"Hmp, hamba akan memberi hormat terakhir hamba untuk Anda saat titah pelengseran Anda diturunkan, Yang Mulia Permaisuri"
PLAK
Jihoon berdiri, menampar sebelah pipi Seongwu.
"Aku benar-benar ingin merobek mulutmu, Selir Agung"
Namun Seongwu hanya diam. Ada yang aneh, perutnya terasa sakit, Seongwu sedikit mengernyit namun Dia tetap menjaga raut datarnya.
"Beraninya kau menamparku" sahutnya kemudian
"Kau bahkan kehilangan sopan santunmu sekarang"
"Aku tidak peduli, karena kau akan dilengserkan tepat setelah Aku melahirkan, Permaisuri"
"Jalang ini benar-benar"
Jihoon mengangkat tangannya sekali lagi, namun Seongwu berdiri, menghindari tamparan Jihoon. Tangannya balas menampar sebelah pipi Permaisuri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE - ONGNIEL [GS] ✔
Fanfiction"Aku tidak kalah. Sejak awal, semuanya adalah milikku" WARNING!! GS MATURE